Udara kota Bangkok siang ini terasa begitu terik, matahari bersinar begitu terangnya. Mungkin karena beberapa hari lalu sempat tertutup mendung. Sehingga alam seakan tengah balas dendam dengan keadaan.
Namun keadaan diluar jelas berbeda dengan keadaan didalam sebuah Cafe dua lantai yang berada ditengah -tengah pusat kota. Beberapa pendingin yang diletakkan didalam ruangan cukup membuat suhu udara terasa sejuk dan membuat betah para pengunjung yang tengah menikmati makan siang mereka siang ini.
" Maaf aku telat Non." Sesosok gadis muncul, menghampiri sosok pemuda yang sejak tadi tampak serius bermain gadget. Mengabaikan tatapan heran dari beberapa orang, karena dimejanya tak satupun hidangan tersedia.
" Bukankah memang sudah biasa." Sang pemuda hanya mengendikkan bahunya tak peduli, lalu meletakkan ponselnya begitu saja diatas meja. " Hobimu kan memang ngaret."
" Ayolah Beb, jangan marah oke." Sang gadis membuat mimik lucu.
" Beb, kepalamu peyang! Kau pikir itu imut." Nanon, pemuda itu. Menoyor sosok dihadapanya kesal, namun jelas itu hanya untuk main-main.
" Hahaha..., kau itu sensi sekali jika ku panggil Beb," Janhae gadis itu mencebik kesal. " Ayolah Non panggilan Beb itu luas definisinya."
" Terserah kau saja, aku malas berdebat denganmu." Pemuda berpipi chubby dihiasi dengan lesung pipi itu bersedekap dada. " Karena aku yakin ini tidak akan berakhir hanya dalam satu jam."
"OH..., Nanon Korapat aku cinta padamu." Janhae merentangkan tanganya lebar, memberikan gestur seakan ingin memeluk Nanon. Mengabaikan beberapa tatapan akan tingkahnya yang sedikit berlebihan, mengingat keadaan Cafe saat ini memang tengah ramai.
" Oh, Jan Ployshompo aku sungguh ingin membuangmu ke Neraka." Namun sebaliknya dengan Nanon, pemuda itu menirukan gaya bicara Janhae dengan sarat nada mengejek.
" Oh, kau sungguh imut Non. Mau jadi Ukeku." Namun dasar Janhae, gadis itu memang sangat bebal tingkahnya. Ia justru mengedip genit kearah pemuda didepanya.
" Dasar bedebah sialan!"
" Hahaha... "
Nanon dan Jan adalah dua orang yang sangat terkenal akan ketidak akuran mereka. Mereka adalah definisi Tom & Jerry versi nyata. Ibarat Nanon adalah Tom maka Jan adalah Jerrinya. Nanon dengan sifat antengnya, akan selalu berakhir ganas ketika melawan Jan yang kelewat suka kurang ajar.
Namun begitu, persahabatan mereka tidak bisa dianggap remeh. Bisa dibilang mereka berteman dari masih memakai popok hingga sekarang telah mempunyai pekerjaan tetap.
Nanon yang mendirikan Cafe ini dan Janhae sebagai pengelolanya. Bersama mereka membangunya hingga sukses seperti sekarang.
" Tumben kau duduk disini?" Gadis dengan setelan hitam- hitam itu menatap sahabatnya heran. Tidak biasanya pemuda 25 tahun ini duduk ditengah Cafe begini. Biasanya ia akan lebih memilih berdiam diruanganya atau berada diatap jika datang kesini. Atap di cafe ini memang pemuda itu fungsikan sebagai mini taman, untuk merefresh otak jika tengah suntuk katanya.
" Sengaja, aku merasa berbaur dengan mereka jika duduk disini."
Janhae hanya menatap tak peduli, sudah tidak heran dengan kelakuan sahabat sekaligus partner kerjanya ini. Nanon memang kadang otaknya tidak tertebak.
" kau sudah makan Jan?" Nanon bertanya sembari membolak-balik buku menu yang memang tersedia disetiap meja.
Kali ini gadis kelahiran 95 ini menggeleng sebagai jawaban. " Tidak sempat, tadi dari Salon aku langsung kesini. Ploy bilang ada yang harus diomongin denganku."
KAMU SEDANG MEMBACA
Blue & Grey
FanfictionNanon pikir menyembunyikan jati dirinya dari embel -embel keluarga 'Kirdpan' akan membuat hidupnya tampak normal. Itu benar, hampir selama 25 tahun ia menikmatinya tanpa kendala apapun. Namun garis Tuhan tidak akan pernah semulus itukan. Banyak h...