" Lama sekali, aku tidak kesini."
Earth, Arm, Nanon ditambah Jan. Keempat sahabat itu akhirnya berkumpul di Cafe Nanon. Menikmati makan siang, yang tentu saja gratis seperti keinginan Arm. Lagian mana mungkin seorang Nanon tega menyuruh bayar pada kakak kandungnya sendiri. Sungguh tidak masuk dilogika.
" Itu, saat Nanon meluncurkan menu barukan?" Jan, satu-satunya gadis disana menjawab. Ia tidak mengambil menu makan apapun. Hanya sekedar ikut mengobrol dengan mereka.
" Ya, dan dia makan hingga muntah." Nanon menyahut cepat, lalu melirik Arm yang tengah mengunyah dessertnya.
" Sial, jangan mengingatkanku pada hal itu lagi." Arm menjawab sengit. " Bahkan hingga sekarang, aku belum bisa makan itu lagi."
" Mangkanya kalau makan kira- kira?" Earth yang tengah menyeruput minumanya mencibir." Bisa- bisanya kau menghabiskan lima porsi sekaligus. Aku aja ngeri ngebayanginya." Kakak dari Nanon korapat itu memang ikut pergi bersama mereka saat itu. Jadi jelas ia tahu apa yang terjadi.
" Habis enak Phi, jadi aku nambah terus. Hahahaha...." Arm tertawa malu, rasanya memang menggelikan mengingat semuanya. Namun bukankah ia memang yang paling tidak malu kedua setelah Jan diantara meraka.
Dan Earth hanya menggeleng pelan, sebagai respon. Ia sudah hapal akan semua tingkah dua sahabat adiknya itu. Arm yang doyan makan dan Jan yang kalau ngomong ceplas- ceplos seenak wudel. Namun bagaimanapun juga, bisa dibilang sosok itulah yang menemaninya ia tumbuh hingga sedewasa ini.
Sebenarnya masih ada satu lagi sosok yang dulu sering bergabung bersama mereka, namun rasanya sudah lama sekali ia tidak pernah melihatnya.
" Ohm! Kupikir kau tidak jadi datang?"
Sebuah seruan dari Arm menghentikan lamunan Earth. Bahkan Jan dan sang empunya Cafe, Nanon, juga ikut menoleh dibuatnya.
" Maaf Phi, kelasku baru saja bubar tadi."
Ohm pawat menghampiri mereka, sambil memberikan gestur maaf pada Arm yang menyalaminya.
Dan Arm hanya mengangguk sebagai jawaban, kemudian mempersilahkan pemuda yang baru saja datang itu duduk.
" Oh, hai Ohm." Jan menyapa, sambil berlalu meninggalkan mereka untuk menuju dapur. Membuat Ohm hanya melambaikan tanganya pada kakak ipar sahabatnya itu sebagai respon.
" Hei, Kau Pawatkan? Sudah lama sekali, aku tidak melihatmu."
Begitu menyadari siapa sebenarnya orang yang muncul dihadapanya, Earth segera menyapanya dengan antusias. Seolah mereka adalah dua sosok yang lama sekali tidak bertemu.
" Baik Phi." Ohm mengangguk pelan, " Sebenarnya aku sempet ke kantor phi waktu itu. Tapi phi sedang berada di Belanda."
" Oh,..."
Lalu keduanya saling bersalaman dan berpelukan.
Dan hal itu sukses membuat Nanon yang melihatnya, mengernyit bingung. Ia menatap keduanya, tak mengerti.
Pasalnya jika Arm yang mengenal Ohm, jelas ia tidak akan heran. Karena Nanon jelas tahu jika sahabatnya itu mengajar di SWU. Ya anggap saja guru dan murid yang saling akrab.
Tapi ini Kakaknya, Phi Earth. Sosok yang hobinya cuma berkecimpung di Kantor menghadap laptopnya. Bisa dibilang Kakaknya itu tidak banyak main diluar kecuali untuk urusan bisnis dengan kolega, atau berkumpul dengan mereka seperti ini.
" Kalian saling kenal?" Nanon menunjuk keduanya ragu.
" Minun Ohm." Jan yang baru datang mengiterupsi pertanyaan Nanon, ia menyodorkan segelas jus melon kehadapan Ohm.
KAMU SEDANG MEMBACA
Blue & Grey
FanfictionNanon pikir menyembunyikan jati dirinya dari embel -embel keluarga 'Kirdpan' akan membuat hidupnya tampak normal. Itu benar, hampir selama 25 tahun ia menikmatinya tanpa kendala apapun. Namun garis Tuhan tidak akan pernah semulus itukan. Banyak h...