Waktu dijam dinding telah menunjukkan pukul 9 pagi. Namun jendela besar yang berada tepat disamping ranjang itu masih tertutup rapat oleh gorden panjang polos warna abu-abu, membuat sinar matahari yang sebenarnya telah meninggi tak sanggup untuk menerobos masuk.Bahkan diatas ranjang Queen size dengan seprai yang juga warna abu- abu itu, tampak dua sosok yang masih terlelap dengan nyamanya. Mengabaikan denting alarm dari Jam weker diatas nakas yang berbunyi sejak tadi.
Hingga akhirnya, salah satu dari kedua sosok itu nampak terusik, hingga membuat netranya terbuka seketika. Dan sosok itu adalah Nanon.
" Hoahmm..., jam berapa ini?" Ia mengucek matanya yang terasa agak sedikit pedih. Mungkin efek tidur terlalu larut tadi malam.
" Ohm?" Ia menoleh, menatap sosok yang masih terlelap disampingnya.
Nanon baru sadar, jika sejak semalam ia memang tidur di Asrama pemuda itu. Sebab hujan deras dan malam yang memang telah larut membuatnya tak mungkin untuk kembali kerumah. Ditambah ia hanya menggunakan taxi online saat datang ketempat ini.
Perlahan ia menggeser posisi tubuhnya yang tengah tengkurap, guna mendekati sosok yang lebih muda. Ditatapnya lekat pemuda yang masih tertidur lelap itu. Diam- diam bibirnya menyunggingkan sebuah senyum.
Tidak, ia tidak tengah membayangkan apapun. Hanya saja, semua terasa menggelikan baginya kini. Bagaimana bisa sosok yang dulu tiba- tiba muncul tanpa terduga itu hanya dalam beberapa pertemuan, kini telah resmi menjadi kekasihnya.
Bagaimana bisa ia menerima sosok yang lebih muda menjadi pendamping hidupnya dengan begitu mudah, sedangkan banyak sosok lain yang lebih berjasa dan lebih lama bersamanya namun ia abaikan begitu saja. Sungguh ia belum bisa memahami semua.
" Selamat pagi," Sebuah kecupan singkat mendarat dengan cepat dibibirnya, membuatnya spontan melebarkan mata karena kaget. Namun kemudian ia terdiam lagi.
Selama ini, sebenanya ia tak pernah benar- benar mengamati bagaimana rupa Ohm yang sesungguhnya. Rasa kesal pada pemuda itu mendominasi otaknya, hingga ia malas bahkan hanya sekedar untuk memperhatikan bagaimana detail wajahnya.
" Hei, kenapa malah diam sih? Baru sadar jika aku tampan ya?" Ohm tersenyum menyebalkan, membuat Nanon spontan langsung mendecih kesal.
Tubuhnya perlahan bangkit, lalu berjalan kearah jendela.
" Kau tidak ada kelas hari ini?" Tanganya dengan kencang menarik gorden hingga terbuka sepenuhnya. Membuat kamar tidur itu langsung terang benderang oleh sinar mentari yang masuk." Kau juga bolos kerja." Ohm tidak menjawab, ia justru membaliknya dengan sebuah pertanyaan lain.
Pemuda itu mendudukkan dirinya dipinggir ranjang, netranya mengawasi sosok yang masih berdiri ditepi kaca jendela. Sosok dengan kaos over size miliknya itu entah mengapa membuat sosok Nanon tampak menggemaskan dimatanya.
" Berapa kali dipecatpun tempat itu akan tetap menjadi milikku kan?" Nanon yang merasa diawasi menoleh, ia menatap kekasihnya itu sekilas. Lalu berjalan cuek menuju kulkas untuk mengambil segelas air putih.
" Kau benar." Ohm menjawab pelan, sedikit banyak ia merasa minder. Karena sebanyak apapun harta keluarganya tetap tidak akan mampu menyaingi kekayaan yang dimiliki keluarga Kirdpan.
Mungkin lain kali ia harus lebih serius mendalami ilmu Management, agar jika saatnya tiba, ia mampu memimpin perusahaan Kakeknya dengan baik. Paling tidak, ia tidak akan ketinggalan jauh dari sosok kekasihnya itu.
" Wow, amazing." Nanon yang tengah membuka pintu kulkas menatap kagum pada deretan bahan makanan yang tertata rapi didalamnya. Bahkan dirak pintu, tampak berbagai jajaran botol dengan berbagai macam isi. Dari mulai air putih, susu hingga jus kemasan tersedia disana.
"Kau melakukan ini semua?" Nanon menatap tak percaya pada Ohm yang tengah berjalan kearahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Blue & Grey
FanfictionNanon pikir menyembunyikan jati dirinya dari embel -embel keluarga 'Kirdpan' akan membuat hidupnya tampak normal. Itu benar, hampir selama 25 tahun ia menikmatinya tanpa kendala apapun. Namun garis Tuhan tidak akan pernah semulus itukan. Banyak h...