Dulu saat kecil, bagi Nanon rumah hanyalah sebagai tempat untuk ia tidur, makan dan berteduh dari panas maupun hujan. Ia masih terlalu kecil untuk mengerti makna dari rumah yang seperti orang dewasa pikirkan.
Namun kini, setelah ia dewasa dan memutuskan untuk tinggal mandiri di Apartemen. Definisi rumah baginya menjadi sangat begitu berbeda. Kini rumah baginya adalah tempat ia kembali dari penatnya segala hal tentang kehidupan. Tempat ia berkeluh kesah pada sang ibu yang akan senantiasa menyambutnya dengan senyum lebar begitu ia pulang. Tempat ia melepas rindu, pada sang Ayah yang tidak akan pernah ia temui lagi. Maka tidak heran, jika akhir- akhir ini ia lebih sering menghabiskan waktunya dirumah dibanding Apartemen yang ia beli dengan jerih payahnya sendiri.
" Makan yang banyak ya Non."
Seperti pagi ini, keluarga Kirdpan yang terdiri 4 orang, Nanon, ibunya, Earth dan Namtarn istrinya. Mereka tengah menikmati sarapan di meja makan yang berada ditengah dapur.
Dihadapan mereka tersaji nasi dengan beberapa masakan rumahan sebagai lauk untuk sarapan pagi mereka. Salah satunya adalah, tumis gambas dengan campuran telur dan daging babi kesukaan sang putra bungsu.
" Katanya kamu sudah lama tidak makan ini." Sang ibu meletakkan sesendok besar tumis gambas pada piring Nanon yang memang duduk disampingnya.
Nanon mengangguk sebagai respon, " Habis setiap kali aku coba masak. Rasanya selalu tidak sama dengan punya ibu." Nanon mengeluh, Ia lalu menyuapkan sesendok kemulutnya, mengunyahnya dengan pelan terlihat nampak menikmati. " lihat punya Ibu selalu enak, sedang masakanku selalu berakhir asin."
" Hahaha...." Earth yang berada didepanya tak mampu menahan tawa, akan ucapan adiknya. " Makanya kalau ngasih garam kira- kira Non, mentang-mentang kamu suka asin. Jadi ngasihnya over."
Nanon semakin cemberut mendengar ucapan kakaknya,
" Aku pikir juga tidak bakal seasin itu." lalu menghebuskan napasnya kesal, membuat sang ibu hanya sanggup menggelengkan kepalanya, maklum. Walaupun postur badanya cukup bongsor, namun bagi ibunya, Nanon akan tetap selalu menggemaskan dimatanya." Sudah cepat habiskan, jangan bicara terus. Nanti kalian terlambat datang Ke Kantor loh." Sang ibu menegur, membuat kedua anaknya langsung terdiam, dan melanjutkan sarapan mereka. Kecuali Namtarn yang memang sudah selesai sejak tadi. Putri mantu keluarga Kirdpan itu tengah menikmati segelas susu yang wajib diminumnya setiap pagi.
" Oh, ya Non."
Namtarn akhirnya bersuara, setelah sejak sesi makan gadis itu selalu terdiam. Ia menatap adik iparnya yang kini telah selesai makan." Kenapa Phi?" Setelah menghabiskan jus buah dalam gelasnya, Nanon menjawab. Netranya tampak fokus pada wajah sang kakak ipar yang pernah menjadi masalalunnya itu.
" Itu, tadi aku ke Garasi untuk ngambil barang di mobilnya Phi Earth. Dan aku lihat sekilas jika ban mobilmu kempes Non."
" Hah, serius Phi. Perasaan kemarin sore masih baik- baik saja kok." Nanon melotot tidak percaya.
" Ya, kalau gak percaya lihat saja sendiri ke garasi, masak aku boongsih Non." Namtarn menjawab cuek, kakinya melangkah untuk meletakkan gelas bekas ia minum ke wastafel.
Sedang Nanon juga ikut berlalu menuju garasi untuk memastikan ucapan sang kakak ipar. Dan dalam hitungan menit, pemuda Kirdpan itu kembali dengan muka lesu.
" Beneran kempes Phi, trus aku ke kantor gimana dong? Mobilku yang satunya kan masih dibengkel, belum diperbaiki"
" Kan bisa bareng Earth. Apa salahnya sih? Kalian kan juga satu kantor." Sang ibu yang tengah membereskan bekas makan mereka dibantu sang menantu menyahut.

KAMU SEDANG MEMBACA
Blue & Grey
FanfictionNanon pikir menyembunyikan jati dirinya dari embel -embel keluarga 'Kirdpan' akan membuat hidupnya tampak normal. Itu benar, hampir selama 25 tahun ia menikmatinya tanpa kendala apapun. Namun garis Tuhan tidak akan pernah semulus itukan. Banyak h...