8. Hukuman

120 34 0
                                    

Warn! Ada adegan yang mungkin bikin gak nyaman.

_________________________________________

Seketika semua anak-anak melihat ke arah Dongju yang membeku di tempat duduknya. Ibu panti juga menatapnya, "Yang bernama Dongju, kemari."

Namun Dongju sama sekali tidak bergerak ke arah ibu panti. Dia masih syok dengan tuduhan pencurian yang sama sekali tidak ia lakukan. Keringat dingin mengalir dari dahi anak itu. Jantungnya berdetak kencang, "Eng-Enggak... Aku gak ada nyuri."

Kedua tangan nya bertautan guna mengurangi rasa gugup dan takutnya. Matanya melirik Youngjo yang sama sekali tidak menunjukkan ekspresi berarti.

"Dia yang kasih jepit rambutnya samaku." Ucap anak bernama Nana itu sambil menatap Dongju dengan pandangan cemas.

Hwanwoong sangat khawatir pada Dongju. Keonhee memancarkan aura kebencian yang sangat kentara pada anak perempuan dengan mulut asal ceplos itu. Lain halnya dengan Youngjo, Seoho dan Geonhak yang terlihat santai.

"Bohong! Aku gak ngasih jepit rambut nya sama kamu, kamu yang---"

"Dia bohong, bu. Aku lihat sendiri Nana yang ambil jepit rambut itu dari meja ibu." Seoho angkat bicara.

Ibu panti tampak menatap marah pada Nana yang semakin gemetar dengan air mata yang senantiasa mengalir. Matanya membulat takut dan maniknya memandang penuh dendam pada Dongju yang terlihat sama takutnya.

"Dia juga pake jepit rambutnya! Lihat saja, bu!" Nana menunjuk penuh keyakinan pada Dongju yang tersentak.

"Dongju cepat kemari!" Ibu panti berucap dengan marah.

Youngjo menepuk pundak Dongju untuk menyuruh anak itu pergi ke depan sana. Dongju berjalan sambil gemetar, kedua tangannya saling meremat. Bahkan ujung jari-jarinya sudah berubah dingin.

Sesampainya di hadapan ibu panti, Dongju langsung diperiksa secara kasar. Ibu panti mengangkat rambut panjang Dongju hingga menunjukkan luka jahitan yang baru pertama kali Hwanwoong lihat. Badan Dongju digeledah, bahkan sampai ke pakaian dalamnya dan ibu panti sama sekali tidak menemukan apa-apa.

"Kau bohong, ya? Sudah mencuri, masih berani berbohong?" Ibu panti menarik kasar rambut Nana. Anak itu mengernyit kesakitan.

"Dia yang ngasih betulan, bu... Aku gak bohong, hiks..." Keonhee mendecih ketika anak perempuan itu masih memuntahkan kebohongan dari mulutnya.

"Kau punya saksi, hah?" Ibu panti menarik rambutnya semakin keras.

Nana terdiam dengan mata yang basah. Dia menatap pada kumpulan anak-anak yang menatapnya tidak terlalu peduli. Bahkan mata anak-anak itu menatap tidak suka padanya, karena dianggap sudah mengganggu pembagian roti.

Bocah perempuan itu melirik Dongju yang gemetaran dan hampir menangis. Dia menggigit bibirnya karena anak itu tidak mau mengakui kebohongan yang ia buat. Padahal dia juga memakai jepit rambut itu dan berkata itu bagus. 'Dasar pembohong.'

Ibu panti sudah termakan emosi, "Bawa alat itu kemari."

Mendengar hal itu Nana membulatkan matanya ketika mendengar ibu panti mengucapkan kalimat tersebut.

"Aku gak nyuri, bu! Dia yang ngasih! Aku gak nyuri!" Nana menunjuk Dongju histeris.

"Perhatikan baik-baik." Bisik Seoho pada Hwanwoong di sampingnya.

Hwanwoong hanya mengkhawatirkan Dongju yang terlihat sangat gemetaran di depan sana. Ia bahkan tidak menghiraukan bisikan Seoho.

Ibu panti yang lain berjalan pergi untuk mengambil 'alat' yang diminta. Nana berteriak bahwa ia sama sekali tidak mencuri dan tetap melemparkan kesalahan pada Dongju yang meremat ujung bajunya kuat-kuat. Maniknya menatap pada Youngjo yang memandangnya datar.

I Called You Home [ONEUS] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang