Masih terbayang di ingatan kakek Hwanwoong, bagaimana cucu pertamanya membuka mata untuk pertama kalinya. Kala itu, semua orang bahagia. Dia sendiri bahkan hingga melakukan perayaan besar-besaran untuk merayakannya.
Pada awalnya, kakek Hwanwoong tidak merestui ibu dan ayah Hwanwoong menikah, karena keluarga ibu Hwanwoong adalah musuh lama perusahaan. Namun, karena melihat bagaimana perjuangan kedua anak muda itu memperjuangkan cinta mereka, mau tidak mau, hati seorang ayah luluh juga. Pernikahan dilaksanakan dan tak lama Hwanwoong terlahir.
Kedatangan Hwanwoong ke dunia membawa berita baik dan buruk bagi orang-orang di sekitarnya. Bagi ayah dan ibunya, Hwanwoong adalah berkat yang begitu berharga, begitu juga dengan kakek Hwanwoong. Namun tidak bagi orang yang terhambat rencananya karena kehadiran anak itu. Ibu Hwanwoong juga tidak bisa melahirkan anak lain lagi.
Meskipun Hwanwoong adalah berkat pertama dan terakhir yang orang tua Hwanwoong terima, mereka sangat menyayangi anak itu. Bahkan terkadang, saking sayangnya mereka tidak sadar bahwa anak mereka tumbuh menjadi seorang anak yang agak pembangkang dan banyak menuntut.
Namun lagi-lagi, dia hanyalah anak kecil. Semuanya akan maklum. Tidak ada masalah besar.
Kakek Hwanwoong adalah seorang pengusaha yang berbangga diri. Begitu menyayangi keluarganya, termasuk Hwanwoong. Tetapi membenci adik laki-laki dari menantunya. Dia bisa rasakan aura kebencian dari pria itu, sangat kentara meskipun kedua belah bibirnya tersenyum.
Hwanwoong yang pada dasarnya anak yang memiliki keingintahuan yang besar kala itu sedang berlibur bersama keluarganya. Dengan keingintahuannya, dia tidak sengaja menyentuh tombol-tombol dalam mobil hingga membuat mobil yang mereka tumpangi hilang kendali dan menabrak pembatas jalan.
Kedua orang tuanya meninggal karena melindunginya. Hwanwoong hanya bisa menangis ketika hal itu terjadi. Dia tidak tahu bahwa kini kedua orangtuanya yang tertidur tidak akan bangun untuk selamanya.
Kakek Hwanwoong tidak ada dalam negeri ketika kecelakaan itu terjadi. Begitu ia mengetahuinya, dia segera terburu pulang. Tak cukup dengan anak dan menantunya yang meninggal, rupa-rupanya cucunya pun menghilang entah kemana.
Pria tua itu memendam perasaan dendam yang teramat dalam pada pelaku. Yang tentu saja sudah ia ketahui siapa. Hampir lima bulan, dia melakukan pencarian kepada pelaku dan cucunya. Dan ya, dia terbakar emosi ketika melihat cucunya berlarian di jalanan dengan sebuah kaleng bekas. Tanpa pikir panjang, dia langsung menuju tempat dimana sang pelaku di sekap. Begitu dia melangkahkan kakinya ke dalam ruangan, maka nyawa pelaku juga hilang.
Saat pertama kali bertemu Hwanwoong, kakek Hwanwoong untuk ketiga kalinya menangis. Pertama saat sang istri meninggal, kedua ketika anak dan menantunya meninggal.
Dia sangat bahagia ketika tau bahwa ada orang-orang baik yang menjaga cucunya di panti, dan tanpa pikir panjang mengijinkan anak itu menginap tanpa penjagaan.
Dan ternyata, semesta belum selesai bercanda dengannya. Cucunya hampir saja direnggut paksa darinya. Seolah-olah semesta menyuruhnya untuk hidup sendiri.
Mata tua itu menatap monitor yang menampilkan grafik keadaan cucunya. Semuanya normal, bahkan luka bakar dari tiga tahun lalu sudah hampir sembuh. Tapi kenapa Hwanwoong tak kunjung membuka mata?
Kakek Hwanwoong menatap dengan pandangan bertanya pada seorang dokter yang baru saja melakukan pemeriksaan pada cucunya.
"Pasien seharusnya sudah sadar sekarang, tetapi..."
"Katakan. Tidak perlu bertele-tele." Ucap kakek Hwanwoong tidak sabar.
"Pasien tidak memiliki keinginan untuk kembali. Dia tidak ingin bangun."
KAMU SEDANG MEMBACA
I Called You Home [ONEUS] ✓
FanfictionYa, Hwanwoong menemukan rumahnya. Sekarang dia punya tiga kakak laki-laki, satu saudara seumuran dan satu adik laki-laki. •Brothership •Hwanwoong x ONEUS