2. Mie instan dan nasi

208 39 24
                                    

Dongju menggandeng tangan Hwanwoong menuju kamar mandi. Mereka akan membersihkan diri sebelum makan malam.

Akhirnya Hwanwoong tahu saat ini dia ada dimana. Dia ada di panti asuhan. Pamannya mengirimnya ke sana, padahal tadi katanya pada Hwanwoong mereka akan jalan-jalan.

Hwanwoong tadi menangis tersedu-sedu meminta pulang. Dongju serta Keonhee hanya bisa menenangkan dia seadanya, Dongju bahkan memberikan boneka satu-satunya agar Hwanwoong tidak menangis dan meminta pulang lagi.

"Memangnya mama sama papa kakak pergi kemana?" Tanya Dongju sembari membantu Hwanwoong membersihkan badannya.

"Pergi jauh..." Hwanwoong berusaha keras untuk tidak menangis.

"Dongju dan kakak-kakak yang lain tidak punya mama sama papa." Anak itu terlihat sedih.

Namun tak lama, ia langsung tersenyum cerah pada Hwanwoong, "Tapi Dongju punya lima kakak sekarang!"

Hwanwoong tidak tahu harus menanggapi apa. Anak itu hanya menatap Dongju yang mulai membuka bajunya. Dia terkejut ketika Dongju membuka celananya.

"Kamu laki-laki?!" Tanya Hwanwoong kaget.

Dongju yang sedang membersihkan rambut panjangnya menatap Hwanwoong, "iya kak. Anak-anak lain juga sering bilang Dongju perempuan karena rambut Dongju panjang hehehehe..."

Hwanwoong hanya tersenyum canggung. Tiba-tiba suara anak-anak terdengar. Sekelompok anak laki-laki berjalan menuju kamar mandi. Hwanwoong menatap mereka. Kebetulan Dongju juga sudah selesai memakai bajunya.

"Ada Dongju! Cepat tangkap dia!"

Hwanwoong terkejut ketika salah satu anak itu menarik paksa tangan Dongju. Anak berambut panjang itu sampai terjatuh dan lututnya tergesek lantai kasar di bawahnya.

"Ahahahaha, kakak nya tidak menjaga dia sekarang jadi kita bisa memukulinya." Seorang anak yang nampak lebih dewasa menarik rambut panjang Dongju.

Hwanwoong tidak tahu harus berbuat apa. Dia hanya melihat Dongju yang berusaha melepaskan tangan anak itu dari rambutnya.

"Ayo cepat menangis, cepat menangis, ayo Dongju hahahahaha." Anak itu menarik rambut Dongju semakin keras hingga beberapa helai rambutnya terputus.

Hwanwoong hanya bisa memandangi cemas. Terkadang anak itu berusaha menggapai Dongju namun ia ditahan oleh anak-anak lainnya.

"Dongju...hiks...hiks..." Hwanwoong mulai menangis saat anak itu mencubit kuat pipi gembil milik Dongju.

"Ada temannya ternyata." Anak itu menghampiri Hwanwoong yang menangis. "Ini anak dengan baju bagus tadi, kan. Cepat berikan bajumu padaku." Anak itu mulai membuka kancing baju Hwanwoong paksa.

"Jangan pegang kakak Dongju!" Dongju menendang anak itu dari belakang.

"Sialan! Kemari kau!" Anak itu kembali berpaling pada Dongju yang menatapnya sengit.

Sebelum anak itu bisa menyentuh Dongju lagi, sebuah batu di lemparkan ke kepalanya. Anak itu menangis keras ketika darah mengalir dari pelipisnya.

"Dongju, Hwanwoong! Kalian tidak apa-apa?" Keonhee menghampiri Hwanwoong dan Dongju.

"Kakak, dia menarik rambutku dan mencubit pipiku, sakit sekali..." Dongju mengadu dengan mata berkaca-kaca kepada Keonhee yang merapikan rambutnya yang berantakan.

Saat mendengar ucapan Dongju, Keonhee langsung menendang perut anak itu keras. "Beraninya menyentuh adik-adikku, rasakan!"

Anak-anak lain hanya bisa menatap diam. Mereka tidak berani membantu anak yang sekarang terbaring sembari menangis di lantai kamar mandi yang kasar.

I Called You Home [ONEUS] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang