Bugh.Hwanwoong meninju pohon di depannya pelan. Dan tak lama ia langsung menggoyangkan tangannya karena sakit. Anak itu meniup-niup tinjunya. Dia hanya ingin coba-coba tadi, ternyata sakit sekali. Tapi jika memukul orang kelihatannya tidak akan sesakit meninju pohon. Benar, kan?
Jadi dia pergi untuk menemui Keonhee. Dengan main-main, Hwanwoong melayangkan tinjunya pada lengan anak tinggi yang tengah menghitung uang di depannya itu.
Bugh.
Hwanwoong tersenyum karena Keonhee mengentikan kegiatan menghitung uangnya. Anak tinggi itu lalu menoleh ke arah Hwanwoong. "....Ngapain?"
"Sakit gak?" Hwanwoong bertanya. Dia memang main-main tapi tetap saja dia berharap Keonhee kesakitan. Ya dia berharap tinjunya sekuat itu.
"Gak. Ngapain sih?" Keonhee kembali kepada kegiatannya dan mengabaikan Hwanwoong.
Hwanwoong tersenyum lagi. Ya pasti Keonhee tidak kesakitan, dia kan hanya main-main. Lalu tanpa ragu, anak itu meninju lengan Keonhee menggunakan seluruh kekuatannya.
"Aw!" Keonhee mengusap lengannya. "Kamu kenapa sih? Mau berantem?" Dia mulai kesal.
Hwanwoong kembali tersenyum bangga. Tinjunya sekuat itu. Jika ia berlatih sedikit lagi, pasti bisa menyamai Geonhak.
"Gak kok, cuma mau belajar ninju aja." Hwanwoong duduk di samping Keonhee.
"Belajar tinju?" Keonhee tampak berpikir, "Ah! Sini deh." Keonhee menatap lengan Hwanwoong yang ditanggapi penasaran oleh anak itu.
Keonhee mengepalkan tangannya dengan jari tengah yang dibuat lebih tinggi posisinya dibanding jari-jari lain. Hwanwoong masih kebingungan ketika Keonhee dengan cepat meninju lengannya. Pelan namun pasti, rasa sakit mulai menyebar dan membuat Hwanwoong mengusap lengannya yang ditinju Keonhee tadi.
"Aaa~ sakit..." Hwanwoong mengusap semakin keras namun rasa sakitnya terasa semakin menyebar. Rasanya seperti perih dan kemudian nyut-nyutan.
"Ninju itu gitu. Kamu pasti mau belajar berantem karena liat kak Geonhak kemarin kan?" Keonhee menatap Hwanwoong yang masih mengusap-usap lengannya.
"Gak kok!"
Keonhee mengangkat kedua pundaknya, "Hallah! Kalo mau berantem itu bukan cuma soal ninju aja, emang kamu pikir kayak di film-film gitu?"
Hwanwoong menatap Keonhee dengan mata disipitkan, "Ya kan, siapa tau ada yang ambil duitku nanti. Biar aku bisa ambil lagi gitu."
"Idih gayanya. Ya kalo ada yang ambil duit kamu, kamu lapor aja sama kita, nanti kita ambilin balik." Dengan santai Keonhee menepuk kepala Hwanwoong.
Hwanwoong menyingkirkan tangan Keonhee dari kepalanya. "Kalo kalian jauh gimana? Lagian aku juga mau ambil sendiri."
"Hmm," Keonhee terdiam sebentar, "Ya kalo mau berantem itu, manfaatin aja apa yang ada di sekitar. Kayak kak Geonhak sama Dongju kemarin. Lihat kan Dongju make batu, kak Geonhak make kayu? Nah gitu. Kakak-kakak yang lain kalo berantem juga gitu."
Hwanwoong mengangguk seolah dia sangat mengerti. Anak itu benar-benar merasa jika dia dihadapkan dengan sesuatu seperti kejadian yang lalu, dia akan menang.
Keonhee melihat Hwanwoong sebentar, "sebisa mungkin ya, ga usah berantem. Capek soalnya."
Dan tentu saja saran Keonhee itu hanya mengambang di kepala Hwanwoong. Anak itu tetap berkhayal bagaimana kerennya dia jika berhadapan dengan anak-anak lain nanti.
•••
Belakangan ini, Hwanwoong sangat bersemangat melatih kemampuan meninjunya. Keonhee dan Dongju saja sampai menatapnya aneh. Pasalnya untuk apa Hwanwoong belajar berkelahi seperti itu, dia bisa meminta bantuan kakak-kakak mereka jika ada sesuatu.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Called You Home [ONEUS] ✓
FanfictionYa, Hwanwoong menemukan rumahnya. Sekarang dia punya tiga kakak laki-laki, satu saudara seumuran dan satu adik laki-laki. •Brothership •Hwanwoong x ONEUS