Bulan Agustus adalah hari-hari terbaik untuk berjalan-jalan di luar menghirup udara segar. Angin sepoy-sepoy menyapu wajahnya lembut. Aroma bunga yang bermekaran dengan warna yang begitu cantik di sepanjang jalan, sangat memanjakan mata siapapun yang melihatnya. Orang-orang menikmati kesempatan ini dengan baik, begitupun dengan gadis ini. Hari ini ia akan pergi ke sebuah agensi yang menghubunginya kemarin. Ya, Jiya mendapat panggilan casting untuk model baru mereka. Meskipun ia baru mendapatkan gelar sarjananya, tapi ia lebih memilih mengejar impiannya untuk menjadi model daripada bekerja menggunakan ijazahnya. Entah mengapa sejak kecil ia sangat bercita-cita untuk menjadi model. Menurutnya, bekerja di depan kamera dan membuat wajahnya terpampang dimana-mana adalah hal terkeren. Karena itulah ia berusaha sekali untuk menjadi model. Padahal dengan modal ijazah sarjana manajemennya, ia bisa mendapatkan kesempatan bekerja di perkantoran dengan sangat baik.
"Ji-yaa." Gadis itu menoleh pada suara yang memanggilnya. Itu adalah sahabatnya, Bianca. Iya mereka memang bersahabat sejak mereka dipertemukan di sebuah minimarket dimana tempat mereka bekerja paruh waktu. Iya, memang Jiya bekerja paruh waktu untuk membiayai kuliahnya dan juga hidupnya. Ibunya meninggal saat ia berada di bangku SMA dan ayahnya tidak diketahui keberadaannya. Ibu dan ayahnya telah berpisah sejak Jiya bayi. Dia bahkan tidak mengingat wajah ayahnya, juga tidak ada satupun foto tersisa dari ayahnya.
"Ah ternyata kau datang." Tanya Jiya pada Bianca. Gadis itu mengangguk.
"Tentu saja. Aku kan akan menjadi managermu saat kau sudah terkenal nanti." Balas Bianca yang membuat Jiya terkekeh. Mereka akhirnya pergi ke agensi tersebut.
Tidak membutuhkan waktu lama, akhirnya Jiya telah menyelesaikan casting itu dengan sangat baik. Para crew memujinya dan pimpinan mereka bilang bahwa Jiya berpeluang besar untuk mendapatkan posisi itu.
Bianca memperhatikan Jiya yang selalu tersenyum sejak mereka meninggalkan agensi itu. Saat ini mereka sedang berada di sebuah restoran untuk makan siang.
"Hei, bisa tidak kau berhenti tertawa dan tersenyum seperti orang bodoh?" Tanya Bianca kesal. Jiya hanya tertawa.
"Kau tidak mengerti betapa bahagianya aku, Bii. Kau tau ini adalah--"
"Ya ya aku tau ini adalah mimpi yang ingin kau capai bukan?" Sungut Bianca. Jiya mengangguk senang.
"Doakan aku agar lolos kali ini. Aku benar-benar lelah karena gagal terus. Semoga kali ini berhasil." Ucap Jiya lagi. Bianca memang sangat mengetahui bagaimana perjuangan Jiya untuk sampai kemari. Jiya sebenarnya gadis populer dan pintar, ia lulus dengan predikat cumlaude di kampusnya. Kau tahu, belajar di jurusan manajemen itu tidak mudah. Namun Jiya bisa melewati itu meskipun dengan dibarengi pekerjaan paruh waktunya. Bianca sendiri memilih tidak melanjutkan kuliahnya dan akan membantu ibunya di sebuah toko kue milik keluarganya. Karena Bianca merupakan putri mereka satu-satunya, maka dia lah yang akan mewarisi itu. Ia lebih memilih mengikuti kursus baker atau sejenisnya. Terkadang Bianca sangat kagum dengan sosok Jiya. Karena gadis itu benar-benar membuktikan bahwa kerja keras memang selalu berhasil. Meskipun Jiya tidak memiliki keluarga lagi dan ia hanya tinggal sendiri namun usahanya memang tidak main-main.
"Kau mau tambah? Kali ini aku yang traktir." Ucapan Jiya membuyarkan lamunan Bianca. Gadis itu mengangguk. Tak lama, mereka kembali asyik mengobrol diselingi dengan tawa.
***
Jiya belajar berekspresi di depan cermin. Ia tersenyum dan mencoba beberapa pose. Ia benar-benar tidak ingin kesempatan kali ini gagal. Ia berusaha belajar terus agar tidak mengecewakan. Ia merubah mimik wajahnya sedemikian rupa di depan cermin. Inilah salah satu caranya untuk mengasah kemampuan modelingnya.
Setelah dirasa cukup, gadis itu memutuskan untuk pergi ke dapur dan memasak makan siangnya. Hari ini dia tidak mempunyai jadwal apapun. Ia hanya perlu menunggu pengumuman hasil casting itu minggu depan. Untuk pekerjaan paruh waktu, ia libur. Hanya Bianca yang bertugas hari ini. Setidaknya ia bisa me time hingga besok harus bekerja kembali.
KAMU SEDANG MEMBACA
Butterfly Effect [On Going]
FanfictionKau tau Butterfly Effect atau efek kupu-kupu? Sebuah kejadian kecil yang berdampak membawa perubahan sangat besar di masa depan. Ya seperti hidup gadis itu, yang berubah seutuhnya hanya karena dia melakukan kesalahan kecil. Hai semuanya. New book ak...