Hari ini Jiya sedang bersiap untuk pemotretan untuk perusahaan Dave. Dave juga datang untuk melihat. Jiya senang melihat kedatangan Dave. Lelaki itu hanya menunjukkan senyum kotaknya pada Jiya seraya melambaikan tangannya.
"Oke cukup." Ujar Fotographer. Jiya membungkukkan tubuhnya dan mengucapkan terima kasih pada seluruh staff. Gadis itu kemudian menghampiri Dave yang tersenyum puas.
"Kau hebat." Ucap Dave sesampainya Jiya di hadapannya. Jiya tersenyum mendengarnya.
"Aaah kak Dave jangan membuatku malu." Balas Jiya. Dave hanya terkekeh.
"Aku serius. Ekspresimu semakin baik sekarang. Progresmu bagus. Aku suka." Balas Dave sambil menepuk bahu Jiya.
"Terima kasih."
Tanpa mereka sadari sepasang mata memperhatikan mereka dengan tatapan tajam. Hingga akhirnya ia jengah dan menghampiri mereka.
"Sudah selesai kan? Ayo kembali ke ruanganku." Ucap Hyuga pada Jiya
"Hm, baiklah. Kak Dave terima kasih." Pamit Jiya. Dave mengangguk dan tersenyum. Hyuga mengernyitkan dahinya.
"Apa kau bilang? Kak Dave?" Ulang Hyuga. Jiya tergagap.
"Pa-pak Dave. Mungkin kau salah dengar." Jawab Jiya lagi.
Hyuga menatap Dave tajam. "Awas kau berani menyentuh istriku lagi." Ucap Hyuga dingin dan menarik Jiya dari hadapan Dave. Jiya hanya memandang Dave dan melambaikan tangannya.
"Mengapa bersikap seperti itu pada pak Dave?" Protes Jiya sesampainya mereka di ruangan Hyuga. Hyuga menatap Jiya lurus.
"Aku tidak suka dia dekat denganmu. Aku tidak suka dia menyentuhmu. Satu-satunya lelaki yang boleh menyentuhmu adalah aku. Suamimu." Balas Hyuga tegas. "Lagipula tadi kau bilang apa? Kak Dave? Wahh, aku yang suamimu saja tidak pernah kau panggil kak. Hubungan kalian sepertinya lebih dari sekadar profesi saja. Tolong jauhi dia, berinteraksi secukupnya saja." Lanjut Hyuga.
Baiklah Jiya lebih memilih diam. Sangat terlihat bahwa Hyuga benar-benar tidak menyukainya. Jadi ia lebih baik mengalah daripada memicu perdebatan.
"Ayo kemari." Ucap Hyuga lagi sambil mengambil tangan Jiya. Gadis itu menurut dan melihat apa yang Hyuga tunjukkan.
"Ini adalah pekerjaanmu. Ini seperti ini."
"Ah baik."
Hyuga mengajari Jiya dan nampaknya gadis itu cepat menangkap hingga ia bisa menyelesaikan tugasnya dengan baik. Hyuga tersenyum puas. Ternyata selain baik, Jiya juga pintar.
Sebenarnya Hyuga memiliki ruangan khusus untuk sekretarisnya yaitu di depan ruangan Hyuga. Namun sejak Jiya yang menjadi sekretarisnya, Hyuga membuat ruangan kecil dengan sekat kaca di dalam ruangannya. Alasannya agar lebih mudah untuk mengajari Jiya, tapi mungkin lebih tepatnya agar lebih puas memandangi Jiya dan mengawasinya. Jujur, Jiya itu sangat baik pada orang lain, karena itu banyak karyawannya yang sering mengajaknya mengobrol. Apalagi karyawan lelaki, dan Hyuga tidak menyukai itu.
***
Hyuga menatap Jiya yang terlelap di mobil. Hari ini mereka menghadiri banyak pertemuan penting. Jiya bekerja cukup keras untuk ini. Banyak project yang goal juga karena Jiya. Bahkan Jiya juga membantu Hyuga untuk presentasi dan berkomunikasi dengan investor asing. Hal yang Hyuga baru tahu juga ternyata Jiya fasih berbahasa Inggris. Hyuga sedikit merasa bersalah pada Jiya. Dia adalah suaminya, tapi mengapa ia baru mengetahui ternyata jika istrinya ini mempunyai sangat banyak kelebihan. Hyuga merasa bersalah karena merendahkan Jiya pada awalnya. Hyuga merasa bersalah karena sempat menuduh Jiya macam-macam dengan tuduhan jahat. Namun lihatlah, orang yang ia curigai justru membantunya disaat terpuruk nya.
![](https://img.wattpad.com/cover/295997188-288-k643944.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Butterfly Effect [On Going]
Fiksi PenggemarKau tau Butterfly Effect atau efek kupu-kupu? Sebuah kejadian kecil yang berdampak membawa perubahan sangat besar di masa depan. Ya seperti hidup gadis itu, yang berubah seutuhnya hanya karena dia melakukan kesalahan kecil. Hai semuanya. New book ak...