Chapter 2

41 7 0
                                    

Jiya sangat panik mendengar suara di seberang sana yang mengatakan bawa Bianca kecelakaan. Ya itu suara ibunya Bianca. Namun tak beberapa lama, Bianca melakukan panggilan video pada Jiya. Ia mengatakan bahwa ia tidak apa-apa hanya terserempet oleh mobil. Memang dahinya dan tangannya terluka namun dokter mengatakan bahwa mereka tidak perlu khawatir. Lagipula orang yang menyerempetnya bertanggung jawab dan langsung membawanya ke rumah sakit. Bianca mengatakan pada Jiya bahwa ia tidak perlu khawatir. Namun tetap saja, Jiya tidak akan tenang sebelum memastikan sahabatnya itu baik-baik saja.

Ia sampai kamar Bianca dengan terengah-engah. Jiya melihat gadis itu menunjukkan cengirannya dan akhirnya bisa bernafas lega. Jiya juga melihat disana ada orangtua Bianca dan seorang lelaki. Mungkin beberapa tahun lebih tua dari mereka.

"Ji-yaa, disini." Bianca melambaikan tangannya. Jiya menghampiri Bianca setelah sebelumnya memberi hormat pada orangtua Bianca dan lelaki itu.

"Kau tak apa, Bi? " Tanya Jiya. Ia sedikit meringis melihat dahi dan tangan Bianca yang dibalut perban.

"Aku baik-baik saja. Ah iya kenalkan ini Jake. Dia yang mengantarkan aku kemari." Ucap Bianca sambil menunjuk lelaki itu.

"Jiya." Ucapnya sambil sedikit mengangguk. Lelaki di seberangnya tersenyum dan ikut mengangguk juga.

"Jake."

Jiya balas tersenyum. Kemudian ia beralih pada Bianca. "Apa yang terjadi? Mengapa bisa seperti ini?"

"Tadi aku selesai bekerja, aku bergegas ke apartmenmu. Namun aku kurang fokus dan tidak memperhatikan jalanan. Sehingga mobil Jake tak sengaja mengenaiku." Balas Bianca.

"Wahh kau bodoh atau apa? Kenapa terburu-buru sekali sih? Kau harusnya lebih berhati-hati." Jiya memajukan bibirnya kesal. Bianca terkekeh.

"Iya maafkan aku Ji-yaa. Aku akan berhati-hati nanti." Orangtua Bianca hanya tersenyum melihat kedekatan mereka berdua.

"Hmm. Sebenarnya ini juga salahku. Aku tadi terburu-buru karena sahabatku juga kecelakaan. Aku akan pergi ke rumah sakit. Karena itu aku juga tidak terlalu fokus mengemudi. Maafkan aku." Ucap Jake sambil menunduk. Sebenarnya Bianca dan orangtuanya sudah memaafkan Jake. Namun ia mengulangi permintaan maafnya pada Jiya karena Jiya ini adalah sahabat dari Bianca dan mereka sangat dekat.

"Ah tidak apa-apa. Mungkin lain kali kau bisa lebih berhati-hati. Karena jika kau tidak fokus seperti tadi, itu bukan saja bisa melukai orang lain tapi juga mencelakai dirimu." Balas Jiya. Jake tersenyum kemudian mengangguk. Gadis-gadis ini sangat baik.

"Lalu bagaimana keadaan sahabatmu?" Tanya Jiya lagi. Lalu ekspresi Jake berubah.

"Kondisinya cukup parah. Ia belum sadar sampai saat ini. Jadi, aku belum bisa memastikannya."

"Ahh begitu. Aku turut sedih. Semoga sahabatmu segera pulih."

"Terima kasih Jiya."

Jiya mengangguk. Jake kemudian pamit pada mereka semua. Orangtua Bianca pun akan kembali ke rumah dulu karena ada beberapa barang yang perlu diambil dan ada beberapa pesanan kue mereka yang belum selesai. Jiya mengatakan bahwa mereka bisa pulang saja. Ia akan menjaga Bianca. Lagipula kondisinya tidak mengkhawatirkan juga. Orangtua Bianca setuju dan menitipkan putrinya sebentar pada Jiya.

***

"Ji-yaa?"

"Apa?"

"Apa kau lapar? Aku lapar. Akan sangat enak jika kita makan ayam goreng pedas, benar kan?" Tanya Bianca berbinar.

"Hei apa kau tidak sadar sekarang pukul berapa? Kau itu sedang sakit tapi menginginkan makanan pedas. Kau aneh Bi."

"Ji-yaa, yang sakit hanya tanganku dan dahiku. Itupun hanya luka. Mulut dan perutku masih berfungsi dengan baik, tahu?" Pekik Bianca kesal.

Butterfly Effect [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang