Chapter 11

29 5 4
                                    

Hyuga benar-benar pusing kali ini. Tadi ia pergi ke kantor dan ada beberapa masalah lagi. Beberapa data klien hilang dan mereka masih memperbaikinya. Masalah kantor membuatnya tidak bisa tidur. Ini sudah lewat tengah malam. Ia masih menatap laptop di hadapannya dengan nanar. Terbayang saat ia begitu mempercayai seseorang, namun selalu dibalas dengan pengkhianatan. Pertama Jihan, kedua sekretaris nya. Padahal Hyuga benar-benar tulus pada mereka. Namun mereka begitu tega padanya. Hyuga menatap keluar jendela. Ia saat ini ia berada di kamarnya. Menatap bulan yang bersinar dari jendela kamarnya.

"Aaaaaaaaaakkk..." Lamunan Hyuga hancur saat mendengar teriakan itu. Teriakan Jiya. Hyuga langsung berlari menuju kamar Jiya dan ia hampir bertabrakan dengan gadis itu yang juga berlari keluar kamarnya dengan ketakutan. Jiya langsung memeluk Hyuga erat. Membuat lelaki itu terpaku beberapa detik di tempatnya hingga akhirnya ia sadar.

"Ada apa?" Tanya Hyuga cemas. Jiya menunjuk ke arah kamarnya. Wajahnya pucat. Ia sangat terlihat ketakutan.

"Apa?" Tanya Hyuga lagi saat belum mendengar jawaban Jiya.

"Itu-itu ada tikus disana." Balas Jiya terbata. Hyuga menghembuskan nafasnya lega. Ia kira ada hal-hal lain.

"Ya sudah, itu hanya tikus. Sekarang dimana tikus itu?"

"Ak-aku tidak tau."

"Kembalilah beristirahat. Mungkin tikus itu sudah pergi."

"Tidak. Aku tidak mau kembali ke sana. Aku takut. Aku benar-benar phobia dengan hewan itu." Balas Jiya cepat sambil mengeratkan pelukannya pada Hyuga.

Hyuga merasakan Jiya yang memang sedikit bergetar. Apakah setakut itu dia dengan tikus?

"Lalu bagaimana? Kau mau tidur di sofa? Cuacanya sedang tidak menentu. Kau bisa sakit."

"Ti-tidak mau."

"Lalu bagaimana? Jangan cengeng. Ayolah, kau bisa memanggilku jika tikus itu muncul lagi."

"AKU TIDAK MAU, HYUGA!!" Hyuga terkejut mendengar Jiya yang membentaknya.

"Kau tidak mengerti. Aku benar-benar takut. Aku tidak mau kembali kesana. Aku takut." Ulang gadis itu lagi. Kali ini matanya berkaca-kaca dan tubuhnya masih sedikit bergetar. Hyuga menghembuskan nafasnya kasar.

"Baiklah, kalau begitu tidurlah di kamarku." Ucap Hyuga akhirnya. Jiya melepaskan pelukannya dan menatap lelaki di hadapannya ini dengan tak percaya.

"Lalu kau akan tidur dimana?"

"Aku tetap tidur di kamarku. Aku tidak ingin tidur di kamarmu. Aku tidak biasa dengan suasana asing yang akan membuatku sulit tidur. Jadi aku akan tetap di kamarku. Aku juga tidak ingin tidur di sofa. Malam ini dingin."

"Ta-tapi itu berarti, aku akan tidur bersamamu?" Tanya Jiya lugu.

Hyuga mengangkat sebelah alisnya. "Itu hanya tidur. Apa yang kau pikirkan? Terserah apa maumu. Kau bisa memilih akan tidur bersamaku atau bersama tikus itu." Pungkas Hyuga dan berjalan menuju ke kamarnya.

Jiya tersadar dan akhirnya ia mengikuti Hyuga masuk ke kamarnya.

Jiya masuk ke kamar Hyuga. Ia melihat berkeliling. Tampak tumpukan beberapa baju dan berkas-berkas dokumen bertebaran di meja kerjanya.

Hyuga memperhatikan Jiya yang sedang melihat-lihat sekitar dan terdiam. Jiya benar-benar tidak sempat memperhatikan kamar Hyuga ketika Hyuga sakit kemarin karena panik. Ternyata se-berantakan itu.

"Kenapa?" Tanya Hyuga.

"Hmm, apa kau yakin disini tidak ada tikus? Karena kamarmu ini lebih terlihat seperti gudang daripada kamar." Ucap Jiya sangsi.

Butterfly Effect [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang