Chapter 13

49 5 1
                                    

Perusahaan Hyuga sangat sibuk kali ini. Beberapa investor berdatangan dan itu lumayan membuat pekerjaan Jiya dan juga Hyuga bertambah. Beberapa hari terakhir mereka harus lembur namun Hyuga cukup bahagia dengan ini. Mereka perlahan bangkit kembali setelah banyak hal yang terjadi juga kerugian yang tidak sedikit. Sudah tengah malam saat Hyuga baru saja menyelesaikan pekerjaannya. Hyuga melirik Jiya yang sepertinya tertidur di meja kerjanya. Mereka masih berada di kantor. Menyelesaikan pekerjaan untuk meeting pagi besok. Belum lagi besok sore Jiya akan melakukan pemotretan dengan perusahaan Dave. Ia pasti sangat kelelahan.

Hyuga menghampiri mengusap kepala istrinya pelan. Gadis itu sedikit menggeliat. Jiya mengerjap-ngerjapkan matanya hingga akhirnya ia membuka matanya dengan sempurna.

"Maafkan aku ya. Kau harus jadi lembur seperti ini." Sesal Hyuga sambil tetap mengusap kepala Jiya. Ia mendongak dan melihat wajah Hyuga yang sedikit sedih dan menggeleng.

"Tidak apa-apa. Yang penting semuanya selesai."

"Ayo pulang. Kita harus beristirahat untuk besok." Jiya mengangguk dan membereskan beberapa kertas yang bertebaran di meja. Hyuga juga sedikit merapikan berkas-berkas dan mematikan laptop. Hyuga menghampiri Jiya lagi yang sudah hampir selesai menata mejanya.

"Ayo." Ucap Hyuga lagi. Jiya bangkit namun tiba-tiba tubuhnya limbung hingga Hyuga terkejut lalu dengan sigap memeluknya.

"Ada apa?" Tanya Hyuga lalu kembali mendudukkan Jiya di kursinya.

Jiya menggeleng. "Ah maaf. Tiba-tiba kepalaku pusing."

"Apa kau sakit? Kita ke rumah sakit ya?"

"Tidak. Mungkin sedikit kelelahan. Ayo kita pulang saja."

"Apa kau yakin?" Hyuga menatap Jiya lekat. Terlihat khawatir dalam raut wajah itu. Gadis itu mengangguk.

"Iya aku yakin akan lebih baik jika aku sudah tidur nanti."

"Baiklah. Ayo pelan-pelan." Hyuga merangkul Jiya dan memapahnya perlahan. Sebenarnya ia ingin menggendongnya saja, namun Jiya menolak.

Sesampainya di rumah, setelah membersihkan diri, Jiya benar-benar merasa tubuhnya sakit luar biasa. Ia juga sedikit pusing dan mual. Karena itu ia langsung merebahkan tubuhnya di tempat tidur. Hyuga yang baru selesai membersihkan diri melihat istrinya yang mulai merebahkan diri. Hyuga keluar kamar dan tak lama kembali membawa segelas susu hangat untuk Jiya.

"Jiya." Hyuga mengusap wajah Jiya. Ia membuka matanya perlahan.

"Hmm?"

"Ini kubawakan susu hangat. Semoga bisa membuatmu lebih baik." Ucap Hyuga sambil mengulurkan gelas susu pada Jiya. Jiya duduk dan tersenyum pada Hyuga.

"Terima kasih." Ucap Jiya dan mengambil susu itu. Ia mulai meneguknya. Baru tegukan kedua sampai Jiya membuka matanya lebar, menyerahkan kembali susu itu pada Hyuga dan berlari ke kamar mandi.

Hyuga terkejut dan menyusulnya ke kamar mandi. Ia melihat Jiya yang terduduk di depan closet kamar mandinya setelah mengeluarkan semua isi perutnya.

"Apa kau baik-baik saja?" Tanya Hyuga khawatir. Jiya mengangguk lemah dan membasuh mulutnya. Ia kembali ke tempat tidur dan kembali memejam. Hyuga mengikutinya dan merebahkan diri di samping Jiya.

"Apa kau baik-baik saja?" Ulang Hyuga lagi. Pasalnya Jiya tadi tidak menjawab pertanyaan Hyuga. Jiya membuka matanya dan mengangguk.

"Aku tidak apa-apa. Hanya saja aku sedikit lemas dan perutku sepertinya sedikit bermasalah. Ini mual sekali. Sepertinya asam lambungku naik."

Hyuga menatap Jiya khawatir dan membawanya ke pelukannya. "Maafkan aku ya." Ucap Hyuga.

"Kenapa?" Tanya Jiya yang masih dalam pelukan suaminya itu.

Butterfly Effect [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang