Setelah beberapa saat kak Evan pun melepaskan ciumannya dan langsung menjatuhkan dirinya di pundakku.
"Kak....kak Evan" panggilku sambil memukul pelan punggungnya
tidak ada jawaban dari kak Evan, aku pun mendengar dengkuran kecil sepertinya kak Evan tertidur. Dengan perlahan dan agak sedikit kesusahan karena kursi rodaku. Aku pun mencoba membaringkannya di kasur.
Setelah berhasil melepaskan dasi dan kaos kaki yang dikenakannya, aku pun menyelimuti tubuh kak Evan. Ku pandangi beberapa saat wajah itu, wajah yang dulu cuma aku bisa lihat dari kejauhan.
Keesokan paginya
"non kuenya belum dimakan?" tanya bibi ketika ia balik dari kulkas membawa beberapa sayuran
"ah itu semalem kak Evan pulangnya udh kemaleman jd gak dimakan, kalo bibi mau makan aja gapapa" kataku
"ah ngga non itukan buat den Evan" kata bibi
"gapapa bi makan aja" kataku
"oiya non ini udah hampir jam 8 tp den Evan tumben belum keluar kamar, biasanya jam segini kan udah rapih dan mau berangkat" kata bibi
aku pun memberhentikan aktivitasku, iya ya biasanya kak Evan jam segini udah berangkat.
"sebentar ya bi" kataku sambil menjalankan kursi rodaku ke arah kamar kak Evan
Aku pun mengetuk pintu kamarnya, tapi tidak ada jawaban dari dalam. Akhirnya aku memberanikan diri untuk membuka pintu. Kak evan masih tertidur di kasurnya.
Dari dekat pintu aku pun mencoba berbicara dengan dia takut kak Evan gak suka kalo aku terlalu jauh masuk ke kamarnya ya walaupun semalam aku udah melewati batas itu.
"kak Evan"
"kak ini udah jam 8"
"kamu gak kerja?" tanyaku namun tidak ada jawaban dari kak Evan
Akhirnya aku pun memberanikan diri buat mendekat ke arah kasur dan coba menepuk pelan tangan kak Evan.
"kak....kak Evan"
"eummm" gumam kak Evan yang hanya mengganti posisi tidurnya menjadi telentang. Muka kak evan agak sedikit merah 'apa dia demam' batinku. Aku pun mencoba memegang keningnya dan benar saja suhu badannya panas, akhirnya aku pun keluar kamar dan menghampiri bibi.
"Bi bisa tolong isi mangkuk yg agak besar dan air plus minta handuk kecil" kataku kepada bibi
"baik non, den Evan kenapa sakit?" tanya bibi
"iya bi agak demam" kataku
"ini non, mau bibi bantu bawain aja?" tawar bibi
"gak usah bi aku aja gapapa" kataku
aku pun sudah berada di samping kasur kak Evan, ah foto itu lgi yang aku lihat. Tapi aku berusaha tidak perduli dengan foto itu. Aku mulai memeras handuk kecil yang sudah basah lalu aku taruh di dahi kak Evan. Sambil sesekali ku pindahkan juga di sekitar pipi dan leher agar demamnya cepat turun.
KAMU SEDANG MEMBACA
Be Your Moon
FanfictionEveryone wants to be your sun, but not me. I want to be your moon so I can light up your darkest moments when your sun isn't around -Gianna