Ini sudah seminggu aku bersekolah di SMA Kusumawijaya. Dan selama itu pula ada dua makhluk yang seakan jadi pengikut. Yang pertama si Agni. Hari-hari itu anak cewek bawain bekal yang katanya masakan dewe*. Kalau benar, sih, cocok jadi chef itu anak. Ke kantin ditemenin sambil makan. Ke perpus ditemenin juga sambil baca-baca. Sebenarnya dia nggak segitu annoying, tapi ya jadi nggak enak aja. Kami nggak saling kenal secara dekat. Lagipula bisik-bisik tetangga itu bikin risih juga. Rasanya murid lain memandangku berbeda. Bahkan satu dari dua gadis yang menyapaku dulu kayak nggak mau kenal aku. Macam menghindar dan terlihat takut.
[*Sendiri]Dari bisik-bisik yang nggak lirih itu aku dapat secuil info kalau aku berani banget mau deket sama Agni. Setelah kutanya ke murid di bangku depan, barulah aku tahu jawabannya.
Agni itu anaknya yang punya sekolah ini.
Wes! Angel wes! Angel!*
[Dah! Susah dah! Susah!]Pantesan anak-anak lain pada nggak berani sok kenal sok dekat. Malahan satu dari dua anak cewek yang menyapaku pertama dulu tiba-tiba dikabarkan keluar sekolah. Entah kenapa naluriku bilang itu ada campur tangan Agni.
Kalau Agni yang pertamanya, keduanya ada si setan cewek. Masih ingat yang kutemui di Forea itu kan? Nah, itu!
Itu setan selalu standby di kelas, udah kayak nungguin aku. Mana duduknya selalu di bangku kosong di belakangku. Jadilah selama seminggu ini aku merinding disko tiap mengikuti pelajaran di kelas.
Nggak cuma itu, sih. Itu setan cewek juga ngikut terus karena minta tolong.
Ceritanya, suatu hari aku sengaja sarapan di taman samping perpustakaan. Kalau di kelas entar digangguin setan jadi nggak enak.
"Mas."
Dadaku sesak, napasku tersendat karena tersumpal nasi atas kemunculan makhluk halus yang mendadak. Mana lupa nggak beli minum. Akhirnya aku menggunakan ludah agar nasi di tenggorokan lekas turun.
"Mas nggak apa-apa?" tanya setan cewek itu.
"Matamu nggak apa-apa! Pengin aku mati hah?" sahutku emosi. Dahlah ilfil juga lama-lama aku.
"Maaf."
Macam mana setan minta maaf? Ah! Bodo amat! Aku membungkus kembali nasi pecelku kemudian meninggalkan area taman.
"Mas, aku minta tolong."
Suara menggema si setan cewek nggak kuhiraukan. Yang saat itu kupikirkan adalah menjauhi si makhluk astral itu.
"Mas, maaf ya."
"Pergi napa!" bentakku. Tapi seketika aku terdiam saat sadar sudah di Forea.
Lah, sejak kapan?
Aku bertambah bingung saat menyadari jika sedang berlarian di koridor. Sesekali aku melihat ke belakang yang tanpa siapapun. Tapi aku yakin jika ini bukan aku.
Sebentar. Apa aku lagi channeling? Aku pun mengikuti saja yang ternyata mengarah ke jalan buntu. Tubuhku berbelok ke kanan. Rupanya ada kamar mandi di sana. Aku memang nggak begitu ingat soal kamar mandi itu."Hey, Nirmala! Nirmala!"
Aku mendengar suara lain setelah masuk salah satu bilik. Ketika akan menoleh, mendadak pandanganku buram.
"Pan? Topan! Hey, kamu nggak apa-apa?"
Kurasakan pipiku ditepuk-tepuk. Dan saat fokusku sepenuhnya kembali, kulihat Agni berjongkok di depanku dengan menampilkan kekhawatiran.
"Kamu nggak apa-apa, kan? Ayo, kita ke UKS," ajaknya dan aku menurut saja karena kepalaku memang agak pusing.
Sesampainya di UKS, Agni memberiku minyak angin dan obat sakit kepala. Aku menolak obatnya karena kupikir minyak angin saja sudah cukup.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ghost, Away! (TAMAT)
ParanormalNamaku Topan. Dan aku bisa lihat hantu. Padahal dari silsilah keluargaku sendiri nggak ada yang punya bakat itu. Suatu hari aku terpaksa pindah sekolah, bukan karena perihal dinas bapak, tetapi karena aku habis menghajar satu bocah tengil. Salahnya...