Kami Berbicara Banyak Hal Hari Itu

23 2 0
                                    






Tempat we time yang direkomendasikan Agni adalah sebuah kafe berkonsep fantasy world. Letaknya nggak strategis menurutku karena berada di dalam area perumahan makanya agak sepi. Tapi dari segi dekorasi dan menu, kafe ini menonjol sekali, kayak terkonsep baik gitu. Ada free WiFi lagi.

Atas saran Agni juga, aku mencoba menu di sana yang bernama... ehm, apa ya tadi namanya? Agak susah namanya soalnya katanya diambil dari bahasa peri. Pokoknya kalau bahasa lokalnya itu roti krenyes yang atasnya dikasih ceri dan madu.

Sebenarnya rasanya enak, manisnya nggak bikin enek. Tapi karena lidahku itu "ndeso" jadinya nggak puas saja. Masih mending pepes ikannya Agni tadi sih.

"Jadi, channeling itu kayak kamunya jadi si hantu itu semasa kejadian terus dibawa ke dimensi yang sama saat kejadian itu terjadi?" tanya Agni setelah kujelaskan kejadian supranatural yang baru-baru ini kualami.

"Ya kurang lebih seperti itu. Jujur aja sih aku agak kaget juga. Soalnya selama ini aku cuma nyimak begituan di yutub. Nggak nyangka bakal kejadian ke aku." Selesai dengan menu tadi, aku mengisap minuman bernama Ocean Fantasy yang sebenarnya itu soda. Tapi memang ada tambahan sesuatu yang bikin nagih. BTW, siang-siang begini minum itu bikin seger luar-dalam.

"Kamunya cuma nonton yutub buat nambah ilmu soal kelebihan kamu?"

Aku nyengir. Tuduhan Agni memang benar.
"Aku nggak ada pikiran buat pengin lebih banyak tahu soal kelebihanku ini, Ge. Jadi ya cuma nyari tambahan info di sana, sesuai kebutuhan."

"Kenapa kayak gitu?" Agni tampak begitu penasaran.

Aku mengangkat bahu.
"Ya nggak tertarik saja. Kupikir kalau emang dikasih, ya, sudahlah syukurin aja. Nggak perlu dikorek lebih dalam."

"Makanya kamu nggak tahu soal anak indigo lain?" timpal Agni. "Kamu pernah nyoba nutup mata batin kamu?"

Aku termenung, mencoba mengingat.
"Entah kalau semasa kecil. Aku nggak tanya ortu juga. Tapi setelah sadar soal hantu, aku sama sekali nggak pernah nyoba."

"Kenapa? Bukannya kamu nggak mau kelebihan itu?"

"Emang gitu sih. Tapi selama ini, nggak ada gangguan berarti. Mereka nggak sampai yang mengganggu banget. Ya emang kadang bikin susah tidur, agak stres juga. Tapi aku masih bisa atasin, kok."

"Souka.*" Agni menanggapi dengan bahasa yang nggak kumengerti.
[Begitu, ya==>bahasa Jepang]

"Kamu sendiri? Gimana?" Akhirnya aku berinisiatif bertanya sejak sedari tadi Agni yang mengambil posisi investigator.

"Oh, visioner, ya? Umh, kayak yang aku bilang, itu bisa lihat masa depan. Untuk kasusku lewat mimpi. Jadi ada kalanya aku bakal memimpikan sesuatu yang peristiwa di sana bakal kejadian di dunia nyata," jelasnya.

"Sering kejadian?" tanyaku.

"Selalu kejadian," sahutnya yakin. "Dulu, waktu SD, aku pernah mimpi pergi ke sebuah rumah yang ramai. Di sana aku lihat sekelompok orang menggotong keranda mayat. Aku lihat dengan jelas siapa saja yang ada di sana. Semua teman sekelasku. Tahu apa yang terjadi seminggu kemudian?"

Nada bicara Agni yang seperti pendongeng cerita horor itu cukup membuatku takut sekaligus penasaran.

"Teman sekelasku meninggal, jatuh dari pohon. Dan kejadian aku melayat sama teman-teman kejadian juga. Orang-orang yang membawa keranda pun sama persis."

Edan! Ngeri juga itu visioner!

"Emang sejelas itu?"

Agni mengangguk menanggapi pertanyaanku.
"Ada beberapa bagian yang nge-blur tapi kupikir karena bagian itu nggak begitu penting."

Ghost, Away! (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang