Sesuai janji, aku menunggu Agni di taman samping perpustakaan. Rencananya kami akan mewancarai Nirmala agar itu setan speak up soal siapa yang sudah bikin dia kayak gitu. Sebenarnya aku agak was-was juga, masalahnya Nirmala nggak nongol lagi sejak hari itu. Di satu sisi aku lega tapi sekarang bingung juga gimana manggilnya. Lagipula aku bukan paranormal yang katanya bisa manggil setan.
Nggak lama, sosok Agni terlihat. Harum parfumnya yang lembut dan manis segera menyapa indra penciumanku. Senyumnya yang cantik sebenarnya menggodaku untuk tersenyum juga tapi aku tahan hidup-hidupan. Ingat, laki itu harus jaim! Stay cool!
"Gimana? Dia udah di sini?" tanyanya langsung tanpa basa-basi kayak: maaf ya lama aku tadi bla-bla-bla. Atau: udah dari tadi ya?
Aku menggeleng.
"Nggak ada dianya. Dari kemarin-kemarin juga nggak ada.""Lah. Nggak bisa dipanggil atau gimana gitu?"
"Aku bukan dukun, Ge. Lagian aku nggak ngerti soal dunia gaib," sahutku dan buru-buru menyingkir ketika tangan Agni sudah terangkat. Masih ingat aku akan panasnya tamparan tangannya yang kurus itu.
"Terus gimana dong?"
Aku diam sebentar sambil memikirkan jalan keluar lain.
"Aha! Kita ke TKP aja!" seru Agni kemudian.
Hei, jujur saja tadi aku juga kepikiran soal ke sana tapi udah keduluan.
Akhirnya kami menuju Forea yang sepi itu. Dan ketika ke sana pun memang nggak ada tanda-tanda kehadiran manusia lainnya. Ditambah lagi hawanya nggak enak banget hari ini. Bulu kudukku sampai meremang.
"Nir? Nirmala?"
Aku spontan membekap mulut Agni saat dia teriak begitu saja.
"Jangan gitu!" tegurku. "Yang di sini bukan cuma Nirmala. Ntar yang lain keganggu bisa gawat buat aku."
"Emang ada apa lagi di sini? Penasaran juga aku."
Aku mencebik saja. Belum tahu dia rasanya dihantui hantu.
Pelan tapi pasti, kami menuju kamar mandi yang baru kali ini kuketahui keberadaannya. Letaknya yang di ujung dan harus melalui lorong kecil membuatnya sedikit terabaikan untuk orang yang baru pertama datang.
"Di sini," ujar Agni sambil menunjuk satu-satunya bilik yang tertutup. Pintu itu masih cukup bagus meski di beberapa bagian sudah mengelupas catnya.
Aku pun mencoba membukanya walau jantung sudah mau keluar. Jangan sampai nanti tiba-tiba Huwaaaaaa! kayak gitu.
"Dikunci," kataku kecewa sekaligus lega. Ealah, momen tegangnya batal sebelum dimulai.
Kulihat Agni segera menyibukkan diri dengan tasnya lalu tersenyum lebar saat mengangkat segerombol kunci.
"Apa?" tanyaku.
"Kuncinya," jawabnya enteng kemudian segera menggeser posisiku. Satu per satu dia mencoba kunci yang dipegang hingga suara "klik" membuat ketegangan itu kembali.
Perlahan, Agni membuka bilik itu.
"Kosong."
Kata-kata Agni itu kuabaikan saja karena aku merasa ada yang nggak mengenakkan di sini. Hawanya tiba-tiba mencekam.
"Eh---"
Aku gagal mencegah Agni masuk jadinya kuikuti juga dia. Terlihat lantai bilik itu menghitam oleh debu dan tanah. Ada pula jejak garis putih yang biasa digunakan polisi untuk menggambar posisi mayat walau sudah samar. Aku makin merinding. Air dalam bak yang kotor malah membuatku membayangkan ada sesuatu yang muncul di sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ghost, Away! (TAMAT)
ParanormalNamaku Topan. Dan aku bisa lihat hantu. Padahal dari silsilah keluargaku sendiri nggak ada yang punya bakat itu. Suatu hari aku terpaksa pindah sekolah, bukan karena perihal dinas bapak, tetapi karena aku habis menghajar satu bocah tengil. Salahnya...