Mereka berdua pun pulang, tak lupa ku masukan amplop yang diberikan Umi padaku ke
dalam tas pemberiannya itu. Aku langsung membayar pesanan tadi, dan langsung
menuju ke dalam kamar. Lelaki yang tadi memergokiku masuk ke dalam toilet pria, masih
terus melihatku. Namun ku tidak mengubrisnya, toh dia bersama dengan teman
setongkrongannya. Jika aku meladeninya, mungkin akan ketahuan. Aku sedikit
membayangkan kalo dia mengetahui identitasku yang sebenarnya. Aku langsung kabur
agar lelaki itu tidak menguntitku dari belakang.
"Umi dan Nanda sebenarnya orang baik, kenapa mereka memiliki fantasi seks yang liar"
"Kenapa harus aku yang jadi budak seks mereka, apa tidak ada yang lain?", pikirku sambil
berjalan menuju kamar hotel yang jaraknya cukup jauh dari tempatku makan tadi.
Sesampainya di kamar hotel, ku lihat ranjang penuh dengan keringat dan sangatlah
basah. Meskipun bisa langsung rebahan, tapi aku merasa tidak nyaman kalau sprei tidak
diganti dengan yang baru. Aku langsung meminta bagian pelayanan untuk menggantinya
dengan yang baru, dan tidak menunggu lama petugas pun datang ke kamarku. Langsung
saja ku bukakan pintunya, dan terkejutnya aku ternyata di luar bukanlah petugas kamar,
melainkan lelaki yang sempat mencurigaiku tadi. Aku gelagapan melihatnya ada di
depanku. Aku hanya terdiam saja,
"Mbak... maaf mbak", suaranya membuyarkan pikiranku yang sedari tadi membayangkan
hal yang buruk.
"ini mbak, tadi handphonenya ketinggalan", ucap lelaki itu.
"O.... iya, makasih mas", setelah ucapan terima kasih itu lelaki itu langsung pergi. Karena
merasa tidak enak, aku langsung memanggilnya.
"Mas... Tunggu.... ", suaraku menghentikan langkahnya sejenak, dan menengokku
perlahan.
"Nama mas siapa?", teriakku dengan pelan di lorong hotel itu.
"Aku Ian", ucapnya dan langsung beranjak pergi.
Refleks aku berteriak kecil lagi untuk mengucapkan terima kasih" Terima Kasih ya Mas
Ian", aku malu mengucapkan itu tapi sepertinya hormon wanita perlahan mengubahku
menjadi lebih manja.
Tak berselang lama, pelayan hotel itu datang. Ku lihat pelayan itu seumuran dengan
istriku, tubuhnya pun juga berpostur sama.
"Maaf ya mbak, kalo kamarnya jadi berantakan gini", ucapku ke pelayan itu.
"Gapapa ko mbak, namanya juga permintaan pengunjung. Ya biasa sih", ucap pelayan itu
agar suasana menjadi cair.
"Iya mbak, tapi gatau akan sebasah ini", balasku dengan sedikit sesal karena tidak enak
telah bikin berantakan kamar. Maklum segedhe ini, baru pertama kali masuk ke dalam
hotel yang memiliki fasilitas lengkap macam ini.
"Gapapa mbak, tapi suaminya tadi udah puasin mbak sampe ranjang begini", balas
pelayan berjilbab itu dengan sedikit menggoda.
"Suami?",
"Aku tidak bersuami ko mbak?", ucapku dengan jujur, meski dalam batin aku tidak akan
bersuami. Lebih tepatnya aku ini sudah beristri.
"Oh... Maaf mbak, kirain cowok yang tadi bertemu dengan mbak adalah suaminya mbak","Maaf ya mbak", ucap sesal dari pelayan itu yang sempat menyangka cowok yang
mengantarkan handphone itu adalah suamiku. Sakitnya beneran luar biasa, belum lagi dikontrol
tangannya yang kuat itu jika dibandingin dengan cewek lain, termasuk istriku yang
sempat ku tinggalkan berbulan-bulan itu.
********************************************************************************
"Mas, jangan pergi lagi ya mas... Temani aku di sini, aku ga mau jauh dari kamu lagi",
Hahhh....
Seorang tahanan dilaporkan kabur dari lapas, polisi sedang memburunya . Padahal aku
sendiri baru menghidupkan tv, namun karena tidak enak ditonton. Aku putuskan untuk
mematikannya kembali. Aku mencoba bermain sosial media untuk mengurangi
kebosananku saat ini.
Ilustrasi waktu sarapan
"Hmm... Daftar dulu ya?", terlihat tombol bertuliskan Sign Up . Aku langsung
menekannya, tertulis memilih email atau nomor telepon. Ku pilih nomer telepon, aku
mulai bingung karena tidak tahu nomer hpku ini. Sedikit hafal tentang kode dial telepon,
akhirnya aku tahu nomerku. Ku catat di dalam note kecil dekat meja rias. Ku masukkan ke
dalam daftar media sosial tadi, akhirnya aku berhasil mendaftar. Ini belum selesai, harus
memasukkan photo yang tertulis sebagai profil. Ku iyakan saja, langsung saja aku
berpose cantik meski terlihat agak kaku. Setelah itu nama, ku tulis Nadya_Dyana biar aku
tidak ribet memasukkan nama, aku juga tidak ingin orang lain tau. Akhirnya setelah
proses itu, aku bisa membuka sosial media yang banyak sekali orang untuk
mengunduhnya bahkan memakainya. Banyak sekali cewek cantik baik berjilbab mau pun
tidak.
Pantas saja banyak orang menikmati konten yang disediakan oleh media sosial ini. Selain
memanjakan mata, dapat juga menjadi ajang mencari cuan. Bahkan orang desa juga tak
mau kalah dengan konten sawahnya, meski objek yang ditonjolkan adalah cewek. Tak
lupa aku juga mengikuti akun yang kelihatan menarik untukku, dan tak lupa aku juga
memajang photo bertiga dengan Umi dan Nanda tadi. Hingga asyik aku di kamar melihat isi galeri di InstaOns itu, aku lupa bahwa sebentar lagi waktunya untuk pulang. Dan benar
saja, ternyata pintu kamarku sudah diketuk. Dan aku bersiap untuk pulang sekarang
bertemu istri tercinta.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jilbabku
Short StoryCerita seorang narapidana yang kabur dari penjara, dan menyamar sebagai seseorang karena ketidaksengajaan membuatnya harus merasakan penjara yang lain. Dengan terpaksa dan keadaan yang memintanya menjadi orang lain. Akankah narapidana ini akan menja...