Setelah puas main InstaOns, ternyata pintu kamarku sudah diketuk. Aku membawa tas dan koper kecil pinjaman Umi padaku. Koper yang ku bawa sebenarnya perlengkapan Umi kemarin, dan beberapa helai baju yang dibelikannya kemarin setelah keluar dari klinik milik dr Susan.
Aku berjalan menuju resepsionis tanpa beban, alias ga bawa barang. Karena sudah dibantu pelayan tadi.
"Nih mbak kuncinya", dengan suaraku yang ku pelankan. Tanpa curiga resepsionis padaku, aku langsung menaruh kunci di depannya.
"Terima kasih atas kunjungannya", ucapnya dengan salam hangat darinya.
Aku bingung mau pulang kemana, berpakaian muslimah macam begini lagi. Aku takut jika ada orang yang mengenali.
"Mbak... Mbak Nadya", suara yang tidak asing terdengar di telingaku. Tanpa sadar aku menengok ke arah seseorang yang memanggilku.
Ternyata yang memanggilku itu adalah cowok yang mengembalikan hpku semalam. Namanya Ian, dia membawa mobil sesaat aku baru keluar dari hotel.
Aku mencoba menjauhinya, bukannya menjauh malahan dia mendekati.
"ahh... Napa sih dia mengikuti", batinku
Pelan-pelan mobilnya mendekati, dengan bunyi klakson yang membuatku malu karena selain berisik juga menjadi pusat orang-orang sekitar layaknya drama korea, yang mana si cowok mengejar ceweknya yang lagi ngambek. Dengan posisi yang sebegitunya malu, akhirnya aku membalikkan badan dengan koper yang ku bawa sedari keluar dari hotel.
"Apaan sih mau kamu? ", tanyaku seperti cewek ngambek pada cowoknya itu.
Si cowok ini langsung keluar dari mobilnya, dan minta maaf telah membuatku malu.
Aku bercerita kenapa aku bisa tidur di hotel, karena urusan pekerjaan kebetulan ada temen menawariku produk kecantikan. Padahal itu untuk menutupi jati diriku.
Dan aku tahu pekerjaan laki-laki ini, ternyata dia adalah fotografer, profesi yang ku dambakan dulu sebelum akhirnya aku terjebak di penjara dan akhirnya kabur dari hukuman itu. Namun kalimat terakhir, rasanya aku tidak ingin menceritakan pada laki-laki ini. Toh laki-laki ini hanya kebetulan ada di tempat dan waktu yang sama juga.
Perjalanan ke rumahku cukup jauh, mungkin perjalanan dua jam dari kota ini ke kota R, kemacetan menambah lama perjalanannya.
"Hoaaammmm", aku mengantuk saat sebelahku menyetir.
Ku lihat tubuh mereka begitu sintal, dan pakaian mereka jelas memperlihatkan lekuk tubuhnya. Wudhu ku percepat agar aku tidak mengenai anggota tubuh mereka, jika tidak nanti bisa batal wudhunya. Dengan pakaian begini, tidak mungkin aku hanya memakai sarung. Tubuhku jelas memperlihatkan tubuh wanita, dengan terpaksa di fasilitas umum aku memakai mukena di masjid ini. Aku beribadah di masjid pertama kalinya sebagai muslimah, rasanya aneh di dalam shaf perempuan. Aku mempercepat tempoku untuk beribadah selain menghindari sentuhan ukhti yang dapat menimbulkan syahwat lain, tetapi takut juga jika aku ditinggal sendirian di sini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jilbabku
Short StoryCerita seorang narapidana yang kabur dari penjara, dan menyamar sebagai seseorang karena ketidaksengajaan membuatnya harus merasakan penjara yang lain. Dengan terpaksa dan keadaan yang memintanya menjadi orang lain. Akankah narapidana ini akan menja...