Ikatan Hati

397 1 0
                                    


"Mas... rambut kamu panjang ya?", Dyana melihatku dengan sedikit heran, dan menyentuh rambutku dengan jarinya.

"Halus... Lurus.....", sambil menggulungkan rambutku dengan tangannya.

"Iya dek, rambutku panjang sekarang", dengan bergantian aku masuk ke kamar mandi, dan Dyana menunggu di depan pintu kamar mandi. Kemudian bergegas ke kamar bersama untuk subuh berjamaah. Aku mau ambil sarung di lemari, toh Dyana sudah tau kalo aku ini suaminya.

"Dek, aku ambil sarungnya ya di lemari", ucapku mengambil sarungku di lemari. Ternyata tidak ada di sana, aku langsung tanya ke istriku.

"Sarung mas kemana dek?", ku lihat Dyana memakai mukenanya.

"Lhoh... Mas kan udah jadi cewek, ngapain pake sarung?", ucap Dyana

"Tapi ini beneran tidak ada sarung lho, dek", ucapku sambil terus mengeledah isi lemariku.

"Kan udah mas bawa sebagian, lagian mas ini ada-ada aja deh",

"Mas ini sudah mirip cewek banget, aku yang jadi istrimu aja iri liat mas bisa secantik ini", imbuhnya. Sesaat kemudian, Dyana mengambil mukena yang semalam dilipat bersamaan dengan sajadah milikku.

"Ini pakai aja mukena pernikahan kita, lagian ntar aku ajak ke pengajian ibu-ibu. Masa pas sholat pakai sarung?", ungkapnya yang rencananya sehabis pulang kerja diajak ke pengajian bulanan. Dengan terpaksa aku memakai mukena itu lagi, meski sudah sering memakainya terutama saat diajak Umi dan Nanda di asrama. Setelah subuhan, aku langsung melepas mukena. Ku lihat Dyana terus menatapku.

"Dek... kamu kenapa? Koq liatin aku gitu amat", ucapku sambil melipat mukena.

"Gini mas, aku lebih nyaman kamu manggilku dengan tambahan mbak, bukan mas", ucapnya sambil melirikku

"Ehh... bentar-bentar", ucapnya langsung mendekati wajahku, karena kaget aku agak menghindar darinya.

"Bentar mbak... ", langsung saja Dyana memegangi daun telingaku.

"Ada apa sih dek?", tanyaku kaget saat istriku memegangi daun telingaku.

"Kamu ko ga pake anting sih?", ucapnya heran.

"Lhah... ko pake anting? Emangnya aku ini cewek apa?", gerutuku.

"Maksudku, dari kemarin kan aku kiranya kamu ini cewek tulen",

" Soalnya pake jilbab terus, terus pas liat tadi kamu lepas jilbab, aku juga kaget sih ternyata rambut kamu panjang", lanjutnya

"Terus aku kira kamu beneran jadi cewek, makanya aku liat daun telingamu kok belum ditindik",

"Padahal kalo dipakein anting pasti jauh lebih cantik", imbuhnya.

"Lhah... aku kan bukan cewek dek", aku coba menyakinkannya bahwa ini adalah keterpaksaan.

"Uhhhhh", tiba-tiba Dyana meremas dadaku.

"Ini apa mas, atau mungkin sebaiknya aku panggil mbak aja", ucapan Dyana tiba-tiba membuatku takut.

"Lepasin dong dek, aku geli", perlahan Dyana meremas perlahan payudaraku.

"Aku gamau lepasin, kalo mbak ini belum bikin aku puas", ntah setan mana mulai merasuki tubuh istriku.

Selengkapnya hanya di https://karyakarsa.com/cheesebuns555/jilbabku-9-17

JilbabkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang