Tok...tok...tok.....
"Assalamualaikum", salamku sambil terus mengetuk pintu rumahku. Karena tidak ada sautan dari dalam, ku coba mengintip isi rumahku. Aku terkejut, isi rumahku begitu kosong. TV tabung yang ku miliki dulu tidak ada di rumah, yang ada hanyalah mesin jahit tua peninggalan ibuku dulu.
Aku menunggu di depan rumah, sambil membatin jika istriku tidak kembali pulang. Aku akan balik lagi ke asrama. Sambil menunggu istriku kembali, aku main hp. Tak berselang lama, ada video call masuk. Ternyata Nanda menelponku. Aku mengangkatnya.
"Saya Nadya mbak", ucapku dengan nada pelan.
"Nadya?", istriku terlihat bingung denganku.
"Gini mbak, saya ke sini dimintai tolong sama mas Wawan", ucapku seadanya agar dirinya tidak mencurigaiku.
"Mas Wawan? Emang kemana dia sekarang?", tanyanya balik.
"Mas Wawan dinaikan pangkat di tempat kerja, aku dimintai tolong untuk memberikan ini", bohongku sambil membuka tas dan amplop yang diberikan oleh Umi saat di hotel kemarin.
"Apa ini mbak? Terus mbak ini siapanya mas Wawan?", istriku terlihat cemburu saat bertemu dengan wanita yang tidak dikenal datang ke rumahnya, dan tiba-tiba memberinya amplop yang mengatasnamakan suaminya. Padahal jika dia tahu, wanita yang menemuinya itu adalah suaminya sendiri.
"Itu amplop berisi gaji dari suami mbak, dan saya ini sepupunya mas Wawan. Kebetulan ini lagi liburan, makanya saya disuruh menemani mbak", jawabku agar tidak curiga.
"Mbak kenapa? Ko nangis?", ucapnya yang tidak sengaja melihatku meneteskan air mata. Aku jawab kalo tadi kelilipan, ada hewan kecil masuk ke mata bohongku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jilbabku
Short StoryCerita seorang narapidana yang kabur dari penjara, dan menyamar sebagai seseorang karena ketidaksengajaan membuatnya harus merasakan penjara yang lain. Dengan terpaksa dan keadaan yang memintanya menjadi orang lain. Akankah narapidana ini akan menja...