Be mine chapter delapan | ketika masa lalu hadir
Murid-murid berpakaian putih abu-abu yang masih terlihat baru berlarian memasuki gerbang SMA Merdeka, diiringi oleh teriakan beberapa senior dari OSIS.
Rara melangkah santai menuju gerbang. Sesekali dia menatap beberapa murid baru yang berlarian.
Tahun ajaran baru, penampilan sekolah juga berbeda. Ada beberapa bagian yang sudah di cat dengan warna yang berbeda. Dan juga sambutan para OSIS dengan wajah garangnya menatap kearah murid baru. Diantara kumpulan OSIS, Kevin berdiri dengan tampang cool-nya, membuat beberapa cewek meliriknya dua kali sebelum benar-benar masuk.
Rara memutar bola matanya jengah melihat Kevin yang asyik tebar pesona itu. dia mempercepat langkahnya agar tak melihat lagi wajah menyebalkan laki-laki yang notabenenya adalah suami sendiri.
Dia berhenti di papan pengumuman, membaca kertas yang tertempel disana, mencari namanya. Dia ditempatkan di kelas 12-IPA-2. Telunjuknya bergerak membaca satu persatu nama yang akan menjadi teman sekelasnya.
"Hei!" Seseorang menepuk pundaknya dari belakang. Rara menoleh dan menemukan Rere yang berdiri di belakangnya. "Laki lo berlagak cool banget betewe. Jijik gue litanya." Ucap Rere memberi tau.
Rara terkekeh geli. Menatap sahabat karibnya yang menunjukkan ekspresi jijik melihat tingkah Kevin. "Kita sekelas lagi dong," kata Rara memberitau.
Hal itu behasil mengubah mimik wajah Rere menjadi ceria seperti sebelumnya. Bola matanya melebar, berbinar mendengar ucapan Rara. "Iya? Asikk!" sorak Rere senang.
Rara mengangguk lalu menarik pergelangan tangan Rere, mengajaknya menuju kelas baru mereka. kakinya melangkah menuju kursi ketiga dari depan yang dekat dengan jendela. Diikuti Rere yang juga duduk disebelahnya.
Berbuhung hari ini jam belajar masih belum aktif, alhasil selama dua jam kedepan mereka habiskan dengan bercerita tentang apa saja sampai membuat perut keduanya keroncongan. Keduanya memutuskan keluar kelas dan berjalan menuju kantin yang sudah ramai.
Suara teriakan yang memekakkan telinga tak membuat mereka mengurungkan keinginnya untuk makan. Dengan sabar dia mengantri seperti yang lainnya.
Setelah beberapa menit mengantri, mereka keluar dari barisan dengan membawa semangkuk bakso dan es jeruk di kedua tangannya.
Keduanya menikmati santapan mereka dengan tenang, sampai kehadiran sosok yang tidak diharapkannya datang bersama kedua teman setianya. Laki-laki itu duduk disamping Rara lalu mengambil alih es jeruk Rara, meminumnya hingga tandas.
"Lancang banget lo minum minuman gue!" semprot Rara emosi melihat kelakuan laki-laki -yang tak lain adalah Kevin- bertingkah seenak jidatnya.
"Berisik lo! gue haus."
Rara menggeram kesal. Ingin sekali rasanya membuang laki-laki tak berguna ini ke jurang yang dalam. Agar dia tak bisa naik dan hidup selamanya di jurang sendirian.
"Pesenin gue makanan dong, gue laper." Titah Kevin yang ditolak keras oleh Rara.
"NGGAK! Pesen sendiri sana!" tolak Rara keras.
"Lo nggak kasihan apa, gue capek banget ngurus anak baru." Ujar Kevin disertai tampang memelasnya. Berharap agar sang istri trenyuh dan mau memesankan makanan untuknya.
"Lo budeg ya? Sekali enggak ya enggak!" sarkas Rara.
Kevin berdecak, melirik Rara dengan tajamnya. "Durhaka banget lo. kena azab baru tau rasa." Ucap Kevin lalu beranjak memesan makanan.
Rara menghedikkan bahu, tidak peduli. Dia memilih kembali fokus pada makanan dihadapannya. Menyuapkan potongan bakso itu ke mulutnya. Rere yang beberapa menit lalu hanya terdiam, menyaksikan perdebatan kecil sahabatnya kini kembali fokus pada makanannya. Tak menghiraukan sekumpulan laki-laki yang kembali duduk satu meja dengan mereka.
Kevin memilih duduk disamping Rara, Geri disamping Rere, dan Dito disebelah geri. Mereka sibuk mengisi perutnya yang keroncongan sampai makanan yang ada didepannya habis. Rara meraih segelas minuman Kevin lantas meneguk hingga setengah. Kemudian sisanya dia sodorkan ke Kevin. Kevin tak menolak, menerima minuman itu lantas meneguknya hingga tandas.
Geri yang melihat kelakuan pasangan remaja itu mendadak merasa iri. Dia juga ingin berbagi minuman seperti yang Rara dan Kevin lakuan. Meskipun dia juga bingung dengan kelakuan dua remaja itu. kadang bertengkar, kadang juga menampilkan adegan yang tak pantas ditonton oleh seorang jomblo sepertinya. Seperti yang sedang mereka lakukan sekarang
Geri mendekat kearah Rere, "lo mau kaya mereka juga nggak?" bisik Geri tepat di telinga Rere. Membuat Rere sontak menoleh, memasang tatapan tak mengerti.
"Maksud lo?"
"Segelas berdua," katanya disertai cengiran lebar.
Reflek Rere menggeplak kepala Geri saking terkejutnya dengan perkataan yang Geri lontarkan. "Gak! Sama Dito aja noh!" tolak Rere keras.
Geri mendengus mendengar respon Rere yang diluar ekspetasinya.
***
Bel masuk sudah berbunyi sejak lima belas menit yang lalu. Namun, guru pengajar tak kunjung memasuki ruang kelas 12-IPA-1. Kelas dimana Kevin berada. Dia asyik memainkan game yang ada di ponselnya, bersama Dito Dan Geri juga. hingga larut dalam permainan yang mengasyikkan tersebut.
Beberapa menit setelahnya permaian ketiga remaja tersebut selesai, dibarengi dengan kedatangan wali kelas sekaligus guru mata pelajaran jam sekarang. Di belakangnya diikuti oleh seorang gadis remaja yang cantik. Badannya tinggi semampai dengan rambut yang digerai menutupi sebagian punggungnya.
"Selamat pagi anak-anak." Suara Bu Rena menggema di seluruh ruangan.
"Selamat pagi bu."
"Hari ini kita kedatangan murid baru, perkenalkan namamu nak!" Bu Rena mempersilakan cewek disampingnya memperkenalkan diri.
"Selamat pagi, perkenalkan saya Selena. Saya pindahan dari Amerika. Salam kenal." Ucap Selena dengan logat Amerikanya. Dia menutup perkenalannya dengan senyuman.
Senyuman yang tak akan pernah dilupakan oleh Kevin. senyuman yang selalu membuat hatinya takluk pada seorang perempuan yang kini berada di depan kelas. Kevin menatap sosok itu tak berkedip. Dia tak menyangka akan kembali bertemu dengan perempuan pencuri hati dan juga yang menghancurkan hatinya sampai tak berbentuk.
Perempuan yang beberapa hari lalu suaranya terdengar di ponsel Kevin. Hanya dengan suaranya saja mampu membuat hatinya berdesir, apalagi sang pemilik suara yang berada di hadapannya langsung. Seperti sekarang ini.
"Inget bini!" Geri menepuk bahu Kevin ketika menyadari tatapan tak biasa dari sorot sahabatnya itu.
Kevin menoleh lalu mengangguk. Didepan Bu Rena sedang mempersilakan duduk kepada Selena. Pandangan mereka sempat bertemu beberapa detik ketika Selena melitas di samping mejanya. Kevin kembali fokus kearah Bu Rena yang kini sedang menyampaikan materi.
Ditempat yang bereda, pandangan Rara terpaku menatap sosok jangkung yang sedang memperkenalkan diri di depan kelas. Dia Samuel, mantan kekasih sekaligus sepupu iparnya. Tak jauh berbeda dengan Kevin, dia juga tak menyangka jika kembali satu sekolah dengan mantannya. Mantan yang paling dia cintai. Terakhir dia ketemu ketika Samuel menghadiri resepsinya bulan lalu. Setelah itu Rara tak melihatnya lagi sampai sekarang.
Jika ditanya bagaimana perasaan Rara saat ini? Entah. Perasaannya campur aduk sekarang. Dia masih mencintai sosok jangkung itu, namun disisi lain dia sudah berstatus istri dari sepupunya sekarang.
Apakah mungkin Samuel mau menerimanya jika dia dan Kevin bercerai setahun kemudian. Apakah dia sudi memilik pacar dengan statusnya sebagai janda.
Ahh... Rara pusing. Perasaannya campur aduk sekarang.
"Inget Kevin, Ra. Dia suami lo sekarang." Rere berbisik pelan. Menyadari kegelisahan Rara.
Rara mengangguk, mencoba menguatkan untuk itu.
Pelajaran dimulai setelah Samuel dipersilakan duduk di bangku kosong. Semua murid menatap guru dengan seksama. Mendegarkan setiap penjelasan dari guru.
KAMU SEDANG MEMBACA
Be Mine
Teen FictionZahra cahya aulia. Gadis cantik yang masih berusia tujuh belas tahun itu terpaksa harus menikah diusianya yang masih sangat muda. Karena tak ingin membuat sang orang tua kecewa, diapun menyetujui perjodohan nya dengan pria pilihan mamanya yang tak l...