yang lalu

0 0 0
                                    

Be mine chapter empat belas | yang lalu

Rara terdiam setelah Samuel mengucapkan kalimatnya. Dia bingung harus menanggapi apa selain diam. Tetapi tak lama kemudian dia tersenyum, menatap laki-laki yang kini menjadi sepupu iparnya. Pandangan mereka saling bertemu. Berkomunikasi lewat mata yang menyiratkan segala kerinduan.

"Ehem... Cuma mau mengingatkan, berpandangan yang disengaja dengan lawan jenis yang bukan muhrim itu dosa lo. apalagi yang perempuan udah punya suami." Suara baritone menginterupsi keduanya. Membuat dua insan itu reflek menoleh kearah asal suara.

Diambang pintu, Kevin bersandar dengan segelas air putih di tangan. Menatap istri serta sepupunya dengan tatapan tajam.

"Sejak kapan lo disitu?" tanya Rara keheranan dengan kehadiran Kevin yang tidak disadarinya.

Kevin terkekeh pelan dengan manik mata yang menatap kearah istrinya. "Kenapa? Gue ganggu nonstalgia kalian ya?"

"Bukan gitu, perasaan lo tadi udah tidur." Elak Samuel.

Kevin kembali terkekeh, "gue haus jadi kebangun. Pas di dapur, eh, nemuin kalian. Yaudah samperin aja. Gue balik dulu deh, lanjutin aja nonstalgianya." Ujar Kevin seraya berlalu dari sana. Meninggalkan Rara dan Samuel disana.

Keheningan kembali menyeruak diantara keduanya. Suasana berubah jadi akward setelah kepergian Kevin beberapa menit lalu. Samuel melirik sebentar jam dipergelangan tangannya.

"Kamu nggak ngantuk? Ini udah larut banget loh?"

Rara menoleh kemudian mengangguk memberikan jawaban. Kedua bola matanya sudah mulai berat. Mereka pun memutuskan untuk tidur agar tenaganya terisi kembali.

***

Jam dinding sudah menunjuk angka sepuluh pagi. Semuanya sudah berkumpul di ruang tamu, kecuali Rara. membuat ketujuh remaja itu menunggu dengan tampang menahan kesal.

"Ngapain aja sih tu bocah. Jam segini belum keluar-keluar." Gerutu Dila sambil sesekali melirik arloji di pergelangan tangannya.

"Kalian mending duluan aja, biar gue sama Rara nanti nyusul." Ujar Kevin

"Nggak papa nih?" tanya Dila memastikan dan dijawab anggukan oleh Kevin.

"Yudah deh, kita berangkat duluan, hati-hati lo nyetirnya." Khusna beranjak dari duduknya lantas menyusul teman-temannya yang sudah keluar dari Villa.

Kevin kembali menganggukkan kepalanya lalu memainkan ponselnya selagi menunggu Rara siap.

Tiga puluh menit menunggu, akhirnya Rara turun sambil menenteng tas nya. Sesampainya di ruang tamu, Rara melempar tatapan heran karena disana hanya ada Kevin. dia sama sekali tak melihat teman-temannya disana.

"Yang lain kemana? Belum ngumpul semua ya?" tanya Rara pada Kevin yang masih asik dengan benda pipih ditangannya.

"Udah berangkat semua." Sahut Kevin tanpa menoleh.

"Kok gue ditinggal sih!" Protes Rara tak terima.

"Lo kelamaan. Udah ayo berangkat."

Kevin beranjak dari duduknya. Berjalan keluar Villa tanpa sekalipun menoleh kearah Rara.

Melihat Kevin yang berjalan keluar, Rarapun mengikuti. Sebelum masuk mobil dia mengunci pintu terlebih dahulu kemudian menghampiri Kevin yang sudah berada di dalam mobil. dia membuka pintu belakang hendak masuk tapi diinterupsi oleh Kevin.

"Gue bukan sopir lo! duduk depan!" titah Kevin tanpa menoleh barang sekalipun kearah Rara.

Rara duduk di kursi depan dengan wajah tertekuk. Dia kesal dengan sikap Kevin yang semakin hari semakin menyebalkan. Merusak mood liburannya. Selama perjalananpun mereka saling diam. Kevin fokus menyetir sedangkan Rara sibuk men-scroll layar ponselnya.

Be Mine Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang