Be mine chapter satu | Zahra
Alarm di atas nakas berbunyi. Membangunkan gadis yang baru saja menginjak usia 18 tahun. Namanya Zahra Cahya Aulia, kelahiran Jakarta yang biasa dipanggil Rara itu berperawakan mungil, namun terkesan imut. Bola matanya berwarna coklat terang. Rambut hitamnya terurai sepunggung. Serta, bibirnya yang berwarna pink alami.
Dia bangun dari tidurnya, setelah mematikan alarm. "Hoammm," dan segera beranjak dari tempat tidur, melangkah menuju kamar mandi.
Rara keluar dari kamar mandi dengan setelan seragam SMA yang melekat ditubuhnya. Melangkah menuju meja rias, memoles tipis wajahnya dengan make up, serta merapikan rambutnya yang sedikit berantakan. Setelah selesai, dia keluar dari kamar dan bergabung dengan mama papanya di meja makan.
"Pagi ma, pagi Pa."
"Pagi, sayang," sahut Ifa sembari membawa piring yang berisi sarapan mereka hari ini.
"bagaimana tidurnya? Nyenyak?" tanya Hendra, setelah menurunkan koran bacaan yang menutupi wajahnya.
"Nyenyak, pah," sahut Rara singkat. Hendra mengangguk mengerti.
"Yuk, sarapan," ajak Ifa. Keluarga kecil itupun menikmati sarapan mereka sambil berbincang-bincang ringan.
"Aku selesai."
Rara beranjak dari tempat duduknya, namun terhenti karena panggilan Hendra. "Bentar dulu, Ra. Papa mau bicara sama kamu."
Rarapun kembali duduk di kursi yang berhadapan dengan Ifa –mama Rara.
"Ada apa, pah?"
Hendra berdehem, sebelum mengucapkan keinginannya kepada putri semata wayangnya. "Gini ... papa sama mama, lusa diundang makan sama teman papa. Papa ingin kamu juga ikut. Kamu mau, kan?" tawar Hendra.
"Gimana ya, pah," Rara terlihat menimang-nimang ajakan Hendra.
"Ayolah, Ra ... sekali ini saja." Timpal Ifa memohon.
Mau tak mau, Rara mengangguki ajakan kedua orang tuanya. "Ya, udah, Ra ikut." Putusnya pasrah. Dia tak ingin menentang kedua orang tuanya. Mendengar kalimat itu, kedua orang tua Rara mendesah lega.
"Alhamdulillah ... yaudah, ayuk berangkat. Nanti kamu telat." Ajak Hendra. Rarapun mengangguk. Dia beranjak dari kursi dan segera menyusul papanya yang berjalan menuju halaman rumah.
"Mah, Ra berangkat dulu," pamit Rara seraya encium punggung tangan Ifa lembut.
"Hati-hati, sayang ... belajar yang rajin, ya," seru Ifa menasihati.
Rara menganggukkan kepalanya patuh. "Assalamu'alaikum."
"Wa'alaikumussalam." Jawab Ifa. Pandangannya menatap kepergian suami serta anaknya, hingga hilang di belokan jalan.
***
Mobil Hendra melaju, membelah jalanan Kota Jakarta yang padat. Banyak pengendara lain yang berangkat kerja dan sekolah memenuhi jalan pagi ini.
Sekitar lima belas menit yang harus Hendra tempuh untuk mengantarkan putri semata wayangnya. Mobilnya berhenti tepat di depan gerbang SMA Merdeka. Rara pun berpamitan kepada papanya, dan segera turun dari mobil.
Dia melangkah di koridor sekolah yang tidak terlalu ramai. Hanya ada beberapa siswa yang berlalu lalang. Di tengah perjalanannya, ada seseorang yang menyenggol bahunya keras, sehingga membuatnya merintih kesakitan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Be Mine
Teen FictionZahra cahya aulia. Gadis cantik yang masih berusia tujuh belas tahun itu terpaksa harus menikah diusianya yang masih sangat muda. Karena tak ingin membuat sang orang tua kecewa, diapun menyetujui perjodohan nya dengan pria pilihan mamanya yang tak l...