Be mine chapter dua belas | planning
Setelah melewati banyak rintangan agar mendapat nilai baik, akhirnya liburanpun tiba. Rara mulai menyiapkan semua kebutuhannya untuk pergi liburan bersama teman-temannya. Seperti yang mereka rencanakan sebelumnya. Kedelapan remaja –Kevin, Rara, Rere, Dila, Khusna, Dito, Geri, dan Samuel— sepakat memutuskan untuk liburan ke Bali.
“Lo yakin Cuma bawa ini?” tanya Rara memastikan setelah mengemasi barangnya dan Kevin.
Kevin mengangguk menanggapi tanpa menoleh. Dia masih sibuk dengan ponselnya sambil rebahan diatas kasur. Rara yang melihat itu seketika melempar tatapan tak suka pada kevin. bisa-bisanya dia dengan santainya rebahan di kasur sambil memainkan ponselnya.
“Enak banget lo main hape! Bantuin kek, atau apa kek! Nggak malah leha-leha!” semprot Rara dan dibalas decakan oleh Kevin.
“Gue bantuin apa coba, udah semua, kan?” balas Kevin ogah-ogahan.
“Masukin mobil dong! Biar besok nggak ribet, tinggal berangkat aja!”
Kevin kembali berdecak namun tak membantah. dia beranjak membawa dua koper berisi barangnya dan Rara dan memasukkannya kedalam bagasi mobil. tak berselang lama, bel rumah berbunyi. Mengalihkan perhatian dua remaja yang sedang merapikan kopernya. Rara begegas menyambut tamunya meninggalkan Kevin yang masih menyelesaikan tugasnya.
Rara disambut dengan teriakan heboh dari teman-temannya ketika pintu rumah terbuka. Dia sampai menutup kedua telinganya karena teriakan ketika sahabat karibnya.
“Ini bukan hutan woii! Jangan teriak!” semprot Rara yang dibalas dengan cengiran tak berdosa dari ketiga sahabatnya. Sedangkan Dito dan Geri hanya bisa geleng-geleng kepala melihat aksi para cewek.
Dengan tidak sopannya mereka masuk tanpa persetujuan sang pemilik rumah. sehingga membuat sang pemilik rumah uring-uringan karena teman-temannya yang minim akhlak. Rara menatap sebal teman-temannya yang kini sudah duduk di sofa ruang tamu. dengan wajah yang masih tertekuk, Rara duduk di sofa single dekat Khusna. Mereka larut dalam obrolan yang membuat semuanya tertawa tak berhenti. Sejenak menghilangkan raut wajah masam Rara berubah semringah.
Tak berselang lama, Kevin menghampiri teman-temannya dan duduk berdua dengan Rara. membuat satu decakan lolos dari bibir mungil cewek itu karena merasa kesempitan. Tetapi bukan Kevin namanya jika menuruti kemauan sang istri agar menyingkir.
“Sempit ih!” gusarnya karena Kevin yang masih saja menempel pada Rara.
Kevin tak menanggapinya, alih-alih menyingkir Kevin justru mengangkat badan ungil Rara dan mendudukkannya diatas pahanya. Memeluk gadis berperawakan mungil itu dari belakang. Sontak langsung mendapatkan cibiran dari semua yang ada di ruang tamu itu.
“Inget woii! Di depan lo jomblo semua!” protes Geri merasa iri.
“Yang udah halal mah bebas.” Timpal Rere.
‘sumpah demi apapun gue malu sekarang!’ gumam Rara resah. Kedua pipinya sudah dipastikan memerah sekarang. Dia ingin beranjak dari pangkuan Kevin namun dicegah oleh sang empu. Kevin memeluk pinggang Rara erat agar Rara tak beranjak dari duduknya.
“Jangan bikin gue malu deh!” bisik Rara pada Kevin.
“Bodo amat!” balas Kevin tak peduli.
Godaan demi godaan terus saja terlontar dari bibir kelima remaja yang tengah duduk diruang tamu sampai suara bel mengalihkan atensi mereka. dengan cepat Rara beranjak –setelah mencubit tangan nakal yang menyekapnya—lantas membukakan pintu yang dibaliknya terdapat seseorang yang mampu membuat perasaan Rara melemah hanya dengan tatapan mata serta senyumannya.
“Umm… hai.” Sapanya kikuk.
Rara yang awalnya melamun, menatap kagum wajah teduh cowok itu seketika tersadar mendengar sapaannya. “Oh, hai. Yuk masuk! yang lain udah di dalam.” Katanya mempersilakan.
Dia tersenyum teduh lantas masuk menemui sepupunya dan yang lain. Rara segera menutup pintu dan mengikuti di belakang.
Samuel sontak menepuk bahu Kevin ketika dia sudah berada di ruang tamu. kevin yang mendapat tepukan dibahunya sontak menoleh kemudian memeluk sepupunya.
“Whats up bro! udah lama gak ketemu lo gue. Padahal kita satu sekolah.” Samuel hanya membalas dengan kekehan lalu melepaskan pelukan mereka.
Samuel lantas menyalimi semua orang yang ada disana tanpa terkecuali. Dan yang terakhir adalah Khusna. Teman satu SMP nya bersama Rara. Khusna menatap Samuel tak berkedip. Masih syok dengan perubahan Samuel yang bisa dibilang drastis. Ketampanan Samuel bertambah berkali-kali lipat setelah terakhir mereka bertemu.
“Ini beneran elo Sam? Gila tambah ganteng aja lo!” puji Khusna yang masih terpana dengan Samuel.
Samuel hanya tersenyum menanggapi lantas duduk di salah sofa yang masih kosong. Menyisakan Rara yang masih berdiri di samping Kevin. wajah gugupnya terlihat ketika Samuel tiba. Dan Kevin tanpa sungkannya menarik lengan Rara agar duduk satu kursi dengannya.
“Barang lo masukin mobil gue aja, Sam. Biar besok nggak ribet.” Kata Kevin dan dibalas anggukan.
Samuel lantas beranjak mengambil barang bawaannya dan memasukkan ke dalam mobil Kevin yang dalamnya sudah terisi oleh barang-barang sepupunya.
***
Pagi-pagi buta gerombolan remaja tersebut berangkat dari rumah Rara menuju bandara. Dua mobil melaju membelah jalanan kota Jakarta yang belum ramai. Setibanya di bandara kedelapan remaja itu memutuskan untuk sarapan terlebih dahulu melihat masih ada waktu 30 menit sebelum keberangkatan.
Rara masuk ke minimarket –untuk membeli beberapa roti sebagai sarapannya—ditemani Kevin yang selalu ada disampingnya.
sepuluh menit kemudian Rara keluar dengan membawa satu kantong yang berisi beberapa roti dan minuman kemudian menghampiri teman-temannya, menyerahkan kantong plastic yang dibawanya kepada teman-temannya.
Tiga puluh menit berlalu, waktu penerbangan mereka tiba. Semuanya bergegas, memeriksa kembali barang bawaan agar tak tertinggal sebelum keberangkatan mereka. Setelahnya menyiapkan boarding pass pesawat.
Setelah melewati pemeriksaan, kedelapan remaja itu bergegas mencari kursi masing-masing. kurang lebih tiga jam lamanya hingga mereka sampai di Pulau Dewata Bali. Beberapa diantara memilih tidur ketika pesawat take off. Beberapa lagi ngobrol-ngobrol ringan.
Tiga jam perjalanan dilalui dengan mudah. Tanpa ada kendala sedikitpun. Setelah mengambil semua barang-barang, kedelapan remaja beranjak menuju mobil yang sebelumnya sudah disewanya jauh-jauh hari. Melajukannya menuju villa yang sudah mereka sewa.
“Gue sekamar ama Rere.” Pinta Dila setibanya di villa.
“Gue sama Rara!” kata Kevin berhasil mendapat tatapan tajam dari Rara.
“Nggak! Gue nggak mau!” tolak Rara keras. “Lo sama temen lo. gue sama temen gue.”
Rara segera masuk ke kamar yang dia pilih setelah mengatakan itu pada Kevin. dia tak habis fikir dengan cowok itu. bisa-bisanya minta satu kamar saat mereka liburan gini. Khusna masuk beberapa menit setelah Rara lalu merapikan bawaannya di almari .
“Ra, itu tadi beneran Samuel? Mantan lo waktu SMP?” tanya Khusna mencomot asal topik pembicaraan.
Rara hanya membalas dengan anggukan sembari melangkah menuju kasur yang sedari tadi melambai-lambai kearahnya.
“Sumpah ganteng banget. Berubah banget doi setelah lama nggak ketemu.”
“Emang lo baru pertama kali ketemu dia?” tanya Rara heran ketika sahabatnya ini memuji Samuel bak dewa.
Khusna mengangguk pelan sambil masih menunjukkan binar di kedua matanya.
“Lo nggak ketemu dia pas nikahan gue?” tanya Rara dan dijawab oleh gelengan oleh Khusna.
“Udah ah, gue mau tidur. Siapin ntar sore kita jalan-jalan.” Ujar Rara kemudian memejamkan matanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Be Mine
Teen FictionZahra cahya aulia. Gadis cantik yang masih berusia tujuh belas tahun itu terpaksa harus menikah diusianya yang masih sangat muda. Karena tak ingin membuat sang orang tua kecewa, diapun menyetujui perjodohan nya dengan pria pilihan mamanya yang tak l...