Be mine chapter lima | libur semester
“Nggak! Gue nggak mau ngundang temen-temen lo!” tolak Rara ketika mereka sedang mendiskusikan siapa saja yang akan diundang dalam pesta pernikahan mereka.
“Bodo amat! Lo juga nggak boleh ngundang temen-temen lo.”
Rara menghela nafas lelah, “lo nggak malu apa, kalo temen-temen kita dateng pas nikahan kita?”
“Nggak usah lah, Vin ….” Bujuk Rara
“Bodo amat! Gue tetep mau undang temen-temen gue.” Putus Kevin tak mau mengalah.
Rara mendengus kesal. Tekanan darahnya bisa naik drastis kalau gini caranya.
“Serah lo dah, serah!”
Rara kembali fokus pada catatan ditangannya. Menambahkan nama-nama temannya serta teman Kevin. Mereka tak mengundang banyak orang. Hanya kerabat dekat sama teman-teman dekatnya. Itupun karena Kevin kekeuh pada pendiriannya untuk mengundang teman-temannya.
“Nih, ada yang mau ditambahin nggak?” Rara menyerahkan selembar kertas itu pada Kevin.Kevin menerimanya lalu membaca satu persatu nama yang tercantum. Lantas mengembalikannya pada Rara.
“Udah, itu aja.”
Rara mengangguk menerima. Dengan ini tugasnya selesai. Dia merebahkan tubuhnya di sofa, disusul Kevin yang berada di sampingnya.“Kurang berapa hari, Vin, kita nikah?” tanya Rara memecah keheningan.
Kevin menoleh, menatap Rara yang asik menerawang jauh. “Seminggu lagi.”“Besok lo berangkat bareng gue.” Katanya lagi sukses mengalihkan pandangan Rara.
Rara menolak keras ajakan Kevin. “Nggak! Gue nggak mau.”
“Ini perintah bego! Kalo nggak diperintah sama nyokap, gue nggak mau berangkat bareng elo.” sahut Kevin sarkastik.
Rara mendengus sebal lalu beranjak dari sofa dan berjalan menuju dapur. Mengambil minuman untuk menyegarkan tenggorokannya yang terasa kering. Kevin yang melihatnya pun hanya melirik sekilas lalu beralih menatap ponselnya.
***
Pagi-pagi buta kehadiran Rara telah disambut oleh Kevin dan motor setianya yang berada di halaman rumah Rara.
Dia menatap Kevin yang selalu tampil acak-acakan. Kancing atas yang selalu terbuka, kemeja sekolah yang tak pernah di masukkan, dan tak lupa pula dasi yang diikat sekenanya.Rara mendengus, menatap tak suka kearah Kevin. Sedangkan yang ditatap sibuk memainkan ponsel ditangan. dia menghampiri Kevin, membuat cowok itu mendongak lalu memasukkan ponselnya ke saku kemeja.
“Yuk,” Kevin menyalakan mesin motornya.
Rara menduduki jok belakang Kevin. Dia mengangguk setelah mendengar pertanyaan Kevin yang memastikan dia telah naik di motornya.Motor itupun melaju meninggalkan halaman rumah Rara. selama perjalanan tidak ada percakapan diantara keduanya. Sibuk dengan fikiran masing-masing.
Lima belas menit kemudian, motor Kevin telah terparkir manis di parkiran sekolah. dengan sigap Rara turun dan menyerahkan helmnya kepada Kevin. setelah itu, dia bergegas meninggalkan Kevin yang masih di atas motornya.Tatapan heran semua orang membuat langkah Rara semakin cepat. Dia berharap segera sampai kelasnya, karena dia cukup risih dipandang semua orang dengan tatapan itu.
“Ra, demi apa lo, berangkat bareng musuh sejati!” seru Rere ketika berhasil mensejajarkan langkahnya dengan sahabatnya.
Dia tadi sempat melihat ketika Rara turun dari motor Kevin.
Rara berdecak kesal mendengar perkataan Rere. Dengan tetap melangkah, Rara tak menggubris perkataan Rere yang menurutnya tak penting.
Sesampainya di kelas, kedua remaja tersebut duduk di bangkunya. Rere menatap Rara dengan tatapan mengintimidasi. Banyak pertanyaan yang muncul dikepalanya yang akan dia lontarkan untuk sang sahabat.
“Kok bisa coba? Cerita!”
Rara menghela nafas lelah. Mau tak mau dia harus menceritakan hal ini kepada Rere, dan juga tentang perjodohan nya dengan Kevin.
“Gue dijodohin.” Jawab Rara singkat.
Berhasil membuat Rere melebarkan kedua bola matanya. “Dijodohin? Emang lo hidup di jaman Siti Nurbaya, pakek dijodohin segala.”
“Kenyataannya gitu Re, meskipun jaman Siti Nurbaya udah lewat dan perjodohan udah nggak berlaku lagi, tapi tetep bagi orang tua gue. Kesel nggak tuh.” Geruru Rara
“Siapa calon lo?” tanya Rere kepo.
“Lo udah tau pasti, si bocah laknat!” jawab Rara frustasi.
Lagi-lagi Rere dikejutkan dengan pernyataan Rara. sebelumnya dia dikejutkan dengan perjodohan itu, lalu sekarang dengan pasangannya.
“Dunia emang sempit ya, Ra. Orang yang paling lo benci justru jadi pasangan lo.” Rere terkekeh. Sedangkan sahabatnya menatap frustasi Rere yang masih terkekeh dengan wajah tak berdosa.
“Bener-bener lo!” gusar Rara.
Mereka menghabiskan waktunya di sekolah dengan ke kantin. Setelah ujian selesai, mereka tidak ada kegiatan apapun. Masuk sekolah hanya sebagai formalitas dan absen agar tak kosong.
KAMU SEDANG MEMBACA
Be Mine
Novela JuvenilZahra cahya aulia. Gadis cantik yang masih berusia tujuh belas tahun itu terpaksa harus menikah diusianya yang masih sangat muda. Karena tak ingin membuat sang orang tua kecewa, diapun menyetujui perjodohan nya dengan pria pilihan mamanya yang tak l...