genggaman yang dirindukan

0 0 0
                                    

Be mine chapter sembilan | genggaman yang dirindukan




    “Aku mau kita balik kaya dulu lagi.” 

Kevin terkejut bukan main. Bagaimana bisa? Setelah meninggalkan luka yang teramat dalam sekarang dia meminta kembali dengan begitu mudahnya. 

    “Kevin, gue mau kita putus!” ujar Selena, cewek berusia lima belas tahun kepada Kevin. 

Mata kevin membola sempurna, “kenapa sayang? Aku salah apa?” tanya Kevin dengan hati-hati. 

    “Pokoknya gue mau putus! Gue mau ke Amerika setelah ini, ikut orang tua gue.”

Kevin tersenyum, mencoba bersabar agar hubungannya bisa diselamatkan. “Why? Kita bisa LDR.” Ujar Kevin. 

Selena menggeleng keras. Kedua bola matanya sudah berkaca-kaca. Selaput bening menutupi pandangannya hingga membuatnya tak bisa memandang jelas wajah tampan Kevin. 

    “Nggak! Gue nggak bisa. Gue… gue udah nggak cinta sama lo. dan asal lo tau, gue udah selingkuh di belakang lo!” ucap Selena akhirnya. Bohong besar jika dia mengatakan sudah tidak mencintai Kevin. dia juga tidak selingkuh.

Dia amat sangat mencintai kekasihnya itu. Tak pernah pula dia berfikir sampai menghianati sang kekasih.   

    “Ka—kamu bohong kan? Kamu nggak akan pernah melakukan perbuatan menjijikan seperti itu. aku cinta kamu, Sel. Kamu juga sama, kan?” tanya Kevin mencoba meyakinkan bahwa yang dikatakan kekasihnya itu hanya kebohongan semata.

Kekasihnya itu hanya mengetes seberapa besar cinta Kevin padanya. 

    “Gue nggak bohong, Vin. Gue jujur. Gue udah bosan sama elo!”

Jleb!

Jawaban Selena membuat hati Kevin remuk redam. Dadanya sesak, seperti ribuan jarum yang melesak menusuk dadanya. Sakit. Seseorang yang dia perjuangkan mati-matian kini telah menghianatinya. Setetes air mata jatuh luruh dari mata Kevin. dia terduduk dengan dada yang semakin sesak, aliran oksigen seolah hilang disekitarnya. 

Kata orang, jika laki-laki menangis karena wanita, maka laki-laki itu tulus mencintai sang wanita tersebut. Sama halnya dengan Kevin sekarang. Kevin begitu tulus mencintai Selena. Sampai-sampai dia menangis ketika sang kekasih mengucapkan kalimat perpisahan dan juga penghianatan yang dia lakukan. 

    “Gue minta maaf, Vin.” Selena terduduk, memeluk badan Kevin yang masih terguncang-guncang pelan karena isakan laki-laki itu. 

    “Lepasin gue, Sel. Gue nggak mau disentuh sama penghianat seperti elo!” Kevin melepaskan pelukan Selena. Lantas berjalan meninggalkan Selena sendiri di sana. 

Kevin tersentak ketika potongan kejadian itu muncul di fikirannya. Dia kini menatap Selena dingin, “Lo lupa? Lo bilang sudah bosan sama gue. Sekarang lo minta balik lagi heh? waras lo, ha?” tanya Kevin sarkas. 

Jika dulunya dia akan bersikap lemah lembut dengan perempuan dihadapannya. Kini tidak, rasa sakit itu merubah kepribadian Kevin menjadi dingin. 

Taman belakang sekolah lengang. Hanya ada Selena dan Kevin disana. 

    “Gue nggak lupa sama pengakuan lo, Sel. Ingat itu! seorang penghianat nggak pantas mendapatkan kesempatan kedua!” ujar Kevin sekali lagi lantas melangkah meninggalkan Selena sendiri di taman. 

Ramainya kantin di jam istirahat seperti ini tak membuat Kevin kesulitan mencari meja kawan-kawannya. Disana sudah ada Rere, Rara, Geri, dan juga Dito yang sedang menikmati makanan masing-masing. tanpa fikir panjang Kevin menghampiri mereka. disana sudah tersedia semangkuk mie ayam yang sengaja dipesankan untuk Kevin. 

Be Mine Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang