18. The Plan

270 48 1
                                    

Kenma hanya berjalan kesana kemari di kamar luas itu. Sebenarnya takut pada esok hari. Jantungnya berdegup lebih cepat dari biasanya.

Memang benar ia pasti memiliki cara, tapi apa? Seluruh kamarnya ini benar benar di jaga.

Sebnentar lagi, matahari akan terbit. Dua hal yang ada di fikirannya. Kuroo...juga bagaimana cara melarikan diri dari sini?

Kenma mengambil bantal, lalu melemparnya secara kuat kuat ke lantai. Melampiaskan amarhnya pada bantal itu. Lalu sekali lagi mengambil bantal yang ada di kasurnya dan melemparnya kuat kuat ke lantai.

Menimbulkan suara sedikit keras dari benturan antara lantai dan bantal. Membuat seorang pengawal bertanya dari depan pintu kamarnya.

"Maaf...apa anda..."

"DIAM DAN TERUS TUTUP MULUTMU SIALAN!!" Ujar Kenma dengan emosinya yang memuncak.

Terus melakukan kegiatan itu. Melemparkan bantal bantal ke lantai. Jika memang sudah habis bantal yang ada di kasurnya, ia akan meraih bantal yang ada di lantai, dan ia lempar kembali.

Seperti itu, terus menerus, meluapkan rasa frustasi, kesal, dan perasaan lainnya yang bercampur.

Suara ketukan pintu terdengar membuat Kenma dengan emosinya yang masih dapat ia rasakan melihat ke arah pintu.

"Semuanya baik baik saja?"

Sial...pemilik suara yang sungguh ia benci kini berdiri di depan ruangannya. Seseorang yang membuatnya terjebak dalam kondisi ini.

Kenma melihat ke arah jendela, melihat mentari yang sudah mulai terbit di timur itu.

"Keluarlah" ujarnya.

Kenma hanya diam, lalu menginjak dengan keras bantal yang ada di dekatnya, dan menggertakkan giginya.

"Tidak mau? Baiklah, aku yang akan masuk"

Mendengar itu, tangan Kenma mengepal. Sungguh, ia ingin memukul orang itu dengan keras.

Kenma melangkahkan kakinya, dan membuka pintu kamarnya. Hanya membukanya sedikit agar ia bisa melihat orang yang ia benci itu.

"Bagaimana keadaan merpati kecilku huh?"

Kenma hanya diam. Panggilan dari Kuroo yang menyebutnya "kucing kecil" itu lebih baik daripada ini. Apa apaan dengan merpati?

"Jangan pernah memanggilku seperti itu" ujar Kenma.

"Kenapa? Kau tak menyukainya? Aku bertanya, bagaimana keadaanmu?"

Kenma hanya menutup pintu dengan kasar. Ia tak peduli dengan pertanyaan itu.

"ENYAHLAH BAJNGAN!" Teriak Kenma dari dalam kamarnya.

Varion hanya memandang pintu di hadapannya sambil tersenyum. Sedangkan orang orang yang mendengar itu terkejut tak percaya. Tuannya di katai oleh seseorang. Sungguh sebuah pengalaman baru.

Mendengar suara langkah kaki yang menjauh, Kenma semakin menginjak injak bantal yang ada di lantai. Lalu ia merobeknya, membuat bulu bulu sebagai isi dari bantal itu sendiri berserakan.

Ketukan kembali terdnegar, namun Kenma tetap melampiaskan emosinya pada bantal bantal itu.

"Permisi...tuan..." ujar seorang pelayan yang terhenti karena melihat Kenma yang mencabik cabik bantal itu dengan ganasnya.

Kenma hanya menatap pelayan itu dengan tatapan yang seolah berkata "ada apa!? Kau tidak lihat aku sibuk!?!"

Mengesampingkan rasa takutnya, sang pelayan berkata.

A Prince With A Little Villager - KurokenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang