Pagi hari sebelum matahari terbit, Kenma keluar dari rumahnya. Ia membawa keranjang dan berjalan ke kebun apel milik keluarganya. Ia memetik apel apel tersebut hingga keranjang penuh.
Lalu Kenma berjalan ke tempat biasa ia menjual apel apelnya. Di sana, ia menyusun apel apel itu di sebuah meja. Masih terlalu pagi, tentunya belum ada yang akan membelinya.
"Hei Kenma!" Ungkap seseorang dengan surai abu abu.
"Hm hai" kata Kenma.
"Waaah! Kau sepagi ini sudah disini?"
"Memang biasanya seperti itu, Lev" jawab Kenma apa adanya.
"Aaaah ya benar, oh ya aku ingin membeli apelmu" ucap Lev sembari memberi sebuah koin emas ke Kenma.
Kenma memberikan apel itu, lalu Lev berterima kasih dan langsung pergi meninggalkan Kenma. Kenma masih ada waktu untuk tidur sebentar bukan? Ah tidak tidak! Ia harus tetap berjaga!
"Syukurlah kau disini"
Kenma melirik ke arah seseorang di depannya. Ia kenal dengan orang di hadapannya ini. Pelayan yang sama dengan yang waktu itu membeli apel apelnya juga.
"Aku akan membeli semuanya lagi" jelas pelayan itu.
Kenma tau ini bukan untuk yang pertama kalinya tapi ia tetap saja terkejut. Lagi lagi pelayan itu memberikan Kenma sekantung uang di sana dan membawa apel apelnya.
Ya...setidaknya apelnya habis bukan??
.
.
.Kuroo bangun dari tidurnya. Ia membersihkan dirinya, seperti mandi, dan mengganti pakaiannya. Ia turun untuk sarapan. Pelayan membawakan makanannya. Hingga pada akhirnya, ia menyantap sebuah apel sambil membaca buku.
Terkejut, karena ini bukan apel yang biasanya ia makan. Sebenarnya Kuroo tau itu dari sekitar 3 hari lalu, tapi ia ingin memastikan.
"Apakah ini bukan apel yang biasa?" Tanya Kuroo pada seorang pelayan.
"Ah? M...maaf pangeran, kebun sedang kehabisan apel saat ini, jadi kami membelinya" kata pelayan itu. Padahal rasanya hanya lebih manis sedikit. Orang lain pasti tidak tau jika apel itu berbeda.
"Ada apa? Kau tidak suka?" Tanya sang raja.
"Tidak...tidak apa apa, aku lebih suka yang ini" ucapnya lalu memakan kembali apel di tangannya.
"Ganti saja apel yang ku makan biasanya dengan yang ini, dan mungkin apakah aku bisa bertemu dengan penjualnya?" kata Kuroo yang langsung di angguki pelayan itu.
"Tentu pangeran"
Kuroo mengingat wajah Kenma kembali. Sebuah senyum terukir di wajahnya. Ayahnya juga pelayan di sana di buat bingung dengan tingkah Kuroo. Hari ini, Kuroo tidak ada tugas, jadi ia bebas melakukan apapun.
"Apa yang merasukimu Tetsuro?"
"Ha? Ah tidak apa apa" jawab Kuroo masih dengan senyuman di wajahnya.
.
.
.Kenma sedang membawa apel apel yang dapat ia dapatkan dari kebun. Melelahkan berkerja sendiri. Biasanya akan ada 3 keranjang yang ia bawa. Ia akan bawa pada saat pagi, siang dan sore. Dan malam, ia akan pulang.
Kini, ia membawa keranjang keduanya, ingat? Keranjang pertamanya sudah laku terjual.
Kenma duduk setelah meletakkan apel apel yang ia bawa di meja. Kenma masih tak percaya orang itu kembali membeli apelnya sebanyak itu. Kini, hari sudah menjelang siang. Kenma menopang dagunya. Ia memainkan rambutnya menunggu seseorang membeli apelnya.
Entah ada apa dengannya, ia memikirkan Kuroo. Siapa yang tidak mengenalnya?? Seorang pangeran dari negeri di mana ia menginjakkan kaki sekarang.
Apa yang sebenarnya ia fikirkan? Dengan beraninya ia memikirkan seorang pangeran yang pintar, berada, tampan, juga...tunggu apa apaan ini!
Kenma menggelengkan kepalanya dengan keras, berusaha mengalihkan fikirannya.
"Tidak...tunggu! Apa yang ku fikirkan!" Kata Kenma sambil menepuk kedua pipinya.
Hari ini...apel tidak ada yang tersisa. Semua habis, dan Kenma mendapatkan keuntungan yang besar. Kenma membeli beberapa kebutuhannya dan kembali ke rumah saat sudah malam.
Seperti biasa, ia akan makan, lalu pergi keluar lagi untuk melihat lentera lentera itu. Ia berdiri di tempat biasanya dan melihat lentera lentera itu di terbangkan. Dengan keuntungan jarak yang lebih dekat.
.
.
.Kenma kembali memetik apel dan menjualnya. Hal yang tak biasa, beberapa pengawal menemuinya. Ia tau bahwa pengawal itu adalah pengawal istana. Kenma tentu gugup, untuk apa pengawal pengawal itu menemuinya?
"Kami di perintahkan pangeran untuk membawa anda ke istana sekarang" ucap salah satu pengawal.
"T...tapi aku..."
"Ini perintah" jawaban itu membuat Kenma menurutinya. Kenma berjalan di kelilingi pengawal menuju istana. Ini pertama kali mungkin Kenma akan masuk ke istana. Ia hanya sampai halaman dekat pagar saja waktu itu. Sungguh istana itu megah dan berdiri dengan kokoh.
Sampai di ruang tahta, Kenma melihat dua orang duduk dengan gagah di sana. Ia gugup saat melihat Kuroo tengah duduk di sana.
Sedangkan Kuroo, Kuroo hanya terkejut melihat Kenma tengah menunduk di hadapannya. Jadi...ia yang menjual apel yang sangat ia sukai kali ini.
"Bisakah aku meminta waktu berdua?" Tanya Kuroo yang di angguki ayahnya. Semua pelayan dan pengawal menunduk dan meninggalkan ruangan itu.
Kuroo bangkit dari duduknya dan berjalan menuju Kenma.
"Kenma?" Tanya Kuroo.
"Ya...?"
"Aah, oh ya alasanmu disini, karena aku menyukai apel yang kau jual, kau tau aku berfikir bahwa mungkin kau bisa membawakan apel apelmu setiap pagi dan tentunya kami akan membayarmu"
"Kenapa?"
"Karena aku menyukainya, apa aku harus menekan kata kata itu?"
Kenma menggeleng. Saat ini ia tentu terkejut, namun ia juga senang.
"B...baik!" Kata Kenma.
"Ah ya, kau boleh pulang, hanya itu yang ingin aku sampaikan" ucap Kuroo. Kenma hanya menghormat dan pergi dari ruangan Kuroo.
Kuroo hanya tersenyum melihat pintu yang sudah kembali tertutup. Rasanya sungguh senang saat ia bertemu dengannya kembali entah mengapa.
"Sudah selesai?"
"Ya, sudah"
"Apa yang kau bicarakan dengannya?"
"Soal apel itu"
"Ahh benar, jadi itu Kenma"
"Ya...mungkin aku harus berterima kasih pada orang kebun karena sudah kehabisan apel" jawab Tetsuro lalu pergi dari ruang tahta.
Mungkinkah Kuroo harus berterima kasih pada orang kebun karena kehabisan apel di kebun? Atau mungkin berterima kasih pada pelayan yang waktu itu membeli apel dari Kenma? Sudahlah! Kuroo hanya senang tengah mengetahui nama Kenma.
To Be Continued
.
.
.
.
.I'M BACK UHUY so guys gue udah sehat mantab🙂👍
Masalah up ehehee balik lagi ke mood gue, tapi gue usahain up
Rame lanjut...
Ga lah canda, emangnya aplikasi sebelah begitu.
Yaudah bye byee
KAMU SEDANG MEMBACA
A Prince With A Little Villager - Kuroken
AléatoireBukan soal kasta dan kedudukan. Kisah mereka bagaikan dongeng. Hal paling umum yang di ceritakan. Seorang warga desa dan seorang pangeran jatuh cinta. Akankah mereka berakhir hidup bahagia untuk selama lamanya seperti yang ada pada dongeng? Warn!! B...