2. Sumber Bahagia

113 54 97
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Pergi pagi, pulang malam, dan kadang tidak pulang untuk beberapa hari. Bekerja di kantor yang bergerak pada bidang pariwisata akan membuatnya sibuk dan ditambah pada masa liburan.

Terkadang Julion harus pergi ke beberapa daerah yang dikelola oleh keluarga istrinya, namun walau sudah bekerja keras, namanya tak pernah baik di mata mereka. Ada saja kekurangan yang diungkit, padahal Julion sudah melakukan sebaik mungkin.

"Kabar Yori gimana?" tanya Zidan pada Julion.

Sesaat Julion melihat ke arah Zidan, lalu ia kembali memperhatikan beberapa laporan yang harus dituntaskan hari ini.

"Anak itu butuh kasih sayang dari ayahnya yang cukup, dia gak ada bunda, seharusnya lo kasih lebih," sambungnya lalu memakan kerupuk di dalam toples yang selalu di sediakan di ruangan Julion.

Laki-laki itu menarik napas singkat, ia pun melakukan ini untuk kebahagiaan anaknya, dan masalah kasih sayang memang ia akui mungkin kurang, namun ia yakin Yuri memberi lebih pada adiknya itu.

"Dan, bukan Yuri yang seharusnya merawat adiknya."

Julion hanya diam, karena kalimat seperti itu sudah biasa ia dapatkan, entah itu dari abang iparnya atau mertuanya sendiri.

Sebenarnya, laki-laki itu tidak tahan dengan semuanya, namun keluarga dari pihak Zahra pun berhak atas anaknya. Weni tak mengizinkan Julion keluar dari perusahaannya, karena jika ia pergi, akan sedikit kemungkinan bagi mereka menemui tiga cucu kesayangannya.

"Oh, iya," ujar Zidan sebelum keluar dari ruangan. "Mama nyuruh bawa anak-anak makan di rumah malam nanti, ada kumpul keluarga."

Julion menganggukkan kepala, dan tesenyum singkat. Acara rutin setiap minggu di keluarga Zahra, tapi Julion dan anak-anaknya jarang hadir. Bukan karena tidak mau, namun tiga anaknya yang enggan untuk pergi ke sana.

Perlahan semuanya berubah, namun bukan dari diri mereka, melainkan dari lingkungan keluarga besar bundanya, setelah kepergian Zahra. Yuki sering dijahili hingga tak berkutip oleh dua anak Zidan, yaitu Jirsan dan Dino. Apalagi dengan Dino, laki-laki itu bahkan tak keberatan untuk memberikan Yuki pukulan.

Walau Yuki selalu tertawa, namun Yuri tak bisa menerima itu.

"Lebay banget, kalau cowok main emang begitu," timpal Yuki sambil menahan perutnya karena hantaman yang ia dapatkan dari Dino.

"Kakak gak ikut deh, Yah. Hari ini malas aja bawaannya," ucap Yuri sambil menaruh dua piring yang berisikan ikan goreng dan tempe kecap kesukaan Yori.

Julion melipat lengan bajunya hingga siku, bersiap menyantap makanan yang tak kalah enak dibanding makanan di luar sana. Ia tak pernah memaksa anak-anaknya, biarkan mereka melakukan apa yang ia suka, dan ia tak ingin memaksa.

"Oke, karena anak Ayah udah masak banyak, jadi kita makan di rumah aja," kata Julion sambil menaruh satu persatu piring di hadapan Yori dan Yuki.

"Kalau nenek marah gimana, Yah?" tanya Yuki, sambil mendekatkan mangkuk nasi pada Julion.

Hello March ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang