Jika bukan karena Julion dan Yuki yang menyuruh untuk meminta maaf, Yuri tidak akan melakukannya. Akhirnya, dengan berat hati ia kembali ke kantor Wina bersama dengan Julion.Padahal jika dipikir kembali, itu bukanlah kesalahannya, jika terus seperti itu pantas saja mereka terus merendahkan.
"Gimana pun, suatu hari nanti kamu bakal butuh mereka, Ri. Dan bagaimana pun juga,
mereka itu keluarga kamu juga," ujar Julion memastikan kepada anaknya.Namun, mereka tetaplah salah. Jika terus dibiarkan seperti itu, mereka akan berjalan semakin jauh dari itu.
"Ayah udah mengingatkan mereka, tapi mereka gak dengar," timpal Yuki. "Lagi pula, itu masalah dia, dan apa akibatnya biarkan mereka yang akan merasakan," sambung laki-laki itu.
"Sebagai manusia, kita harus bisa saling memaafkan, dan sadar sama kesalahan kita."
"Makhluk sosial kayak kita gak bisa berdiri sendiri, kita saling membutuhkan. Walau mereka kayak gitu, entah kamu atau Yuki pasti butuh mereka, 'kan?"
Hanya sebuah kepasrahan ketika dua laki-laki memberi masukan pada Yuri, dan berakhirlah sekarang di ruangan Wina. Namun, Yuri harus menunggu karena Wina sedang ada pertemuan dengan koleganya.
Ia tak sendiri, ditemani oleh Dino. Laki-laki itu rela mengundur pekerjaan demi menemani sepupunya itu. Ia merasa bersalah atas perlakuan Zidan, namun sekarang malah Yuri yang meminta maaf. Seharusnya, Zidan lah yang melakukan itu.
Tamparan yang diberikan Zidan pagi tadi, Yuri tidak memberitahu kepada Yuki atau pun Julion. Bisa saja mereka akan marah besar, dan pastinya mereka tidak akan menyuruh Yuri untuk meminta maaf sekarang.
Tak ada percakapan antara dua saudara itu, Yuri memilih diam. Karena Dino tidak memiliki masalah dengannya, dia saja yang berbaik hati pada Yuri.
Pintu ruangan terbuka, terlihat Wina dan Zidan masuk beriringan. Tatapan mereka langsung tertuju kepada wanita yang tadi pagi mengamuk di ruangannya, yang tak lain adalah cucunya sendiri.
"Maaf," ucap Yuri santai.
Permintaan maafnya yang terdengar tidak ikhlas sama sekali dilontarkan kepada nenek dan pamannya.
"Walau seharusnya bukan kewajiban saya untuk meminta maaf, tapi sepertinya di sini memang saya yang harus melontarkan kata itu lebih dulu. Sekali lagi maaf atas tindakan saya tadi pagi," jelas Yuri sambil menundukkan kepala di hadapan Wina.
Zidan ternganga dengan apa yang dilakukan oleh keponakannya. Seakan ia sedang melihat Zahra di depannya, karena apa yang dilakukan dan apa yang dikatakan oleh Yuri sama persis dengan apa yang dilakukan Zahra saat ia masih hidup dulu.
Napas Wina tertahan, Zidan pun memegang bahu Yuri dan menyuruhnya untuk berdiri tegap kembali. Menatap sosok Yuri yang tengah melihatnya dengan tatapan datar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hello March ✔️
NonfiksiJuara 3 dalam kompetisi Writing With Bougenvillea Publisher Cabang Bekasi 🥉 (Selesai) Belahan bumi Selatan tengah menikmati musim gugur yang indah, dan teruntuk Maret-ku, kuharap kau juga menikmatinya "Kenapa musim gugur itu indah?" "Karena deda...