Semesta seakan sedang menertawakan perjalanan hidup yang dilalui oleh Yuki. Panas matahari yang begitu menyengat hampir membakar kulit. Dikala semua orang tengah menangis, langit seakan memberi tawa bahagia.
Namun, ada rintik hujan yang dirasakan di dalam panas yang menyengat. Sore ini Yuri langsung dikebumikan setelah disholatkan oleh keluarganya dan Julion yang menjadi imamnya.
Yuki memaksakan diri untuk mengantar Yuri ke tempat peristirahatan terakhir. Semua orang tengah berduka, termasuk Jeri. Laki-laki yang berniat melamarnya tepat di hari ulang tahun wanita itu.
Namun, berapa pun duka yang mereka rasakan, tidak ada yang lebih sakit dari pada luka yang dirasakan Yuki. Mereka pernah berbagi rahim yang sama, dan tumbuh bersama. Tidak ada yang bisa memisahkan mereka, kecuali Tuhan. Dan benar, hari ini Tuhan memisahkan.
Yuki terduduk lemah saat melihat tubuh Yuri mulai ditimbun dengan tanah.
Semenjak kedatangan Yuri, Yori hanya berpikir jika kakaknya tidur dalam waktu singkat. Namun, ia memekik kuat tidak terima saat tubuh Yuri ditimbun dengan tanah.
"Kakak cuma bobo!" pekiknya.
Yuki menarik Yori ke dalam pelukannya, memeluk erat menahan adiknya yang sedang meronta tidak terima jika kakaknya pergi untuk selamanya.
"Kakak!" teriaknya kembali, ia terus menangis, hingga suaranya tak lagi terdengar.
**
Suasana yang tak lagi sama, bahkan tubuh Yori lebih kurus dari biasanya, ia sama sekali tidak mencoba nasi setelah kepergian Yuri, tidur pun disaat ia benar lelah dan akan kembali terjaga. Satu kata yang selalu ia cari, "Kakak?"
Sedangkan Yuki, ia kembali dirawat di rumah sakit. Bekas operasinya memburuk karena terlalu banyak gerakan disaat baru menjalani operasi. Sedangkan Julion, hanya dia yang harus menguatkan diri, walau sesekali ia termenung mengingat kepergian anaknya.
"Kamu udah pernah lewatin sebelumnya, kamu harus kuat buat Yuki dan Yori."
Liliana terus menguatkan anaknya agar tetap tegar. Yuki dan Yori tak ada bedanya, mereka selalu memandang foto Yuri, bahkan mereka bisa terlelap saat baju Yuri yang diselimutkan pada tubuh mereka.
Padahal kondisi Yuki belum membaik, namun ia bersikeras untuk dirawat di rumah. Setidaknya ia bisa menemani Yori.
Baru saja sampai di rumah, Famela menyerahkan ponsel milik Yuri. Hari itu, karena ia terburu-buru untuk menemui Yuki, sehingga ia melupakan ponselnya.
Yuki menggeledah isi ponsel Yuri yang hanya berisi foto Yori, dirinya, Julion dan Zahra. Sedangkan, foto Yuri sendiri hanya beberapa. Yuki membiarkan Yori tertidur di dalam pangkuannya, sambil mengusap rambut gadis kecil itu, dan tangannya yang lain masih sibuk menggulir layar milik Yuri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hello March ✔️
Non-FictionJuara 3 dalam kompetisi Writing With Bougenvillea Publisher Cabang Bekasi 🥉 (Selesai) Belahan bumi Selatan tengah menikmati musim gugur yang indah, dan teruntuk Maret-ku, kuharap kau juga menikmatinya "Kenapa musim gugur itu indah?" "Karena deda...