16. Cemas

45 23 78
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


H-1

Hari ini Yuki sudah tidak diperbolehkan untuk makan atau minum. Karena besok pagi ia
harus menjalani operasi pencakokan pembuluh darah. Ketika Yuki yang akan menjalankan operasi, malah Yuri yang merasa gelisah. Bahkan, ia tidak tidur beberapa malam ini.

Pikirannya terus tertuju pada Zahra, ia memohon agar bundanya tidak akan membawa Yuki pergi bersamanya.

Padahal, kemarin Yuki kembali mengingatkan untuk jangan terlalu dipikirkan. Lagi pula, bayangan keberhasilan operasi cukup besar. Bahkan, Yori pun ikut menghapuskan kecemasan pada hati kakaknya.

Sesuai permintaan Yuki kemarin, ia ingin menghabiskan waktu bersama keluarganya. Sayangnya, kemarin hujan malah menyapa bumi satu hari penuh. Sehingga mereka menghabiskan waktu di rumah sakit saja.

Tepat lantai satu rumah sakit, di sana ada sebuah ruangan dengan lapisan kaca transaparan yang menghadap langsung ke arah taman. Yori sudah lebih dulu menarik tangan Yuri menuju lantai bawah, membiarkan ayah dan abangnya tertinggal di belakang.

"Ini buat apa, Dek?" tanya Yuri sambil menyodorkan jas hujan pada adiknya.

Yang ditanya malah memamerkan senyumnya. Yuri menarik napas dan terus mengikuti langkah Yori, sudah jelas apa yang ia inginkan di tengah hujan lebat dengan jas hujan yang sudah ia sediakan.

"Kakak nda boyeh syedih agi, yya? Abang bakal syehat agi."

Yuki pasti memberitahu kepada Yori apa yang tengah ia rasakan sekarang. Yuri hanya melempar senyuman kepada adiknya, dan beralih menatap keluar, menyaksikan jutaan bulir hujan yang datang menghujam bumi.

Berkali-kali Yori memohon kepada Yuri untuk memasangkan jas hujan, namun Yuri tak mengizinkannya. Bahkan, membiarakan anak itu menangis, hingga Julion datang bersama dengan Yuri.

"Biarin aja, Kak. Lagian pakai mantel," ujar Yuki sambil merebut jas hujan yang ada di tangan Yuri, lalu memasangkannya pada Yori.

Yuri berdecak kesal, namun Julion langsung merangkul bahu anaknya, dan membiarkan Yori berlari kecil ke arah taman.

"Tapi, nanti kalau ada petir gimana, Yah. Ah!"

Terlihat jelas raut emosi dari wajahnya, Julion hanya menganggukkan kepala, "Udah, biarin aja."

Tangan Yuri ditarik kesebuah kursi yang ada di dekat Yuki. Sedangkan, Julion berjalan ke arah pintu. Mengingatkan Yori untuk tidak bermain hujan terlalu lama. Tak ada hal lain yang dilakukan gadis kecil itu, ia hanya berjalan ke sana ke mari, menikmati setiap tetes hujan yang menyentuhnya.

Mereka memang terlihat sama, namun untuk hal yang disukai Yori lebih menyukai hujan. Bahkan, dari kecil pun ia sudah memperlihatkannya. Ia akan berhenti menangis jika hujan tengah menyapa bumi.

Yuki menatap Yuri dan Julion bergantian, sekilas ia tersenyum dan memfokuskan tatapan kepada Yuri yang terus menatap keluar dengan tatapan kosong.

"Jangan dipikiran, ya. Bukannya lo yang mau gue dioperasi."

Hello March ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang