"Kayau ndak Kakak maapin, nanti abang ngambek ke tempat bunda."
Malam ini mata tak bisa terpejam, bukan karena nyamuk yang berkeliaran atau angin malam yang menembus celah papan pada rumah, namun karena kalimat yang dibisikkan Yori kepadanya tadi.
Sebegitu besar rasanya untuk bertemu bunda?
Dan teganya meninggalkan yang lain, dengan menyisakan luka di dalamnya.
"Lo tega, Ki," batin Yuri.
Seseorang mengetuk pintu kamar, padahal Yuri baru saja terlelap. Jam yang masih menunjuk ke arah angka empat, dan di luar sana masih gelap gulita.
Tidak ada jawaban dari Yuri, pintu itu terbuka perlahan dan menampakkan sosok Yuki dengan senyum khasnya.
"Ri, gak kangen jalan-jalan shubuh lagi?" tanya Yuki dengan suara yang sangat rendah.
Kebiasaan rutin yang selalu mereka lakukan jika berada di tempat Liliana, berjalan menuju atas bukit dan menyaksikan matahari terbit dengan indah di ufuk timur.
"Masih pagi," jawab Yuri.
"Gak apa-apa, nanti Yori keburu bangun."
"Tapi, nanti lo kedinginan."
"Ck, cepetan!" perintah Yuki.
Yuri meraih hoodie hitam yang sama persis dengan milik Yuki. Tanpa berpamitan pada siapapun, mereka meninggalkan rumah setelah membawa kabur makanan yang ada di kulkas Liliana.
"Lumayan, buat sarapan," ujar Yuki dengan senyuman dan memamarken beberapa potong kue, dan susu kotak.
Tidak ada rasa takut melalui jalanan yang hanya diterangi cahaya dari ponsel Yuri. Lagi pula, jalan menuju puncak bukit, tidak teralalu buruk seperti saat terakhir mereka ke tempat itu. Walau jalanan seperti rel kereta, namun itu lebih baik dari pada jalanan tanah dan penuh batu.
"Dingin loh, Ki," ucap Yuri sambil melirik kembarannya itu.
"Udara pagi ini sehat." Yuki tersenyum lalu memasukkan tangannya ke dalam jaket yang ia gunakan.
Banyak kenangan di jalan itu, apa yang mereka lakukan tak jauh dari kebiasaan yang dilakukan Julion dan Zahra dulu, bisa dikatakan tempat pelarian mereka saat hubungannya tak direstui oleh keluarga Zahra.
Tanpa sadar ada senyuman yang terpencar dari pipi mereka berdua, seakan melihat tayangan ulang atas keromantisan ayah dan bundanya di depan mereka.
Senyuman Zahra yang menggandeng tangan Yuki dan ekspresi Julion yang akan cemburu dengan anaknya sendiri. Julion akan membawa Yuri dan menggantikan tangan Zahra dengan tangan Yuri, lalu menggengam tangan pacarnya itu.
Tak mau kalah, Yuki akan memeluk Yuri dengan erat. Mengalahkan keromantisan Julion dan Zahra.
"Yuki juga bisa, wlee ..." cibirnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hello March ✔️
Não FicçãoJuara 3 dalam kompetisi Writing With Bougenvillea Publisher Cabang Bekasi 🥉 (Selesai) Belahan bumi Selatan tengah menikmati musim gugur yang indah, dan teruntuk Maret-ku, kuharap kau juga menikmatinya "Kenapa musim gugur itu indah?" "Karena deda...