Jadwal operasi untuk Yuki sudah ditetapkan, dan itu bertepatan dengan tanggal ulang tahunnya. Sebentar lagi umur sepasang manusia itu bertambah, dan hadiah yang bisa diberikan adalah kesehatan untuk saudaranya itu.Di sisi lain, Yuki merasa bersalah karena tidak bisa menepati janjinya pada Yuri. Namun, itu tidak menjadi masalah bagi kembarannya.
"Lo kembali sehat aja, itu udah kado buat gue."
"Sesayang itu, ya lo sama gue?" tanya Yuki.
Bagi Yuri itu adalah pertanyaan konyol yang dilontarkan oleh Yuki. Kenapa baru sekarang ia sadar. Namun, secara tidak langsung kasih sayang di antara mereka memang tidak ada yang menandingi.
Yuri terus berjalan sambil mendorong pelan kursi roda yang di duduki oleh Yuki, pagi ini mereka memilih untuk berjalan-jalan di taman rumah sakit. Sekaligus, untuk melepas rasa bosan yang dirasakan Yuki.
"Ri," panggil Yuki yang mendapat balasan gugaman dari belakang.
"Kenapa?" tanya wanita yang masih mendorong kursinya.
"Sebelum operasi, gue pengen kita ngumpul semua. Ayah sama Yori. Quality time gitu, karena gak ada yang tau sama apa yang terjadi nanti setelah gue operasi."
Yuri langsung berhenti saat mendengar permintaan saudaranya, hatinya mulai merasa tak nyaman dengan setiap kalimat yang terlontar dari mulut Yuki. Padahal laki-laki itu sudah berjanji untuk menemaninya.
"Ri," panggilnya lagi, dan kali ini Yuki melihat ke belakang, meraih tangan Yuri dan menariknya ke depan.
Sekarang mereka saling berhadapan. Yuri menekukkan lututnya, dan menatap Yuki lekat.
"Lo ngomong kayak gitu, seakan opearasi lo gak bakal lancar. Asalkan lo tau, disetiap doa gue, gue terus mohon buat kesembuhan lo. Lo itu berharga, kita semua masih butuh lo, dan termasuk Yori. Lo tega ninggalin dia?" tanya Yuri, dengan air mata yang mulai mengalir di pipinya.
"Gak gitu maksud gue, kita bukan Tuhan yang bisa nentuin semua sesuai dengan apa yang kita inginkan. Gue cuma pengen ada waktu satu hari, buat kita bersama. Udah itu aja, gak bermaksud bilang itu waktu terkahir gue."
Setiap kata yang dilontarkan Yuki, semuanya berusaha memastikan Yuri untuk tidak overthinking padanya.
"Lo gak perlu mikir aneh-aneh, Ri," pinta Yuki sambil tersenyum.
Yuri kembali terpaku, rasa takutnya tak bisa ia sembunyikan sekarang. Bagaimana jika operasinya gagal? Karena bagi Yuri hal yang berbau dengan operasi adalah suatu ketakutan besar baginya.
Hanya tinggal menghitung hari saja, sekarang sudah tanggal 15 maret, dan menuju 20 maret itu hanya beberapa hari lagi
Yuki mengalihkan pikiran Yuri, mengajaknya bercerita tentang aktivitas apa yang akan dilakukan olehnya di masa depan nanti, dan jawaban Yuri adalah, dengan terus bersamanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hello March ✔️
Não FicçãoJuara 3 dalam kompetisi Writing With Bougenvillea Publisher Cabang Bekasi 🥉 (Selesai) Belahan bumi Selatan tengah menikmati musim gugur yang indah, dan teruntuk Maret-ku, kuharap kau juga menikmatinya "Kenapa musim gugur itu indah?" "Karena deda...