Ada rasa bersalah karena meninggalkan Yori sendiri. Ia mendiami dua saudaranya, ditambah lagi karena susu kotak miliknya dibawa kabur oleh Yuki.
Sudah banyak cara dilakukan untuk membujuknya, namun Yori bungkam. Marahnya tak jauh berbeda dengan Yuri. Tidak ada hal lain yang bisa dilakukan kecuali terus membujuknya. Julion angkat tangan, karena ia pun ikut dimarahi oleh Yori, dan juga ia kesal karena dua anaknya tak membawa ia pergi bersama.
"Kenapa pada ngambek coba, 'kan pada punya kaki," dumal Yuki sambil menyendok nasi goreng buatan Liliana.
"Ayah jangan ngambekan juga, bujuk yang satu itu aja udah susah," ucap Yuri pada Julion, namun yang dituju hanya mengangkat bahu tak peduli.
"Gini, deh. Kita mandi di sungai gimana?"
Liliana bersuara dari pintu dapur ke arah ketiga cucunya yang ada di ruang tengah.
"Meyeka jangan dibawa!" tunjuk Yori pada Yuri dan Yuki.
Liliana menganggukkan kepala sambil tersenyum. "Iya, gak dibawa. Cuma Adek yang dibawa."
Tanpa menoleh sedikit pun, Yori berlari menuju kamar. Mengemas barangnya sendiri, dan membawa handuk keluar.
"Tapi, tunggu dulu, ya. Nenek bersihin ini dulu."
Yori menganggukkan kepala dan duduk dengan tenang di jalan menuju dapur. Ia sangat marah pada keluarganya, termasuk Julion. Laki-laki itu malah membela dua anaknya di depan Yori. Dan membuat alasan jika Yori terlalu kecil untuk pergi ke tempat itu.
"Ngambeknya jangan lama-lama, loh. Nanti ditinggal tau rasa."
Yori tak mengacuhkan Yuki, bahkan ia menutup telinganya saat Yuki berbicara padanya.
"Dih, jelek lo!" teriak Yuki, namun Yori tak peduli sama sekali.
Sejak tadi, Julion pun tak terlihat dan sudah dipastikan dia ada di atas bukit, tempat Yuki dan Yuri tadi. Mengenang seribu kenangan yang tercipta di sana.
Tak lama setelah minum obat, Julion datang dan mengajak Yuki dan Yuri menyusul adiknya di sungai. Walau ada amukan singkat, namun setelah itu Yori kembali berdamai dengan dua saudaranya.
Pekik dan tawanya mendominasi sungai yang tak terlalu besar saat Yuki memainkan air di dekatnya dan mengenai wajah gadis kecil itu.
Julion dan Liliana menatap tiga bersaudara itu dari sisi sungai. Sesekali Liliana pun mengusap punggung anaknya, sambil menganggukkan kepala.
"Kamu udah kuat sejauh ini, Nak. Dan kamu udah berhasil didik mereka."
Julion menggelengkan kepalanya. Ia tak banyak mengambil alih tugas Zahra, jika pun Yori tumbuh menjadi anak baik, itu semua karena Yuri. Dia yang banyak memiliki peran di sana.
Entah berapa lama mereka berada di dalam sana, bahkan bibir Yori pun sudah gemetar. Kedua tangannya terlipat di depan dada. Menunggu Yuri datang membawakan handuk untuknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hello March ✔️
Kurgu OlmayanJuara 3 dalam kompetisi Writing With Bougenvillea Publisher Cabang Bekasi 🥉 (Selesai) Belahan bumi Selatan tengah menikmati musim gugur yang indah, dan teruntuk Maret-ku, kuharap kau juga menikmatinya "Kenapa musim gugur itu indah?" "Karena deda...