Menikmati sate satu pring berdua, dan berebut pada tusukan terakhir. Tatapan sinis yang ditujukan Yuri, beradu dengan tatapan jahil milik Yuki."Oke, kita bagi dua," tawar Yuki. "Tapi, gue duluan yang makan. Lo dua, gue satu?" sambung Yuki.
Merasa penawaran yang bagus, Yuri mengiyakan namun ia lupa jika Yuki adalah raja tipu yang handal. Satu tusukan dengan tiga potong daging masuk begitu saja ke dalam mulutnya.
"Haaa ... Yuki!" teriak Yuri dengan lantang, matanya memerah.
Sudah lama Yuki tak melihat Yuri seperti ini, memang terlihat manja. Namun, Yuki merindukan Yuri yang dulu.
Dengan joroknya, Yuki mengeluarkan daging yang belum ia kunyah di dalam mulutnya dan menyodorkan pada Yuri. Tatapan jijik terlihat bersamaan dengan tawa Yuki yang menggelegar. Mengabaikan tatapan yang tertuju pada mereka.
"Hih, ogah!"
Ia masih tak terima dengan Yuki, bahkan Yuri berjalan beberapa langkah di depan Yuki.
"Ngapain jalan, bego."
"Bodo!" jawab Yuri ketus.
Walau hanya berjalan singkat di mall, dan makan sate itu sudah lebih cukup untuk hari ini. Yuki memutar langkahnya, membiarkan Yuri berjalan sendiri. Sudah waktunya Yori pulang, tidak ada waktu jika meladeni bocah yang ada di depannya itu.
Yuri pun berdecak kesal saat mendapati pesan yang dikirim oleh Yuki, jika ia meninggalkannya begitu saja.
Matwins:
Ngambekan sih, lo. Pulang sendiri, kan.
Tapi, tidak masalah baginya, karena jarak rumah tidak terlalu jauh, dan bisa menaiki angkot. Jika berhubungan dengan Yori, Yuri akan kembali menjadi wanita pada umumnya. Kepribadian yang sulit ditebak.
**
Bagi Yuri, hari ini dan seterusnya akan berjalan membosankan, mungkin. Karena Yuki sudah mulai bekerja di kantor yang sama dengan Julion bersama dengan Dino. Yuri cukup ragu, apakah Yuki akan baik-baik saja di sana? Atau, bisakah ia di sana? Sedangkan, selama in yang Yuki pahami hanyalah dunia musik.
"Hidup di dunia ini gak boleh stuck sama satu hal aja, kita harus bisa apapun biar gak tertinggal, Ri," pesan Yuki.
Iya, Yuri paham akan itu. Tapi, membiarkan Yuki dengan Dino, ia takut.
"Kamu gak bisa nilai saudara kamu dari luar aja."
Yuri menatap mata Jeri, bak tukang antar makanan, Jeri datang kapan saja saat Yuri memanggilnya, padahal banyak pekerjaan yang harus ia lakukan.
"Maaf, ya," ucap Yuri pelan dan mengambil alih makanan yang ada di tangan Jeri.
"Aku antar tempat nenek aja gimana, dari pada di sini nunggu Yori pulang, kamu bingung juga mau apa. Di sana ada tante juga, kan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Hello March ✔️
Non-FictionJuara 3 dalam kompetisi Writing With Bougenvillea Publisher Cabang Bekasi 🥉 (Selesai) Belahan bumi Selatan tengah menikmati musim gugur yang indah, dan teruntuk Maret-ku, kuharap kau juga menikmatinya "Kenapa musim gugur itu indah?" "Karena deda...