WITCH - Chapter IV

50 6 0
                                    

🎼 Merry-Go-Round - Joe Hisaishi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🎼 Merry-Go-Round - Joe Hisaishi

🧡🧡🧡

Tepat saat Naren keluar dari lubang pohon, Dwyne menyambutnya dengan senyum pongah.

"Kau lama sekali,"

Naren mendengus.

"Sepertinya kamu suka sekali dengan kalimat itu," komentar Naren.

Tanpa diduga Lentera mengangguk setuju, padahal biasanya dia yang paling bersikap netral di antara Naren dan Dwyne.

"Dia sudah mengucapkannya tiga kali pagi ini." Imbuh Lentera.

Dwyne menoleh pada Lentera, mengangkat jari telunjuk di depan bibir dan mendesis.

"Sssttt! Diam kau," ucap Dwyne.

Lentera menuruti perintah Dwyne, dia mengangguk patuh.

"Jadi, apa yang akan kita lakukan?" Naren bertanya.

Dwyne berganti menoleh ke arah Naren, menepuk tangannya beberapa kali dengan semangat.

"Nah, mari kita segera saja pergi ke perkotaan. Seperti yang aku katakan di rumahmu, Narendra Karunasankara, kita akan mencarikan senjata untuk kalian!" Jawab Dwyne mengangkat kepalan tangannya ke udara.

"Kamu tidak membawa satu barang pun?" Tanya Naren menunjuk rumah pohon Dwyne dengan dagunya.

Kepala Dwyne mengangguk-angguk.

"Benar juga. Tunggu sebentar, aku akan mengambil beberapa barang," gadis penyihir itu melangkahkan kakinya menuju ke rumah pohonnya.

Baru setengah perjalanan Dwyne menengok ke belakang, tepatnya pada Naren dan Lentera.

"Kalian tidak mau ikut? Mungkin kalian ingin minum teh dan makan camilan?" Dwyne menawarkan.

"Terima kasih, Dwyne. Tapi aku ingin tugas ini cepat selesai," jawab Naren menolak.

Dwyne mengedikkan bahunya, kembali berjalan. Kemudian dia berucap tanpa suara, tidak ingin Naren atau Lentera mendengarnya.

"Aku tidak yakin tugas kita cepat selesai. Malahan, aku takut tugas ini tidak akan pernah terselesaikan."

Dwyne menjentikkan jarinya, seketika pintu rumahnya yang terbuat dari kayu terbuka dengan sendirinya.

Rumah Dwyne sebenarnya tidak jauh berbeda dengan rumah di dunia manusia.

Terlihat sederhana karena berbahan dasar kayu yang tidak dicat, menampilkan warna alami dari kayu tersebut.

Dari ruang tamu hanya ada satu set meja kursi, polos tanpa ada foto maupun hiasan dinding.

Ruang selanjutnya adalah dapur. Jika dilihat sekilas, tidak ada yang mencurigakan dari dapur itu. Hanya meja makan minimalis, kompor, wastafel, lemari es, dan lemari untuk menyimpan peralatan memasak. Namun sebenarnya terdapat pintu rahasia menuju kamar Dwyne juga ruang pertemuan yang bersifat rahasia.

WITCHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang