WITCH - Chapter X

14 3 0
                                    

🎼 Nocturne in E-flat major, Op

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🎼 Nocturne in E-flat major, Op. 9, No. 2 - Chopin

🧡🧡🧡

Naren membongkar isi tasnya. Mengeluarkan seluruh isinya. Mulai dari pakaian, perlengkapan mandi, dan barang-barang lain.

Naren memisahkan barang-barangnya. Dia menumpuk pakaiannya dan membawanya masuk ke dalam lemari. Setelahnya dia menyusun perlengkapan mandi, kemudian sisa barangnya diletakkan di atas meja.

Tangan Naren menyambar handuk yang ada di dalam lemari, dia pun berjalan masuk ke kamar mandi.

Beberapa menit berselang. Tubuh Naren sudah segar setelah mandi.

"Airnya segar juga." Komentar Naren.

Layar televisi menyala sendiri, menampilkan iklan makanan kucing, pertanda bahwa Dwyne sudah memanggilnya.

Dengan segera Naren menyampirkan handuk ke bahunya, tidak kepikiran untuk meletakkan handuk itu di gantungan baju. Naren melompat, masuk ke dalam televisi.

Saat Naren keluar dari layar televisi, dia tidak menemukan seorangpun di sana. Maka, Naren berjalan menuju ke arah yang menurutnya adalah ruang makan.

"Mau ke mana?" Tanya seorang gadis yang baru saja keluar dari dalam kamar mandi.

Naren sedikit terkejut.

"Mau ke ruang makan," jawab Naren.

"Kamu habis dari kamar mandi?" Naren bertanya.

Lentera menggeleng, "Tidak. Di sana kamarku. Ayo, aku antar ke ruang makan. Kalau kamu sendirian nanti kamu bisa tersesat," jawabnya sambil berjalan mendahului Naren.

"Kamarmu di kamar mandi?" Naren menyamai langkah Lentera.

"Bukan, lebih tepatnya jalan menuju kamarku. Caranya dengan mematikan saklar lampu kamar mandi dan mengucapkan kata sandi di depan cermin, maka aku akan masuk ke kamarku," jawab Lentera yang malah disahuti oleh Dwyne.

"Seharusnya kau tidak membocorkan cara masuk ke kamarmu pada orang lain, Lentera Chandramaya,"

Rupanya Lentera dan Naren sudah sampai di ruang makan. Cara untuk ke ruang makan memang tidak rumit, tapi sedikit membingungkan karena ruangan di rumah Dwyne memiliki pintu rahasia masing-masing. Jadi harus teliti saat membuka pintu agar tidak salah.

"Memangnya Naren orang lain? Kita 'kan akan tinggal bersama," jawab Lentera.

Naren tersedak ludahnya sendiri, pipinya sedikit bersemu kemerahan.

"Wah, lihat ada yang salah tingkah," goda Dwyne melihat Naren.

Naren menarik kursi, kemudian duduk dengan tegang.

"A-apa sih?" Tanya Naren sedikit terbata.

Lentera hanya diam, dia ikut menarik kursi dan duduk. Matanya menatap hidangan di depannya. Ada yang menarik perhatiannya, yaitu satu kursi yang masih kosong, namun di mejanya sudah ada piring dan peralatan makan lainnya.

"Ada tamu?" Tanya Lentera.

Dwyne mengerti apa yang dimaksud oleh Lentera, maka dia mengangguk.

"Ya, keponakanku akan datang,"

"Keponakan yang kamu kirimi surat wasiat itu?" Naren bertanya.

"Oh, iya, benar. Ah, itu dia,"

Seorang gadis, kira-kira berumur 12 tahun, datang melalui portal yang dibuka oleh Lamborshine.

Sebuah surat ada di tangannya yang tak berhenti gemetaran.

"Halo, Kyliene Maigixie," Dwyne menyapa keponakan pertamanya, Kyliene.

"D-Dwyne... Apa maksudmu mengirim surat wasiat ini...?" Tanya Kyliene menunjukkan surat di tangannya yang gemetar, bahkan surat itu sudah basah oleh keringat Kyliene.

"Yah, seusai dengan isi suratnya. Sudah kau baca 'kan?"

Kyliene mengangguk.

"Dwyne, apa dia benar keponakanmu?" Tanya Naren setelah mengamati gadis kecil itu.

Kening Dwyne mengernyit.

"Ya, memang kenapa?"

"Dia lebih mirip Zack daripada kamu! Aku akan percaya kalau dia adalah adik Zack atau sepupunya!" Ucap Naren.

"Kau pikir keturunan keluargaku memiliki sifat seperti aku semua? Ya, Kyliene memang agak pemalu sih," Dwyne mengakui pada akhirnya.

"Eum... Dwyne, aku tak yakin untuk-"

"Sssttt! Sudah diam. Ayo, duduk," Dwyne memotong ucapan Kyliene.

Dengan terpaksa Kyliene duduk di kursi yang sudah disediakan. Matanya menatap satu persatu hidangan yang sudah disiapkan Dwyne. Kyliene menelan ludah, jemarinya saling bertaut di atas meja.

"Nah, aku sudah memasak untuk kalian. Semoga kalian suka masakanku," ucap Dwyne.

"Aku suka makan apa saja, yang penting bisa dimakan," sahut Naren sambil menyengir kuda.

Mata Lentera ikut menatap hidangan. Tampak enak dengan asap yang masih mengepul dan juga aroma harum yang menggugah selera.

"Ayo, dimakan," Dwyne terlebih dahulu menyendok nasi ke piringnya, diikuti Naren yang sudah kelaparan, kemudian Lentera ikut setelah Naren memakan hidangan dari Dwyne.

Mereka menikmati makan malam itu. Masakan Dwyne memang sangat enak, sesuai dengan tampilan dan aromanya, membuat mereka makan dengan lahap. Tetapi ada satu orang yang hanya memainkan makanannya, tangannya bergetar memainkan sendok.

Naren yang menyadari Kyliene tidak memakan makanannya kemudian bertanya pada anak itu.

"Kenapa tidak makan? Makanan Dwyne enak kok," ucapnya.

Kyliene menundukkan kepala, dagunya sudah menyentuh dada, dan sendoknya berhenti memainkan makanan.

"A-aku sudah kenyang..." Jawabnya dengan suara bergetar.

"Padahal enak sekali loh. Jangan bilang kamu takut Dwyne menambahkan racun sebagai bumbu tambahan di masakannya," ujar Naren bergurau.

Namun sesuatu terjadi. Naren tersedak, dia terbatuk-batuk hebat, menutup mulutnya dengan telapak tangan.

Lentera yang khawatir menyodorkan gelas berisi air putih.

Naren membuka telapak tangannya, hendak menerima gelas dari Lentera. Tapi perhatiannya tertuju pada telapak tangannya yang terdapat bercak darah.

Naren menatap wajah Lentera yang sudah sangat pucat dengan bibir yang membiru. Dan sedetik kemudian gelas yang dipegang Lentera jatuh dan pecah. Tangan Lentera dia gunakan untuk memegang tenggorokannya sendiri.

Naren berganti menatap Dwyne.

"A-apa yang kamu lakukan, Dwyne?" Tanya Naren, matanya sudah berkunang-kunang, kepalanya sangat berat.

"Tidak ada." Jawab Dwyne singkat.

"Kamu benar-benar menaruh racun di makanan kita?" Giliran Lentera yang bertanya dengan suara serak yang tertahan, masih memegang tenggorokannya.

Dwyne hanya mengangkat bahu, tersenyum pongah.

Tubuh Naren mulai kejang-kejang, tak lama kemudian tubuh laki-laki itu ambruk ke meja.

Lentera berusaha menggapai tubuh Naren. Namun sayangnya, pandangannya mulai menggelap. Hingga akhirnya dia juga menyusul Naren, kehilangan kesadaran.

Naren dan Lentera pingsan.

🧡🧡🧡

BERSAMBUNG...

Instagram: duchesschartreuse

WITCHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang