WITCH - Chapter XI

12 2 0
                                    

🎼 Nocturne in E-flat major, Op

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🎼 Nocturne in E-flat major, Op. 9, No. 2 - Chopin

🧡🧡🧡

Dwyne menatap Naren dan Lentera yang sudah pingsan, kemudian dia berganti menatap Kyliene yang tubuhnya sudah gemetar.

"Sekarang giliranmu, Kyliene Maigixie." Ucapnya.

Tangan Dwyne menyambar gelas tehnya, meminum teh itu dalam sekali tegukan.

"D-Dwyne... K-kalau tidak berhasil bagaimana?" Tanya Kyliene terbata.

Gadis berambut pendek itu hanya tersenyum dengan bibir yang membengkak.

"Kau pasti bisa." Ucapnya dalam sebuah bisikan lembut.

Ruam kemerahan mulai muncul di seluruh tubuh Dwyne. Wajahnya bahkan memerah dan membengkak. Dwyne sudah tidak bisa berbicara karena lidahnya kelu. Mata Dwyne terasa berat, pandangannya berkunang-kunang.

"Ah, ini yang namanya pingsan?" Ucapnya dalam hati, lalu tubuhnya ambruk menghantam lantai.

Hanya tersisa Kyliene saja yang masih tersadar di meja makan. Gadis kecil itu menatap satu persatu orang-orang yang pingsan, meneliti gejalanya.

Kyliene berdiri, menghampiri Dwyne yang paling dekat dari posisi duduknya. Dia menyentuh bibir Dwyne yang membengkak, kemudian membuka mulut gadis berambut cokelat itu.

"Kamu sudah gila, Dwyne. Kenapa kamu yakin sekali menenggak racun sebanyak itu?" Gumam Kyliene.

Kyliene berganti mengecek Naren yang paling pertama pingsan. Alasannya sudah jelas karena Naren yang paling banyak memakan makanan Dwyne yang sudah dicampur dengan racun.

"Dwyne, temanmu ini sudah parah. Seharusnya kamu memanggil healer yang lebih hebat daripada aku yang amatir ini," Kyliene bergumam seolah sedang mengajak Dwyne untuk berbicara.

Jemari Kyliene menyentuh denyut nadi Naren, tak lupa dia juga mengecek detak jantung Naren dengan meletakan telapak tangannya di atas dada Naren.

"Detak jantungnya melemah, Dwyne. Dia bisa sekarat,"

Setelah mengecek kondisi Naren, Kyliene hanya tinggal mengecek Lentera. Jari telunjuknya terulur, berhenti di bawah lubang hidung Lentera.

"Napasnya tersengal-sengal,"

Kyliene berjalan mundur, menjauhi ketiga orang yang tengah keracunan itu. Dia sedang menimbang-nimbang siapa yang seharusnya ditolong lebih dahulu.

"Kenapa kamu tidak memanggil Shawne dan Greyne? Meskipun kekuatan healer mereka tak seberapa, setidaknya mereka bisa membantuku. Kalau sendiri begini aku harus menolong salah satu terlebih dahulu, tapi aku takut kalau dua di antara kalian terlambat mendapatkan penanganan," Kyliene menggerutu kesal karena Dwyne hanya memanggil dirinya, padahal dengan kehadiran dua sepupunya yang lain akan sangat membantu.

WITCHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang