🎼 Hungarian Dance no. 5 - Johannes Brahms
🧡🧡🧡
Zack gelagapan, sepertinya dia sudah salah bicara.
Naren bergantian menatap Dwyne dan Zack, mulai paham apa yang terjadi.
"Kata Dwyne, jika lampion itu mati berarti akan ada seorang manusia atau makhluk hidup lain yang akan mati. Karena padamnya lampion berarti berakhirnya hidup si pemilik lampion," Naren menundukkan kepalanya.
"Kalau lampion itu sumber kekuatan penyihir, bukan berarti penyihir itu mati kalau lampionnya mati. Penyihir itu hanya akan menjadi manusia biasa yang tidak punya sihir, fana. Apakah aku benar?"
Naren melirik tajam pada Dwyne yang telah berbohong padanya sejak awal.
Dwyne terkesiap, tapi segera menetralkan ekspresi wajahnya.
"Ya, kau benar. Tapi kalau penyihir kehilangan sihirnya, mereka tidak akan bisa bertahan hidup di Immortal. Jadi secara teknis dia akan mati," jawab Dwyne enteng.
Naren masih terlihat marah, rahangnya mengeras, sorot matanya tajam.
"Kenapa kamu berbohong?" Tanya Naren, kedua tangannya terkepal di sisi tubuhnya.
"Tidak semua hal harus aku beberkan padamu 'kan?"
"Tapi aku tidak suka caramu itu! Aku pergi ke sini mempertaruhkan nyawa demi tugas yang kamu berikan!" Naren berucap marah.
Dwyne hendak menjawab, tetapi Lentera segera menengahi karena merasa masalah mereka akan semakin panjang kalau Dwyne masih kekeh menjawab dengan jawaban yang menyebalkan.
"Cukup." Titah Lentera.
Dwyne mengatupkan bibirnya, sementara Naren berusaha menetralkan napasnya yang memburu, dan Zack yang diam karena merasa bersalah.
Lentera sudah selesai membersihkan wajah dan tangannya dari darah chimera, dia berdiri, memandang satu persatu teman-temannya.
"Hari sudah mulai gelap, lebih baik kita segera pergi dari sini," ucapnya, kemudian menatap lurus ke depan tanpa berkedip.
"Aku merasakan energi jahat berada di hutan itu," sambungnya.
Dwyne lekas bangkit, menepuk-nepuk roknya.
"Lentera Chandramaya benar. Ayo kita ke rumahku saja,"
Naren ikut bangun.
"Maaf kalau menyinggung, tapi apakah kamu punya kamar lain untuk menampung kami berdua?" Tanya Naren.
Dwyne tersenyum pongah, seperti yang biasa dilakukannya.
"Jangan kau kira rumahku kecil, Narendra Karunasankara. Rumahku juga punya banyak kamar, kau tahu?"
KAMU SEDANG MEMBACA
WITCH
FantasyNarendra Karunasankara menemukan seekor kucing berbulu hitam dengan mata oranye yang menyala. Kucing itu tampak kesakitan dan kelaparan sehingga hati Narendra tergerak untuk menolongnya. Setelah diberi makan, kucing itu seolah mengajak Narendra untu...