WITCH - Chapter XII

9 3 0
                                    

🎼 Nocturne in E-flat major, Op

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🎼 Nocturne in E-flat major, Op. 9, No. 2 - Chopin

🧡🧡🧡

Fajar bahkan belum menyingsing, tetapi empat orang dan seekor kucing hitam sudah berjalan melewati hutan yang lebat dengan pepohonan tinggi berdaun hijau.

Mata mereka awas menatap sekitar, indera mereka tajamkan. Mereka tidak ingin ada musuh yang tiba-tiba menyerang mereka.

Mereka adalah Naren, Lentera, Dwyne, dan Kyliene, serta Lamborshine tentunya.

Kyliene sudah membuat kondisi Naren, Lentera, dan Dwyne yang lemah akibat keracunan menjadi lebih baik agar mereka dapat beraktivitas. Meskipun racun di dalam tubuh mereka tetap masih ada.

"D-Dwyne, kurasa ini tidak bagus," bisik Kyliene yang berjalan paling depan, didampingi oleh Lamborshine yang matanya menyala karena kegelapan.

"Menurutku sih bagus-bagus saja. Percepat langkahmu, Kyliene. Ini masih wilayah Grünerwald, banyak musuh di sini," balas Dwyne, dia berjalan paling belakang dengan rapier di tangan kanannya.

Kyliene mendesah, "Itulah sebabnya aku bilang 'ini tidak bagus'," ucapnya, namun tetap mempercepat langkahnya.

Sebuah halaman belakang rumah sudah terlihat. Halaman itu luas dengan jerami yang bertumpuk-tumpuk, papan sasaran, dan orang-orangan yang juga terbuat dari jerami -tepat di dada manusia jerami itu tertikam pedang kayu. Pagarnya terbuat dari bambu sederhana yang melintang mengelilingi rumah itu. Tingginya tak lebih dari dua meter, dan pagar itu sebenarnya tak cocok untuk dipasang di Immortal karena memang tak berguna. Makhluk Immortal dapat dengan mudah merobohkan pagar itu.

Kyliene hendak menyentuh pintu pagar, namun Dwyne sudah terlebih dahulu menahan tangan keponakannya agat tidak menyentuh pagar itu.

"Jangan disentuh."

Kyliene menatap heran.

"Rumah ini dimiliki oleh seorang pembuat senjata. Tidak mungkin pagarnya hanya sebatas pagar biasa," sambung Dwyne meneliti pagar bambu itu.

"Jangan menatap terlalu dekat, Dwyne. Pagar itu bisa melesatkan anak panah," ucap sebuah suara dari sisi dalam pagar.

Zack berdiri di sana dengan pakaian sederhananya, kaos oblong dan celana denim selutut. Di tangannya sudah menenteng senapan.

Dwyne menjauh dari pagar itu, menatap Zack dengan senyum sumringah. Dia menyarungkan rapiernya, bertepuk tangan beberapa kali.

"Wah, untung kau sudah datang, Zack Rider. Selamat pagi!" Ucap Dwyne.

Zack tampak malu-malu, tapi dia berusaha menahannya dengan memasang ekspresi datar.

"Selamat pagi juga." Jawab Zack sembari membuka pintu pagar.

WITCHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang