WITCH - Chapter III

50 5 0
                                    

🎼 Rondo Alla Turca (Turkish March) - Mozart

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🎼 Rondo Alla Turca (Turkish March) - Mozart

🧡🧡🧡

Lentera memberikan uang kepada supir taksi lalu turun dari mobil sambil menggendong tas ranselnya.

Lentera menatap bangunan di depannya. Papan penanda besar bertuliskan SEKOLAH MENENGAH ATAS BINTANG KEJORA terpampang di depan gerbang masuk. Kaki Lentera berjalan memutari sekolah, berniat menuju lapangan di belakang sekolahnya.

Lapangan belakang sekolahnya selalu sepi karena memang sudah tidak terpakai. Selain karena bangunannya terpisah dengan bangunan sekolah, alasan lainnya adalah dibangunnya lapangan baru di samping sekolah yang jelas lebih dekat.

Menurut pengakuan para siswa yang melintasi lapangan belakang, mereka sering melihat penampakan sosok hitam berkeliaran di sekitar pohon besar dengan dedaunan yang rimbun. Pohon itulah yang menjadi tujuan utama Lentera datang.

Dwyne duduk di bawah pohon, tampak menguap lebar menunggu kehadiran Lentera.

"Kau lama sekali," ucap Dwyne.

"Aku datang secepat yang aku bisa." Lentera membalas.

"Ya sudahlah, terserah. Ayo pergi menjemput Manusia Kedua yang Terpilih."

Dwyne bangun, menepuk-nepuk rok merah tuanya yang kotor oleh tanah. Penyihir itu masuk ke dalam lubang pohon yang tertutup oleh sulur tanaman rambat. Lentera mengikuti.

Mereka berpindah tempat. Taman kota di daerah tempat tinggal Naren lenggang di pagi hari, hanya segelintir orang saja yang melintas untuk berolahraga.

Tujuan mereka kali ini adalah menjemput Naren di rumahnya.

🧡🧡🧡

Naren bergelung malas di balik selimut tebal, bahkan Lamborshine juga ikut meringkuk dengan nyaman di sebelah Naren. Ekor panjangnya bergerak, menyapu wajah Naren hingga lelaki itu terbangun kemudian menyingkirkan ekor Lamborshine, kelopak matanya kembali menutup.

Mama Naren masuk ke dalam kamar anaknya setelah mengetuk pintu tiga kali. Beliau melihat Naren masih tertidur pulas, jadi tidak tega membangunkan.

Mama Naren menepuk pelan pipi Naren, memanggil-manggil nama anak semata wayangnya itu.

"Naren, bangun... Ada teman-teman kamu di depan," ucap Mama Naren lembut.

Naren menggeliat, bergumam tidak jelas.

"Ayo, bangun," Mama Naren kembali menepuk-nepuk pipi Naren.

"Suruh pulang saja..." Gumam Naren dengan suara serak, dia merasa terganggu.

Mama Naren menggelengkan kepalanya. Menarik selimut Naren hingga terjatuh di lantai. Lamborshine bangun, mengeong pelan.

WITCHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang