WITCH - Chapter I

118 5 0
                                    

🎼Rondo Alla Turca (Turkish March) - Mozart

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🎼Rondo Alla Turca (Turkish March) - Mozart

🧡🧡🧡

Hari kelulusan Narendra atau yang kerap disapa Naren sudah dekat, membuat tugasnya di sekolah semakin sedikit.

Naren menghabiskan waktunya di sekolah hanya untuk makan makanan kantin sebelum dia lulus dan merindukannya. Naren juga berjalan-jalan keliling sekolahnya, mengingat-ingat setiap kejadian yang pernah dia lalui.

Tangan kanan Naren menggenggam plastik berisi makaroni telur dengan bumbu balado favoritnya, sementara di tangan kirinya menggenggam plastik es rasa stoberi. Lelaki itu berjalan santai mengitari sekolahnya, dia juga tidak lupa tebar pesona dengan adik kelasnya. Tidak jarang ada adik kelas yang terpekik karena senang Naren lewat di depan mereka. Wajar saja, wajah Naren terbilang tampan dan memiliki selera humor yang baik sehingga adik kelas menyukainya.

"Naren!"

Naren menoleh, menemukan beberapa temannya yang duduk di bangku panjang di bawah pohon mangga.

"Halo, Naren~ mantan wakil ketua OSIS yang tidak pantas teladani," sapa Aldo menggoda Naren.

Naren tertawa renyah, setuju dengan godaan Aldo. Dia memang menjabat sebagai wakil ketua OSIS, namun bukannya menjadi teladan, Naren justru mencontohkan perbuatan yang tidak baik. Contohnya membolos saat jam pelajaran, mencontek, hingga bersikap kurang sopan pada guru. Entah siapa yang bisa-bisanya memilih Naren saat pemilihan ketua OSIS dan siapa pula yang menunjuk Naren sebagai wakilnya.

"Wih, Naren sedang minum es! Kebetulan sekali hari sedang panas-panasnya, aku juga sangat haus," ucap Fajar menadahkan tangan, bersiap untuk mengambil es dari tangan Naren.

Naren mengangkat tangannya lebih tinggi, menggeleng tidak setuju.

"No, no, no! Tidak boleh! Kalau mau beli sendiri!" Cetusnya.

Fajar merengut, membuat gelak tawa dari teman-temannya yang lain.

"Mau ke mana, Ren?" Tanya Gibran, dia lah yang memanggil Naren karena melihat laki-laki itu berkeliaran sendiri.

Pantat Naren menduduki bangku di tengah-tengah antara Fajar dan Gibran, sengaja menyedot esnya untuk menggoda Fajar yang tampak kehausan.

"Biasa, tebar pesona," jawab Naren enteng.

"Memang ya, fuckboy satu ini tidak pernah tobat. Pantas saja tidak pernah mendapatkan perempuan yang setia," celetuk Aldo yang segera disetujui oleh Fajar.

"Betul tuh! Tapi kasihan juga kalau ada perempuan yang setia menjalin hubungan dengan Naren, 'kan Naren-nya juga tidak setia. Yang ada nanti perempuannya diselingkuhi!" Timpal Fajar dengan menggebu.

"Sebentar, memangnya Naren pernah pacaran?" Tanya Gibran menatap Naren yang sedang menyantap makaroni telurnya.

Fajar menyenggol pelan lengan Naren, "Naren pernah satu kali pacaran dengan kakak kelas. Siapa itu namanya?" Fajar malah bertanya.

WITCHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang