Chap 32

210 39 36
                                    

Kesedihan itu membuat segalanya terlampaui. Terluka, terpuruk, tertekan, tersendu. Apapun menjadi satu, sampai satu kisah yang telah terjadi kembali terekam pada ingatan yang sudah memburam.

Entah kisah jenis apa itu, namun film berdebu ini menyimpan seluruh kenangan kepedihan hingga kebahagiaan yang membekas.

Namun cerita lalu tetaplah sebuah lalu. Hanya bisa diungkapkan, dan tak akan bisa membuat dunia berbalik semula. Tak akan pernah berputar kembali layaknya film layar kaca yang bisa dipermainkan waktunya.

***

Syuut!

DUAAR!

PRANK!

DOR! DOR!

"Kyaaaaaa!"

"CEPAT LARIII!" semua orang terpecah belah, bagai ombak yang tertampar tebing. Mereka berhamburan entah kemana. Mulai dari orang dewasa berseragam hingga anak kumuh jalanan berlari ketakutan penuh air mata mendengar segala dentuman yang menggetarkan tanah.

Netra mereka berlinangan, getaran terasa menelisik ditiap sudah tubuhnya ketika melihat satu persatu orang mati di hadapannya. Entah dengan cara ditembak, dibom, atau hanya dengan sebilah pisau saja.

Langkah kecilnya berdentum di atas aspal yang berlumur cairan merah segar. Mengalir dari tubuh-tubuh yang tergeletak di tepi jalan membuat aroma busuk khas darah menyengat di tiap langkah yang ia ambil.

Namun aroma itu bagai bayi nyamuk yang beterbangan. Terasingkan sebab para tentara musuh tengah mengejarnya dan beberapa orang lain yang tak mengerti kenapa tiba-tiba wilayah mereka di serang. Mereka datang, membawa senjata dan menembaki orang-orang sekitar seperti kehilangan akal.

Napasnya tersengal, terasa sesak sebab ia yang terus lari dan berlari dari kejaran manusia-manusia berwajah iblis yang siap membunuhnya kapanpun tanpa belas kasih.

Semuanya terasa kalbu. Terasa suram dan seram. Seperti mimpi buruk yang tak akan pernah terbayangkan sepelik pun di dalam kepala.

Apa ini? Padahal pagi tadi langit terasa masih bercahaya, sekarang awan-awan putih itu berubah menjadi abu-abu sebab asap kebakaran serta bubuk mesiu yang meledak-ledak di seluruh penjuru daerah.

Gadis itu-anak sebatang kara yang sejak tadi hanya berlari mengikuti orang-orang mulai merasa tertekan dengan suara luncuran bom serta tembakan tembakan yang berakhir dengan suara pekikan seseorang meminta pertolongan dan deruan tangis manusia tak bersalah.

Tank-tank perang berderit, menimbulkan suasana intens dengan teriakan-teriakan bala tentara musuh yang menorakkan perintah untuk menembak para rakyat sipil yang tak tahu menahu.

Ia melihat kesekeliling, terasa menyeramkan, terasa seperti tak nyata, terasa seakan dunia tengah menjadikan bumi sebagai tempat pembasmian manusia lusuh tak berkeluarga seperti dirinya.

Anak itu merintih, menangis menderu ketika menyadari kian langkah kakinya melaju tiap org menghilang satu persatu, seperti bunga sakura yang berguguran. Mereka pun gugur dengan indah diatas nama ketidakadilan.

Mengapa dunia begitu kejam? Dan mengapa kekejaman dunia ini hanya jatuh pada manusia tak berdosa seperti mereka yang hanya tinggal di kota terasingkan bekas jajahan perang seperti ini?

"Tolooong! Tolooong!" suaranya yang parau menguar di udara penuh polusi ini. Deruannya teredam berbagai suara lesatan peluru dan luncuran tembakan dari pelatuk tank perang besar. Tidak akan ada yang menggubrisnya pun pula tak akan ada yang melihat betapa malangnya gadis kecil yang tadinya dikerubungi banyak orang untuk melarikan diri bersama. Kini tersisa dirinya sendirian yang mencoba untuk melangkah walau melihat orang-orang yang sudah tergeletak tak bernyawa berlumur darah perjuangan.

Levanter  『Chaelix』✔✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang