Epilog

152 18 27
                                    

Triiriiing~

Lonceng toko itu berbunyi, menguarkan sayup-sayup kedamaian yang menyeruah. Lantaslah masuk dua orang sepasang yang mengenakan masker kesehatan.

Entah apa alasan mereka menggunakan masker putih itu, tetapi tak lama sebuah televisi yang menyiarkan berita dalam toko kudapan beraroma vanili itu pun mrngumumksn berita menggemparkan.

"Diberitakan untuk seluruh dunia. Wabah virus yang menyerang dunia ini, COVID-19 sudah dipastikan musnah di muka bumi ini dengan presentasi 100%. Para penduduk seluruh dunia, terutama teruntuk warga Korea Selatan, bisa dengan bebas melepas masker dan meninggalkan peraturan-peraturan protokol kesehatan. Namun jangan lupa, kebersihan tetap nomor satu, pastikan segalanya tersteril dengan baik agar tidak memicu virus timbul kembali." reporter itu menyiarkan secara langsung dari studio.

Sepasang seseorang itu melihat langsung berita yang disiarakan. Sontak Sang perempuan berbadan kecil itu melepas maskernya.

"Tuh kan, udah aku bilang gak papa kalo gak pake masker." celoteh wanita itu menghadap suaminya. Benar sekali, lelaki yang sedari tadi bersamanya adalah suaminya.

Pria itu pun ikut melepas maskernya, membalas pandangan istrinya.

"Ya kan, khawatir. Kamu juga lagi hamil jadi harus dijaga baik-baik." pria dengan rambut legam ikalnya itu beralibi.

"Sunwoo-ya, udah kubilang jangan terlalu overprotektif. Risih tau gak apa-apa gak dibolehin. Engap nih napasku pake masker mulu." sebalnya sebab diperlakukan bagai barang antik oleh Sang suami.

Melihat Istirnya yang memegangi perut besarnya dilapisi dress putih itu ia hanya mengulum bibir sembari tersenyum, "iyaaa Chaewoniiie." jawabnya tidak berniat untuk menuruti apa yang diucapkan istrinya itu.

"Jangan iya iya aja, entar ada kobangan aja langsung digendong." Chaewon yang sepertinya sudah hapal dengan tabiat Sunwoo itu memberenggut. Ya, seberlebihan itulah Kim Sunwoo.

Sunwoo malah tertawa kecil, "udah-udah, tadi kamu mau jajan apa?" dengan cepat ia mengalihkan pembicaraan. Dan benar saja, Chaewon yang begitu mudah teralihkan langsung membulatkan mata jernihnya yang berjatuhan cahaya.

"Canele!" serunya dengan semangat. Melihat wajah ceria itu, ukiran pada bibirnya pun semakin melebar.

"Mau berapa?" segera kesepuluh jari cantik itu terangkat di depan dadanya.

Sunwoo pun tertawa lepas, "siap sepuluh." memang saat  tengah mengandung anak mereka, terutama di bulan ke lima-nya ini, Chaewon begitu banyak makan. Akan tetapi, tubuhnya tetap mengecil walaupun perutnya membesar.

Triiriiing~

Bunyi lonceng toko berbunyi kembali, menandakan datangnya pengunjung.

Sunwoo dan Chaewon tetap berjalan mendekat ke meja pemesanan, lantas Sunwoo mulai angkat suara.

"Tolong Canele-nya sepuluh."

"Satu iced americano.

Seketika terdiamlah mereka ketika satu suara ikut menimbun pada ucapan Sunwoo. Lebih tepatnya pesan mereka bebarengan.

Sontak Sunwoo dan Chaewon menengok untuk melihat Sang pemilik suara bass yang terasa tak asing.

Ketika itu juga jantung Chaewon mencelos begitu saja, seakan dipukul hingga suara dentumannya menyebar ke seluruh tubuhnya. Pria berambut pirang setengkuk yang baru saja datang itu sama syoknya. Matanya membulat mentah-mentah seakan Chaewon membuat hatinya memar.

Sunwoo pun membundarkan kedua matanya yang tampak tak menyangka, "Felix?"

Ya, itu Felix. Pria tinggi yang memakai jaket jersey bertuliskan 'Lee FelixKorea' itu tampak tak mendengar ucapan Sunwoo—sahabat lamanya bahkan sampai kini. Netra legamnya itu menjurus pada gadis yang berdiri di belakang tubuh sahabatnya itu.

Levanter  『Chaelix』✔✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang