10. Listrik Padam

18 3 0
                                    

30 Agustus 2022.

"Ini adalah situasi darurat, listrik akan kami padamkan pada pukul 4 sore. Hanya gedung pemerintahan yang kami biarkan menyala. Selain itu seluruh gedung akan mati total sampai waktu tiga hari ke depan. Silahkan menyiapkan segala kebutuhan kalian."

Pengumuman tersebut membuat para penghuni yang tersisa langsung bergegas menampung air demi kebutuhan selama tiga hari ke depan.

Unit 302.

"Kakak!" ucap Nisa saat sambungan dari interkom menampilkan wajah kakaknya.

"Halo! Aku baik-baik saja, aku hanya ingin mengabarimu." ucap Dika. "Aku berada di parkiran bawah tanah, tidak perlu mendatangiku." lanjutnya.

"Kamu berdarah." ucap Nisa.

"Tidak apa-apa, aku akan membersihkan darah ini nanti." ucap Dika. "Aku sangat menyayangimu." lanjutnya.

"Aku juga menyayangimu." ucap Nisa.

"Jangan memberitahu siapapun kalau aku ada disini. Kamu disana baik-baik saja, kan?" tanya Dika.

Nisa mengangguk. "Aku baik-baik saja, listrik akan dipadamkan sebentar lagi, aku akan kesa—" ucapnya terputus karena listrik padam.

"Aish! Kenapa sekarang?" tanya Nisa.

Unit 802.

Lampu padam.

"Sudah pukul 4?" gumam Nadhia sambil mengganti plester lukanya. Kemudian dia melihat ke arah luar dari balkon.

Sepi.

Kosong.

Gedung ini sudah terlihat seperti gedung kosong dan tidak ada tanda kehidupan. Benar-benar mati total, tidak ada satu gedung pun yang listriknya menyala.

"Kondisi semakin parah, tidak ada listrik dan jaringan." ucap Nadhia. "Tidak bisa berkomunikasi dengan dunia luar, itu sedikit membosankan." lanjutnya.

Kondisi parkiran bawah tanah sangat gelap, tidak ada cahaya sedikit pun.

Seorang pria terlihat sedang duduk sambil menekuk kedua kakinya. Ya, dia adalah Dika. Orang yang dicari-cari oleh Nadhia ternyata benar-benar ada disini.

Tiba-tiba cahaya terpancar dari dalam gedung, seseorang dengan senter di tangannya menyorot ke arah Dika.

Silau.

Dika tidak bisa melihat siapa orang itu.

"Aku harus menemukan kakak dari penghuni unit 302 ya?" tanya Nadhia kepada dirinya. "Kemana aku harus mencarinya? Ah! Parkiran bawah tanah! Kenapa tidak dari kemarin." ucapnya.

Nadhia pergi dengan menggunakan tangga, lift menjadi tidak berfungsi karena listrik padam. Adeline sedang asik membaca buku, dia sudah lancar membaca, memang anak pintar.

Nadhia melihat paper bag tergeletak di dekat pintu lantai 3. "Ini milik siapa?" tanyanya mengambil paper bag itu.

Dia mengeluarkan isi dari paper bag itu, sebuah kain berlumuran darah di berbagai sisi. "Darah?" ucapnya kaget.

"Oh, halo!" sapa Joshua.

"Halo!" ucap Nadhia menyapa balik.

"Kamu mau kemana?" tanya Joshua.

"Basemen, kamu habis darimana?" jawab Nadhia bertanya balik.

"Ruang GYM, aku mengambil barangku yang tertinggal disana." jawab Joshua.

Watch Out (SEVENTEEN) ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang