23. Romansa

22 3 0
                                    

"Pertama! Dia tidak berubah." ucap Nadhia. "Kedua! Dia tidak mencoba untuk menggigitku." lanjutnya.

"Tapi aku melihatnya sendiri, dia akan menggigitmu." ucap Nisa.

"Itu tidak terjadi seperti pikiranmu." ucap Nadhia. "Berbeda." lanjutnya.

"Udah, kamu jangan ikut campur." ucap Dika menarik adiknya. "Bisa saja kamu memang salah tangkap." lanjutnya.

"Sepertinya kalian memang tidak suka aku ada disini. Baiklah, aku memisahkan diri dari kalian." ucap Vernon.

"Bicara apa sih?" tanya Nadhia sedikit kesal mendengar perkataan Vernon.

"Aku akan pergi." jawab Vernon.

Belum sempat Vernon pergi dari sana, Nadhia menahan tangannya. Dia mengikat kain di lengan kiri Vernon dan disatukan dengan lengan kanannya.

"Kalian takut tergigit, kan? Kalau begitu, Vernon akan selalu di dekatku. Dengan begitu, aku akan menjadi orang pertama yang tergigit, kan?" tanya Nadhia.

"Bagaimana kalau kita menunggu selama satu jam, lalu kita lihat, apakah dia berubah atau tidak?" ucap Joshua.

"Begitu lebih baik." ucap Reza.

Akhirnya semua orang sepakat untuk menunggu selama satu jam dan setelah itu melihat reaksi dari luka Vernon. Apakah dia terinfeksi atau tidak?

Semua orang berkumpul mengelilingi api unggun. Karena hari mulai gelap, mereka memutuskan menginap disana.

Nadhia dan Vernon memisahkan diri dari kerumunan, menatap bintang di langit menjadi sebuah momen yang paling sering mereka lalui bersama.

"Karenaku, kamu harus disini, tidak bisa berkumpul dengan yang lain." ucap Vernon tanpa mengalihkan pandangan dari langit.

"Itu keputusanku. Jangan menyalahkan diri sendiri." jawab Nadhia.

"Kalau nanti aku berubah, kamu harus selamat sampai akhir ya." ucap Vernon.

Nadhia tidak menggubris perkataan Vernon barusan. Hening cukup lama terjadi diantara keduanya.

"Kamu ingin meninggalkan aku juga ya." ucap Nadhia. "Pada akhirnya semua orang akan meninggalkanku." lanjutnya.

Vernon menoleh, sedikit terkejut karena Nadhia tiba-tiba berbicara seperti itu. "Aku tidak berniat begitu." ucapnya.

"Semua orang datang dan pergi. Itu sudah takdir." ucap Nadhia. "Kalau kamu ingin pergi tidak apa-apa." lanjutnya.

Vernon merengkuh Nadhia, memeluknya dengan erat seakan tidak ingin di lepas. Ia mengelus kepala bagian belakang Nadhia dengan lembut.

"Kakak!" panggil Adeline yang berlari menghampiri Nadhia.

Vernon melepaskan pelukannya dan Nadhia membuka kedua tangannya, menyambut kedatangan Adeline.

"Kakak-kakak itu menyuruhku untuk mengajak bergabung." ucap Adeline menunjuk orang-orang di api unggun.

"Kamu mau bergabung?" tanya Nadhia.

"Bukankah lebih baik kalau aku menjauh dari kalian?" tanya Vernon balik.

"Ini sudah satu jam, kamu tidak berubah, kan?" ucap Nadhia. "Ayo kita bergabung." ajaknya menarik Vernon dan Adeline.

Sesampainya di api unggun, mereka bertiga duduk di ruang yang tersisa.

"Sebenarnya, kita akan kemana? Kita hanya mengitari kota ini." ucap Reza.

"Aku tidak tahu, kita hanya menghindar dari Aksa." ucap Nadhia.

"Tunggu! Itu ada apa?" tanya Dipta sambil menunjuk ke seberang jalan.

"Zombie bukan?" tanya Ardi. "ZOMBIE, ITU ZOMBIE!" ucapnya histeris.

Watch Out (SEVENTEEN) ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang