8. Antibodi

18 3 0
                                    

Mei sudah mengobati kakinya yang terkilir saat menghindari para zombie.

Raka sedang memberikan ultimatum kepada wanita lantai 2 agar dia tidak melakukan seenaknya.

"Kamu tahu tidak kalau yang kamu lakukan itu berbahaya?" tanya Raka, dia juga sudah mendengar semua kelakuan wanita itu dari Andrew.

"Dia terlihat biasa saja pada awalnya, aku tidak tahu kalau dia adalah zombie." jawab wanita lantai 2.

"Kalau kamu benar-benar membuka pintu saat itu, mungkin sekarang kamu sudah seperti mereka dan kami berada dalam bahaya." ucap Raka.

"Kalian keluar, kan? Apa kalian yakin tidak ada yang tergigit maupun tercakar diantara kalian." ucap wanita lantai 2 itu.

"Aish! Wanita ini." gumam Raka kesal.

"Raka, ayo pergi." ajak Nadhia. "Kalian kembali dahulu ke unit masing-masing, makanan akan dibagikan nanti malam." lanjutnya lalu menarik Raka.

"Terimakasih." ucap Nisa saat baru saja keluar dari unit 901.

"Lain kali kalau kamu membutuhkan sesuatu, datang saja kesini, aku akan membantu kamu." ucap Reza.

"Iya, sekali lagi terimakasih atas bantuan kamu." ucap Nisa membawa dua plastik besar di kedua tangannya.

"Mau aku bantu membawanya? Kamu sepertinya keberatan." ucap Reza.

Nisa menggeleng. "Tidak usah! Aku sudah merepotkan kamu." ucapnya. "Aku permisi ya." lanjutnya.

Ceklek.

Nisa memasuki unit apartemennya, dia melihat kakaknya sedang membaca buku kesukaannya. "Kak! Bantu aku." ucapnya.

Dika menoleh dan langsung bangkit dari duduknya. "Kamu mendapatkan ini semua darimana?" tanyanya.

"Penghuni lantai atas, unit 901." jawab Nisa. "Cepat, bantu aku." ucapnya.

Dika mengambil kedua plastik besar itu dari tangan Nisa. "Dia memberikan ini untukmu? Tidak mungkin!" ucapnya. "Atau dia menyukaimu?" tanyanya.

"Jangan berbicara omong kosong, tidak mungkin. Dia hanya ingin membantu kita, itu saja." jawab Nisa.

Malam Hari.

Penghuni yang membutuhkan makanan sudah berkumpul di ruang GYM. Mereka menunggu stok itu dibagikan.

"Hanya segini yang membutuhkan?" tanya Nadhia mengedarkan pandangan ke seluruh penjuru.

Hanya ada wanita lantai 2 dan suaminya, kakek dan nenek, Ezra, Dipta dan Ardi.

"Atau yang lain telat datang?" tanya Nadhia. "Kita akan menunggu." ucapnya.

Ezra mengangkat tangannya. "Sepertinya stok makanan mereka masih banyak, jadi tidak kesini." ucapnya.

"Begitu, kah?" tanya Nadhia. "Baiklah, kita mulai sekarang saja." ucapnya.

Stok makanan dan minuman dibagikan secara adil dan merata. Masih banyak barang yang tersisa.

"Sisa stok ini akan disimpan di unit saya, kalau ada yang membutuhkan silahkan datang." ucap Nadhia.

"Lebih baik disimpan di unit saya saja kalau di unit kamu nanti dipakai semua." ucap wanita lantai 2.

"Kamu ini sedang membicarakan diri sendiri ya?" tanya Nadhia. "Ada lagi yang keberatan kalau stok ini disimpan di unit saya?" lanjutnya.

Semuanya menggeleng artinya mereka setuju disimpan di unit milik Nadhia.

Watch Out (SEVENTEEN) ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang