04. Punishment

834 127 8
                                    

=

Leandra menatap makanan di depannya tidak minat. Dan itu membuat Ceryl terheran. Ini anaknya kenapa sih? Kenapa sering sekali melamun, tidak seperti biasanya. Dari kemarin-kemarin, Ceryl sebenarnya curiga. Pasti ada sesuatu yang terjadi.

"Bengong aja terus sampe kesambet."

Leandra mendongak, "Apa sih..."

"Lo kenapa, Le? Bukan sekali dua kali gue mergokin lo lagi bengong. Lo napa?"

Leandra menggelengkan kepalanya, gadis itu pun mulai memakan makan siangnya. Hari ini Leandra tidak sekolah karena bangun kesiangan. Ceryl juga sama karena semalam keduanya menonton drama Korea bersama sampai subuh.

"Gue ini emak lo, kalau ada apa-apa cerita. Siapa tau gue bisa bantu, Le." ucap Ceryl.

Leandra menatap sang ibu, Leandra ingin menceritakannya pada Ceryl. Siapa tahu setelah itu beban di pundaknya berkurang walaupun sedikit. Tapi dia juga takut.

Bimbang rasanya.

"Tapi... jangan marah." ucap Leandra, tapi sepertinya tidak mungkin Ceryl tidak marah. Apalagi ini insiden berat. Leandra sudah membuat orang kehilangan nyawanya.

"Apa dulu?" tanya Ceryl.

"Mam inget ga waktu bapak kesini?"

"Inget lah! Dateng-dateng bawa lonte, ngancurin rumah kita seenak jidat. Orang gila!"

"Ya kalem."

Ceryl menghela nafasnya, "Lanjut!"

"Karena kesel, Lean pergi ke club." Leandra mengangkat satu tangannya saat Ceryl ingin protes karena tahu dirinya pergi ke tempat berbahaya. "Diem dulu, mam. Dengerin dulu. Lean disana minum sekitar 3 botol, ga tau lupa. Terus mabok kan, udah pasti. Pulangnya Lean bawa mobil kenceng banget... terus... Lean ga sengaja nabrak orang, dan orang itu meninggal..."

Ceryl membulatkan kedua matanya. Mulutnya terbuka lebar sampai nasi yang tengah ia kunyah jatuh ke piringnya. Ibu tiga anak itu buru-buru pergi ke wastafel, mencuci tangannya. Setelah itu menghampiri Leandra.

"TERUS GIMANA?!" tanyanya.

"Lean tinggalin."

"Anak bego!" Ceryl menjewer telinga Leandra, Leandra mengaduh kesakitan tapi tidak meminta ibunya untuk melepaskan.

Ceryl membawa Leandra ke kamar gadis itu.

"BEGO BEGO! KENAPA LO TINGGALIN!"

"Lean takut! Nanti Lean di penjara, ga mau!"

"BOCAH GENDENG! SAMA AJA, UJUNG-UJUNGNYA JUGA BAKAL DI PENJARA KALAU MEREKA UDAH TAU LO PELAKUNYA." ucap Ceryl, Leandra menunduk.

"Jangan sampai tau." gumam Leandra.

"Kenapa lo masih ada disini?"

"Mereka ga punya bukti, di TKP ga ada CCTV." jawab Leandra yang mengerti dengan pertanyaan Ceryl. Ceryl mengusap wajahnya kasar.

"Ada-ada aja! Haduh! Nambah pikiran dah gue jadinya! Kenapa ga lo bawa tu mayat? Terus bilang kalau lo ga sengaja nabrak dia, lebih bagus jujur! Daripada lo kabur kek gitu." ujar Ceryl.

"Maaf, mam."

Ceryl mendengus kesal, ia keluar dari kamar Leandra dan mengunci pintu kamar gadis itu dari luar. Leandra menghela nafasnya lalu menjatuhkan tubuhnya ke kasur, menatap langit-langit kamarnya.

Pasti Ceryl akan mengurungnya seminggu atau mungkin lebih. Karena biasanya jika Leandra berbuat kesalahan Ceryl akan mengurungnya seperti ini.

"Ga sekolah lagi dah gue..." gumam Leandra.

=

Ini hari ketiga Leandra tidak masuk sekolah. Teman-temannya bertanya kenapa dia tidak masuk, Leandra tentu berbohong. Leandra bilang kalau dia sakit, teman-temannya ingin menjenguk tapi Leandra tidak memperbolehkan mereka datang. Kalau mereka tahu Leandra di kurung, pasti mereka akan terus bertanya.

"Bosen banget..."

Cklek!

Leandra menoleh ke arah pintu kamarnya. Ceryl datang mengantarkan sarapan.

"Makan. Awas aja kalau ga di habisin."

"Iya mam, terima kasih banyak."

Setelah meletakkan nampannya di nakas, Ceryl keluar dari sana tak lupa untuk menguncinya. Leandra menatap makanan dan minumannya, setidaknya Ceryl masih punya hati nurani dengan memberinya makan.

Sebesar apapun kesalahan yang Leandra perbuat, dia tetap lah anak Ceryl. Dan Ceryl tidak akan tega membuat anaknya kelaparan.

Saat ingin mengambil piringnya, ponsel Leandra berbunyi. Ada pesan masuk. Karena penasaran dia pun membuka pesan itu terlebih dahulu. Dahinya tertekuk, nomor tidak dikenal.

+62 811-2714-0203
Online

| Leandra?
| Kenapa ga masuk lagi?

Siapa? |

| Eh iya, ini gue Jeffie
| Save ya
| Gue dapet nomor lo dari Rosie

Oke |

| Kenapa ga masuk lagi?

Gue sakit |

| Pak Setya kok ga bilang apa-apa?
| Lo udah bilang belum?

Belum |
Kayaknya mami gue lupa |
Biarin aja |

| Lah alpa dong?

Biarin aja |

| Nanti gue deh yang bilang
| Btw, semoga cepet sembuh
| Gue boleh jenguk ga?

Makasih |
Eh ga usah, rumah gue jauh |

| Gapapa

Tapi mami gue ga ngebolehin |
Takut nular katanya |

| Oh gitu... oke deh
| Jangan lupa minum obat
| Istirahat yang cukup, makan yang
teratur. Oke?

Siap! |

| Udah bel, udah dulu ya
| Daaah
Read

Leandra menatap nanar ponselnya. Pemuda itu baik sekali. Leandra jadi merasa sangat bersalah. Jeffie pasti akan sangat marah atau mungkin membencinya kalau dia sudah tahu kalau dirinya lah orang yang sudah menabrak adiknya.

Gadis itu meletakkan ponselnya di nakas, lalu ia memakan sarapannya sambil memikirkan masalahnya. Tidak bisa dia tuh tidak memikirkan kejadian itu. Kadang ia ingin sekali lupa ingatan, menjedotkan kepala ke dinding sepertinya ide yang bagus. Xixixixixi.

=

[END] ERRORTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang